[WANSUS] Buwas Masih Ditugasi Impor meski Hampir Pensiun dari Bulog?

Pemerintah kembali berencana mengimpor beras

Jakarta, IDN Times - Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso (Buwas) akan mengakhiri masa jabatannya pada April 2023 mendatang. Buwas mengatakan, dirinya bangga dengan segala capaian selama menjabat sebagai Dirut Bulog lima tahun terakhir.

Menjelang purna tugasnya, Buwas kedapatan penugasan impor beras. Penugasan pertama dilakukan mulai akhir 2022, hingga 3 Maret 2023 lalu.

Namun, pada 15 Maret 2023 lalu, Menteri Perdagangan (Mendag), Zulkifli Hasan mengatakan Presiden Joko "Jokowi" Widodo memutuskan untuk kembali mengimpor 500 ribu ton beras. Impor akan dilaksanakan apabila benar-benar terjadi kekurangan stok beras, terutama di bulan Ramadan dan Idul Fitri 1444 Hijriah.

Buwas mengatakan, penugasan impor tentunya akan dibahas lebih lanjut di rapat koordinasi terbatas (rakortas) yang dipimpin Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian. Adapun Bulog, menurutnya hanyalah pelaksana dari tugas yang diberikan pemerintah.

"Walaupun itu disampaikan Pak Mendag, kan belum tentu juga langsung Bulog melaksanakan. Karena nanti kan akan dibahas dalam forum rapat. Diputuskan berapa benangnya, real-nya. Kan itu ada Mentan yang sebagai pertanggungjawaban produksi daripada pertanian kita sendiri. Nanti ada menteri-menteri lain, termasuk Badan Pangan Nasional, neraca pangannya seperti apa. Kalau Bulog, kalau diperintah, sesuai dengan hasil keputusan rapat, dan datanya, faktanya seperti itu, ya untuk kebaikan, untuk kepentingan masyarakat, ya kenapa tidak?" kata Buwas dalam Ngobrol Seru by IDN Times, yang dikutip Selasa (21/3/2023).

Buwas juga bercerita dari mana asal-usul panggilan Buwas, bagaimana persiapan Bulog menghadapi bulan Ramadan dan Idul Fitri, serta memberikan tanggapan terkait isu jabatan Menteri Pertanian (Mentan). Simak perbincangan lengkap IDN Times bersama Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso.

Anda akrab disapa Buwas, dari mana asalnya panggilan itu?

Pak Buwas ya? Wah itu asal-usulnya kejadian itu pada saat saya jadi Kabareskrim. Saya pada saat itu kan melakukan penegakan hukum yang di antaranya salah satunya adalah berkaitan dengan penanganan kasus laporan yang melibatkan Ketua KPK. Nah, pada saat itu Ketua KPK itu yang dilaporkan itu namanya kalau disingkat BW. Nama saya kalau disingkat juga BW.

Nah, itu lah wartawan yang buat. Kenapa? Masa BW tangkap BW. Nah, ya kan. BW ditangkap sama Buwas, ditangkap oleh Buwas. Nah di situlah mulai nama saya itu ya akhirnya sebutannya ya Buwas ya. Karena pada saat itu dianggap saya kontroversial, maka terus dianggap wah ini memang binatang buas, namanya cocok.

Ganas gitu ya. Apa saja dihajar juga. Ya, itu. Tapi ya memang sampai hari ini ya akrab juga dipanggil nama Buwas. Ya gak apa-apa sih.

Gak apa-apa, gak ada masalah. Kan sekarang jadi lebih familiar. Masyarakat juga mengenal, lebih familiar. Toh niatnya baik, gak ada konotasi negatif. Gak apa-apa.

Sebentar lagi memasuki Ramadan dan Idul Fitri. Selain beras, apa saja komoditas yang jadi fokus utama Bulog untuk operasi pasar atau SPHP?

Ya artinya gini, ini kan kegiatan yang setiap tahun berulang ya. Tentunya ini tidak berarti kita terus tidak siap. Karena kita sudah sepanjang tahun ke belakang juga kita melakukan hal yang sama ya untuk Hari Besar Keagamaan, terutama puasa dan Lebaran ya, puasa Ramadan dan Lebaran. Nah di situlah Bulog sudah seperti dari evaluasi tahun-tahun yang lalu. Bagaimana kita harus menyiapkan itu ya. Ketersediaan barang, bukan hanya beras, tapi minyak goreng, tepung, terigu, yang begitu kan, gula, dan yang lain-lainnya ya. Termasuk bawang putih, bawang merah.

