Indonesia Ngelamar Jadi Anggota OECD, Susul Jepang-Korea Selatan

Airlangga sebut RI sudah layak jadi anggota OECD

Jakarta, IDN Times - Pemerintah tengah berupaya memasukkan Indonesia sebagai anggota The Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD).

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengatakan, Indonesia akan menjadi negara ketiga di Asia yang bergabung menjadi anggota OECD, menyusul Jepang dan Korea Selatan.

"Kita mau masuk menjadi anggota OECD, ini adalah negara ketiga di Asia. Sekarang anggotanya Jepang dan Korea. Jepang dan Korea sudah masuk dekade yang lalu," kata dalam acara Indonesia Data and Economic (IDE) Conference 2023 yang digelar Katadata, Kamis (20/7/2023).

Baca Juga: OJK-OECD Jalin Kerja Sama untuk Kembangkan Sustainable Finance

1. Indonesia keluar dari negara berpendapatan menengah

Indonesia Ngelamar Jadi Anggota OECD, Susul Jepang-Korea SelatanIlustrasi pekerja pabrik (ANTARA FOTO/Siswowidodo)

Airlangga mengatakan, dinilai telah mampu menjadi anggota OECD. Sebab, setelah mengalami tekanan pandemik COVID-19, Indonesia justru bisa keluar dari jebakan pendapatan menengah atau middle income trap.

"Mengapa Indonesia pantas masuk OECD? Karena dilihat pasca COVID-19 Indonesia sudah kembali menjadi upper middle income country," ujar Airlangga.

Tak hanya itu, dalam bahan pemaparannya, pada tahun 2022 jumlah populasi di Indonesia mencapai 274,9 juta jiwa, sehingga menjadi negara ke-4 terbesar di dunia. Lalu, jumlah angkatan kerja Indonesia mencapai 68,63 persen dari populasi, dengan rasio ketergantungan penduduk yang paling rendah saat ini (puncak bonus demografi).

Baca Juga: Ekonomi RI Harus Tumbuh 7 Persen untuk Pensiun Middle Income Country

2. Indonesia sukses memimpin KTT G20 2022

Indonesia Ngelamar Jadi Anggota OECD, Susul Jepang-Korea SelatanPresiden RI Joko Widodo dan Presiden AS Joe Biden bertemu di Bali. (youtube.com/Sekretariat Presiden)

Selain itu, Airlangga mengatakan Indonesia juga sukses menjadi penyelenggara Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 tahun 2022, dan saat ini menjadi tuan rumah KTT ASEAN 2023. Hal tersebut dinilai juga menjadi pertimbangan untuk bergabung dengan OECD.

"Sebagai pemimpin di G20 tahun lalu dalam situasi yang sulit, COVID-19, perang, climate change, dan yang lain, kita berhasil membuat terobosan-terobosan, dan sekaligus membumikan G20 dengan berbagai program termasuk diluncurkan partnership for global infrastructure, JETP, dan lain-lain. Jadi banyak program yang dibumikan dari pertemuan G20. Dan ini belum pernah terjadi sebelumnya," tutur Airlangga.

3. Indonesia sudah menjadi mitra utama OECD

Indonesia Ngelamar Jadi Anggota OECD, Susul Jepang-Korea SelatanMenteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati bersama Sekretaris Jenderal OECD, Mathias Cormann memberikan pernyataan pers pasca pendatanganan Deklarasi Bali. (IDN Times/Ridwan Aji Pitoko)

Di sisi lain, Airlangga mengatakan, selama ini Indonesia juga sudah menjadi mitra utama atau key partner OECD. Dengan status itu, Indonesia terus dalam diskusi kebijakan OECD.

"Mengapa OECD penting? Karena OECD akan menerapkan standar-standar yang tinggi untuk dalam seluruh proses legislasi, baik proses pembentukan UU, sampai jenis daripada regulasi dan standar yang diterapkan kepada kementerian/lembaga," ujar dia.

Baca Juga: Indonesia Ingin Jadi High Income Country 2045, Ini Kata Bank Dunia 

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya