Tesla Bangun Pembangkit Energi Baterai Terbesar di China

- Tesla membangun pembangkit listrik tenaga baterai terbesar di China.
- Megapack digunakan untuk mengatasi ketimpangan pasokan energi.
- Tesla hadapi persaingan ketat dan proyek didorong permintaan tinggi energi baterai di China,
Jakarta, IDN Times – Tesla meneken kesepakatan pertamanya untuk membangun pembangkit listrik tenaga baterai skala jaringan di China pada Jumat (20/6/2025). Proyek ini diklaim akan menjadi yang terbesar dari jenisnya di China setelah rampung, menurut pengumuman Tesla di akun Weibo resminya.
Dilansir dari CNBC Internasional, kesepakatan ini diteken bersama pemerintah lokal Shanghai dan Kangfu International Leasing, dengan nilai 4 miliar yuan atau sekitar Rp9,1 triliun.
1. Tesla gunakan megapack untuk atasi ketimpangan pasokan energi
Sistem penyimpanan energi baterai yang digunakan Tesla dirancang untuk menjaga keseimbangan antara pasokan dan permintaan listrik. Teknologi ini semakin dibutuhkan untuk menghadapi ketidakteraturan suplai dari tenaga angin dan surya. Tesla menyatakan bahwa pabrik baterainya di Shanghai telah memproduksi lebih dari 100 unit Megapack selama kuartal pertama 2025.
Satu Megapack sanggup menyediakan daya hingga 1 megawatt selama empat jam penuh. Lewat unggahan di Weibo, Tesla menyebut stasiun penyimpanan energi ini sebagai “pengatur cerdas” yang bisa menyesuaikan sumber daya listrik kota secara fleksibel.
“Stasiun ini akan secara efektif mengatasi tekanan pasokan listrik perkotaan dan memastikan permintaan listrik kota yang aman, stabil, dan efisien,” tulis Tesla, dikutip dari Times of India, Sabtu (21/6).
Setiap unit Megapack dijual di bawah 1 juta dolar AS di pasar domestik, namun belum ada informasi harga untuk China.
2. Tesla hadapi persaingan ketat dan ketegangan dagang

Kesepakatan Tesla di China menjadi langkah strategis di tengah persaingan dengan dua raksasa baterai lokal, CATL dan BYD. CATL menguasai sekitar 40 persen pangsa pasar global dan akan memasok sel serta paket baterai untuk Megapack Tesla.
Kerja sama dengan otoritas lokal China ini juga memiliki dimensi geopolitik, mengingat hubungan tegang antara China dan Amerika Serikat (AS). Presiden AS Donald Trump telah memberlakukan tarif pada berbagai impor dari China, memperkeruh hubungan dagang kedua negara. Elon Musk, CEO Tesla, sempat menjadi sekutu dekat Trump saat perang dagang dimulai, yang memperumit langkah bisnis perusahaan di China.
3. Proyek di Shanghai didorong permintaan tinggi energi baterai

Permintaan baterai skala jaringan di China sedang meningkat pesat, dengan target penambahan hampir 5 gigawatt kapasitas pada akhir 2025. Target ini akan mendorong total kapasitas menjadi 40 gigawatt secara nasional.
Tesla telah mengekspor Megapack dari Shanghai ke Eropa dan Asia untuk memenuhi lonjakan permintaan global. Pada 2023, kapasitas penyimpanan energi baterai dunia naik sebesar 42 gigawatt, hampir dua kali lipat dari peningkatan tahun sebelumnya, menurut Badan Energi Internasional.
Dilansir dari Global Times, proyek Tesla ini akan berlokasi di Lingang New Area, Shanghai, dan menggunakan teknologi Megapack sebagai pondasi ekspansi penyimpanan energi di China. Setelah beroperasi, proyek ini akan melayani perdagangan listrik spot dan pengaturan frekuensi lokal, serta membantu integrasi energi terbarukan.
Megafactory penyimpanan energi Tesla di Lingang memulai pembangunan pada Mei 2024 dan mulai berproduksi massal Februari 2025. Pabrik ini langsung mengekspor ke Australia sebulan kemudian. Fasilitas ini adalah Megafactory pertama Tesla di luar AS dan pabrik kedua mereka di Shanghai, dengan waktu pembangunan hanya delapan bulan sejak peletakan batu pertama.
Tesla mengungkapkan bahwa total penyebaran energi global mereka mencapai 10,4 gigawatt-jam pada kuartal pertama 2025, naik 156,6 persen dibanding tahun lalu. Proyek seperti ini mencerminkan ambisi China memimpin inovasi energi global, sekaligus membuka peluang baru bagi kerja sama internasional.