Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Trump Desak UE Kenakan Tarif 100 Persen pada China demi Tekan Putin

Donald Trump (instagram.com/realdonaldtrump)
Donald Trump (instagram.com/realdonaldtrump)
Intinya sih...
  • Trump desak UE terapkan tarif 100% pada China dan India.
  • Dorongan tarif tinggi untuk cegah dukungan ekonomi Rusia.
  • India tingkatkan impor minyak Rusia meski ditekan tarif AS.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump, mendesak Uni Eropa untuk memberlakukan tarif impor hingga 100 persen pada China dan India. Upaya ini merupakan bagian dari strategi untuk memberikan tekanan ekonomi yang kuat terhadap Presiden Rusia, Vladimir Putin.

Desakan ini disampaikan dalam surat kabar Financial Times pada Selasa (9/9/2025), dan langsung dikonfirmasi oleh pejabat AS dan diplomat Uni Eropa yang mengetahui pembicaraan tersebut.

Trump menghubungi pertemuan tingkat tinggi secara virtual dengan pejabat Uni Eropa di Washington, menegaskan pentingnya tindakan bersama dalam memboikot perdagangan dengan Rusia. Ia menilai bahwa tarif tinggi dapat menjadi alat efektif untuk memaksa China dan India menghentikan pembelian minyak dari Rusia.

1. Dorongan tarif tinggi untuk cegah dukungan ekonomi Rusia

Trump mengusulkan kebijakan tarif dramatis hingga 100 persen pada China dan India, dua negara yang menjadi pembeli utama minyak Rusia. Menurut seorang pejabat AS yang berbicara secara anonim, langkah tersebut bertujuan untuk memutus sumber pendanaan mesin perang Rusia.

"Pendekatan yang jelas di sini adalah, mari kita semua terapkan tarif dramatis dan pertahankan tarif itu sampai China setuju untuk menghentikan pembelian minyak. Minyak itu memang tidak punya banyak tujuan lain," katanya, dilansir The New York Post.

Tarif ini diharapkan dapat memaksa kedua negara tersebut memutuskan hubungan ekonominya dengan Rusia, yang akhirnya menekan Putin untuk menyudahi konflik di Ukraina.

2. India tingkatkan impor minyak Rusia meski ditekan tarif AS

India secara terbuka membela keputusannya meningkatkan impor minyak dari Rusia, meskipun AS menaikkan tarif hingga 50 persen atas barang-barang India sebagai respons atas lonjakan pembelian tersebut. Pemerintah India berdalih bahwa keputusan ini diambil untuk menjaga stabilitas harga energi dalam negeri, sekaligus mengamankan kebutuhan nasional di tengah volatilitas pasar global.

Data dari lembaga riset Vortexa menunjukkan bahwa sepanjang 20 hari pertama Agustus, India mengimpor sekitar 1,5 juta barel per hari minyak mentah dari Rusia, jumlah ini setara dengan 40 persen kebutuhan minyak India dan menjadikannya pembeli terbesar via laut untuk minyak Rusia. Tiga sumber perdagangan mengkonfirmasi rencana kilang India menaikkan pembelian minyak Rusia hingga 10–20 persen pada September.

Pemerintah India menegaskan akan tetap menggunakan diplomasi untuk mengatasi tekanan AS dan Uni Eropa, sembari memperkuat hubungan ekonomi dengan Moskow melalui kunjungan bilateral.

“Ini hak kami untuk membuat keputusan dalam kepentingan nasional kami," kata Menteri Luar Negeri India, Subrahmanyam Jaishankar.

3. Respon dan tantangan dari pihak Uni Eropa

Dalam diskusi yang melibatkan utusan sanksi Uni Eropa, David O'Sullivan dan delegasi Uni Eropa di Washington, terdapat perbedaan pandangan di antara anggota Uni Eropa terkait penerapan tarif yang diusulkan Trump. Beberapa negara Eropa menolak pemberlakuan tarif tinggi yang luas karena khawatir akan dampak negatif terhadap rantai pasokan dan inflasi domestik.

"Mereka pada dasarnya mengatakan, kami akan melakukannya, tetapi kalian harus bergabung dengan kami. Artinya, AS hanya akan melanjutkan jika ada dukungan penuh dari Uni Eropa," kata seorang diplomat Uni Eropa, dilansir India Today.

Hingga saat ini, Uni Eropa lebih fokus memutuskan hubungan Rusia melalui sanksi ketat, bukan tarif perdagangan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us

Latest in Business

See More

Rapat Perdana sebagai Menkeu di DPR, Purbaya Singgung Gaya Bicara Koboi

10 Sep 2025, 12:03 WIBBusiness