Ya kan, itu sekarang ada penugasan daging ya kita menyiapkan daging, telur, daging ayam. Nah kita sudah siap kan. Kita sudah hitung semua kebutuhannya seperti tahun lalu. Sekaligus kita memprediksi bilamana nanti Lebaran, maka kebutuhan itu akan bergeser ke wilayah-wilayah tempat mudik. Nah, oke kalau sekarang puasa mungkin masih ada di apa, daerah-daerah seperti sekarang, tapi begitu menjelang Lebaran, ada pergeseran ya, mudik.

Nah di wilayah-wilayah itu, atau wilayah mudik, tentunya akan ada kebutuhan yang melonjak dari biasanya. Nah kita juga harus menyiapkan kebutuhan sesuai dengan pergeseran manusia itu. Sehingga tidak ada nanti, di kala orang pulang ke kampung, mau beli gula, gak ada. Mau beli tepung, gak ada. Padahal itu kan pada saat masyarakat merayakan Idul Fitri. Nah, itu, itu kita sudah sikapi.

Artinya dari sekarang, saya sudah menyiapkan dengan jajaran untuk kesiapan itu. Kita berkoodinasi dengan Badan Pangan Nasional, dengan Kemendag, termasuk juga ke Menteri BUMN, karena ada klaster pangan kan. Nanti kita bekerja sama dengan klaster pangan. Nanti kita lakukan pembagian tugas, mana yang bisa dilakukan klaster pangan, mana yang oleh Bulog. Produksi-produksi dari BUMN, seperti gula, RNI maupun dari PTPN. Nah itu kita ikut menyerap dan kita ikut mendistribusikan ke wilayah-wilayah.

Komoditas Bulog kan sekarang yang utama adalah beras, ya kan. Terus kita sudah biasa juga untuk minyak goreng. Tapi sudah kita sikapi semua. Tapi artinya untuk pengadaan itu kita ada kerja sama. Pengadaan minyak goreng, dari produsen-produsen minyak goreng. Sudah dari jauh hari kita. Ayam, juga kita kan kerja sama dengan perusahaan-perusahaan yang produsen ayam, daging ayam, telur, untuk kita distribusikan ke wilayah-wilayah.

Ada yang dengan merek Bulog, seperti gula, tepung terigu ya. Tapi tidak juga harus pakai merek Bulog ya. Karena seperti daging ayam, telur kan gak mungkin dimerekin kan?

Yang penting kita siapkan kebutuhan itu sesuai dengan yang diharapkan masyarakat sesuai dengan jumlahnya.

Operasi pasar sebetulnya bukan hanya beras ya. Di kala ada kenaikan kebutuhan pokok, seperti minyak goreng, kan ada operasi juga. Kan itu menyangkut stabilisasi. Tapi bilamana nanti ada kenaikan kebutuhan beras, ya kita juga intervensi dengan beras. Nanti kalau ada kedelai, ya kita, kita intervensi untuk kebutuhan kedelai. Seperti itulah, kita ikuti perkembangan terus itu.

Bulog mendapatkan penugasan impor daging kerbau. Berapa kuota impornya? Dan kapan akan direalisasikan?

[WANSUS] Buwas Masih Ditugasi Impor meski Hampir Pensiun dari Bulog?Stok daging kerbau yang diimpor Bulog (dok. Bulog)

Berdasarkan rakortas itu kita dapat penugasan untuk 100 ribu ton, 1 tahun ini ya. Itu kan dihitung dari neraca kebutuhan daging. Di antaranya selain daging sapi, termasuk kita daging kerbau. Nah, daging kerbau itu Bulog yang diberikan penugasan 100 ribu ton, kita dari India. Ini sudah kita lakukan secara bertahap. Artinya, yang paling utama adalah untuk kebutuhan masa Lebaran ini. Karena kan masyarakat mulai membutuhkan daging yang meningkat, kebutuhan daging, konsumsi daging. Dan kalau kita ketergantungan pada daging sapi, maka akan ada keterbatasan. Sehingga ini akan ada lonjakan harga. Maka salah satunya untuk mengimbangi itu, supaya ada alternatif pilihan pada masyarakat terhadap masalah daging, itu ada daging kerbau. Nah itu kita siapkan ya.

Yang sisa lalu itu kita, yang mendatangkan tambahan tahun lalu itu kan kita mendapatkan tambahan dari 100 ribu (ton), ada tambahan 20 ribu (ton). Dan dilaksanakannya kan pada Januari kemarin, ya kan. Nah itu sudah datang 13 ribu (ton) dari kuota 20 ribu (ton). Nah sekarang ini kita akan mendatangkan tambahan sebanyak, kurang lebihnya 20 ribu (ton). Jadi kita harapkan ada 32 ribu untuk kebutuhan puasa Ramadan.

