Waspada Suku Bunga The Fed, Rupiah Loyo Lawan Dolar AS

Rupiah melemah ke Rp15.023

Jakarta, IDN Times - Nilai tukar atau kurs rupiah melemah terhadap mata uang dolar Amerika Serikat (AS) pada pembukaan perdagangan, Jumat (15/7/2022).

Kurs rupiah dibuka melemah ke level Rp15.023 per dolar AS pada perdagangan pagi ini. Mengutip Bloomberg, hingga pukul 09.11 WIB, kurs rupiah masih melemah 13 poin atau 0,09 persen ke level Rp15.006 per dolar AS.

Pada penutupan perdagangan Kamis (14/7/2022) sore, kurs rupiah ditutup melemah 19 poin ke level Rp15.020 per dolar AS.

Baca Juga: Sentimen Data Inflasi AS Bikin Rupiah Melemah Sore Ini 

1. Rupiah masih berpotensi dihajar dolar AS

Pengamat Pasar Keuangan Ariston Tjendra mengatakan, nilai rupiah kemungkinan masih berpotensi melemah terhadap dolar AS hari ini karena sentimen the Fed.

"Terlihat belum ada perubahan sentimen di pasar. Sentimen kenaikan suku bunga acuan AS masih akan menekan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, apalagi kini ekspektasi kenaikan meningkat menjadi 100 basis poin dari sebelumnya 75 basis poin, karena inflasi AS yang masih naik," katanya kepada IDN Times, Jumat ini.

2. Pasar bakal memantau data neraca perdagangan Indonesia

Menurutnya, pasar akan mencermati rilis neraca perdagangan Indonesia yang akan diumumkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) hari ini, serta memantau data pertumbuhan ekonomi China.

"Data yang positif dari keduanya bisa memberikan sentimen positif ke pasar dan juga rupiah. Namun, penguatan rupiah mungkin tidak besar karena tekanan dari sentimen the Fed," tuturnya.

Ariston memprediksi, potensi pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS berada di rentang antara Rp14.980 hingga Rp15.050.

3. Pemicu rupiah tembus Rp15 ribu per dolar AS

Rupiah sudah beberapa kali tembus ke level Rp15 ribuan. Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi mengatakan, pelemahan rupiah yang begitu dalam karena belum bangkitnya pertumbuhan ekonomi global usai Rusia menghentikan ekspor gas alam.

Hal tersebut tidak hanya mempengaruhi perekonomian Eropa, melainkan juga di AS yang memang mengandalkan minyak dan gas alam dari Rusia.

"Di AS sendiri kita tahu bahwa dampak dari embargo Rusia terhadap minyak dan gas alam dan hasil bumi lainnya sangat berdampak terhadap AS. AS sendiri kita tahu bahwa di sana terjadi inflasi cukup tinggi saat ini," kata Ibrahim kepada IDN Times, Rabu (6/7/2022).

Topik:

  • Sunariyah

Berita Terkini Lainnya