Artinya silih berjalan. Kan begini, nanti setiap bulannya nih, kita 100 ribu ton (ton). Paling tidak setiap bulannya kita usahakan bisa 20 ribu (ton). Kalau setiap bulannya bisa 20 ribu, 20 ribu, kan rata-ratanya, biasanya rata-rata 15 ribu (ton). Kalau 20 ribu (ton), 20 ribu (ton) dalam 1 tahun, harusnya 240 ribu (ton) dong. Tapi kita lihat kebutuhannya. Yang kebutuhan karena kuotanya kita penugasan 100 ribu (ton), kita atur. Pada saat peningkatan kebutuhan kapan yang harus kita datang banyak, yaitu puasa Lebaran.

Nah, puasa ini nanti kita datangkan 20 ribu (ton), kebutuhan Lebarannya itu 20 ribu (ton), jadi sudah 40 ribu (ton) ya. Nah, sisanya yang 60 ribu (ton), itu berarti kita datangkan setiap bulan 10 ribu (ton), 10 ribu, 10 ribu ya. Jadi kurang lebih kita masuk nanti adalah 60 ribu (ton), jadi 6 bulan, 6 bulan ke depan ya. Jadi kalau puasa itu April, jadi Mei, Juni, Juli, Agustus, September, Oktober itu sudah clear.

Nah, sehingga nanti November, Desember itu sudah ada stok untuk kegiatan Natal, Tahun Baru. Namun, kalau itu biasanya kurang, kan nanti akan ada tambahan.

Bulog kan tidak, bukan mengajukan. Karena Bulog itu kan penugasan. Nah, nanti dari hasil rakortas itu apakah ditambah lagi kuotanya seperti tahun lalu? Begitu kurang, kita sudah selesai 100 ribu (ton), ada tambahan 20 ribu dong. Nah, itu kita lakukan itu, karena penugasan. Ini pun demikian, sama saja seperti itu.

(Harga) sampai konsumen harus Rp85 ribu per kg. Maksimal ya, maksimal. Di bawah itu malah alhamdulillah, lebih baik. Karena Bulog menjual semurah mungkin. Jadi Bulog dalam hal ini penugasan, bukan mencari keuntungan, ya kan. Kita memang dapat margin, supaya Bulog tidak rugi. Tapi margin kita diatur. Artinya tidak berlebihan. Karena apa? Tujuannya adalah kita mengintervensi pasar supaya harga murah, gitu.

Mendag mengatakan ada penugasan impor lagi dari Pak Jokowi, impor beras. Apakah sudah masuk penugasannya ke Bulog lagi?

[WANSUS] Buwas Masih Ditugasi Impor meski Hampir Pensiun dari Bulog?Bulog impor 200 ribu ton beras hingga akhir Desember 2022. (dok. Perum Bulog)

Dan kenapa harus impor, sedangkan kita sudah memasuki panen raya?

Oke, itu dari Menteri Perdagangan. Yang beliau sampaikan, karena beliau kan bertanggung jawab untuk stabilisasi, ya. Stabilisasi berkaitan nanti tentunya intervensi pasar, dengan jumlah yang dibutuhkan, oke. Nah, itu memang tugasnya Pak Menteri Perdagangan, barangnya disimpannya di Bulog, untuk stabilisasi ya. Nah, kita lihat, itu berarti suatu wujud antisipasi Pak Mendag di kala menghadapi kemungkinan-kemungkinan. Jadi kan seandainya itu betul, nanti, kan belum ada penugasan ke kita, belum ya, itu kan prediksi, ya antisipasi Pak Mendag, betul.

Saya kira kan kalau pangan itu kita gak boleh dadakan, kalau sudah diprediksi, kita lebih cepat. Kan saya bilang, kalau pangan itu kan gak bisa ditunda ya. Kita tidak bisa menunggu kan, karena masalah perut. Bilamana pasti perhitungan Pak Mendag, bilamana panen raya ini, karena kemarin kan Pak Arief sendiri menyampaikan, bahwa panen saat ini, ya kan, itu akan diserap awal dari penggilingan ke penggilingan, ke rumah tangga, dengan pasar. Sehingga Bulog itu pasti belum bisa menyerap secara maksimal dong? Karena kita pasti mendahulukan kepentingan pasar dulu.

Toh sama saja ya, karena Bulog itu kan untuk cadangan ya. Nah, bilamana dalam proses perjalanan ini ternyata menutupi kekosongan-kekosongan terlalu besar, yang panen sekarang untuk menutupi kekurangan yang bulan lalu dan tahun lalu, ya kan. Sehingga kemampuan untuk Bulog menyerap sesuai dengan targetnya itu tidak tercapai padahal itu dibutuhkan untuk kepentingannya kegiatan negara atau stok negara, maka bisa saja ada penugasan untuk harus diimpor.

Tapi impor sekali lagi bukan berarti itu kita untuk dijual, tidak. Itu untuk cadangan. Jadi kan kalau kita punya cadangan uang, berarti kan masyarakat tenang. Oh berarti untuk kebutuhannya tercukupi. Itulah yang namanya ketahanan pangan. Ya, tapi ini nanti kan melalui proses. Prosesnya ini kan ada keputusan rakortas.

Walaupun itu disampaikan Pak Mendag, kan belum tentu juga langsung Bulog melaksanakan. Karena nanti kan akan dibahas dalam forum rapat. Diputuskan berapa benangnya, real-nya. Kan itu ada Mentan yang sebagai pertanggungjawaban produksi daripada pertanian kita sendiri. Nanti ada menteri-menteri lain, termasuk Badan Pangan Nasional, neraca pangannya seperti apa. Kalau Bulog, kalau diperintah, sesuai dengan hasil keputusan rapat, dan datanya, faktanya seperti itu, ya untuk kebaikan, untuk kepentingan masyarakat, ya kenapa tidak?

(Kemampuan produksi beras dalam negeri besar) dalam hitungannya iya.

Gini, kalau saya jujur ya secara pribadi, dan di Bulog sendiri, kita selalu mengutamakan produksi dalam negeri. Dan itu pun sudah berkali-kali Pak Presiden, ya menyampaikan bahwa utamakan produk dalam negeri, utamakan produk dalam negeri. Dan Bulog ya kan, selama saya pimpin itu sudah hampir lima tahun kita tidak impor sebenarnya, ya kan, sudah hampir lima tahun. Baru kemarin saja ya karena penugasan ya. Kita bertahan dengan menyerap dalam negeri. Kenapa? Karena memang ada barangnya, jumlahnya ada. Walaupun kalau kita bicara harga, lebih murah impor, ya kan.

Tapi kan bukan terus kita berarti berpihak pada impor, itu salah besar, karena kita tidak menyemangati petani dong? Ya kan? Nah, itulah kenapa selama ini walaupun harganya tinggi, dibanding dengan luar, kita tetap utamakan serapan dalam negeri, beras kita. Nah kalau itu kemarin memang produksinya kurang. Sekarang pertanyaannya, Pak, sekarang kan panen raya? Lah, iya justru sekarang panen raya, kita ikuti dulu perkembangannya seperti apa. Seperti hari ini, dari mulai panen raya kemarin, kita lakukan penyerapan dari mulai Februari, ya kan, sampai Maret hari ini, kita baru bisa menyerap 35 ribu ton, 36 ribu ton hari ini.

Oke, nah, target kita dalam panen raya ini, 70 persen dari penugasan negara kepada Bulog. 70 persen dari mana? Dari 2,4 juta ton. Nah, dari mana? Sisanya yang 30 persen, kita akan serap pada masa panen gadu. Nah, sekarang kan timbul pertanyaan lagi, apakah mungkin Bulog bisa menyerap tuh 70 persen dengan, dengan panen raya ini? Bisa iya, bisa tidak. Bisa iya manakala produksinya memang sesuai dengan perhitungannya. Bisa tidak, manakala kurang dari targetnya, gitu loh, ya. Kan tujuannya bukan untuk dagang, tujuannya adalah untuk buffer stock keamanan pangannya Indonesia gitu loh.

Kalau memang secara hasil panennya ada, tapi mungkin harganya di atas yang penugasan Bulog, bagaimana?

Bisa, bisa. Kayak yang lalu kan kita gitu. Begitu harganya Rp8.300 per kg, tidak, tidak bisa kita, kan ada fleksibilitas sampai Rp8.800 per kg. Begitu gak dapat juga, kita naikkan sampai Rp10.200 per kg, ya kan, fleksibilitas. Gak dapat juga, kita serap dengan harga komersial, kan begitu. Begitu kan suatu langkah-langkah pemerintah bahwa itu selalu keberpihakan pada produk dalam negeri. Persoalannya sekarang, harganya mahal pun, kalau barangnya gak ada, apa yang mau diserap?

Nah, sekarang gini. Kalau harganya naik, yaitu karena ada hukum demand dan supply ya, ya kan. Kalau supply kurang, demand tetap, pasti kan, berebut nih dapatnya, ya. Nah, itu satu. Jadi kita gak bisa pungkiri, kalau memang harganya mahal, salah satunya ada supply-nya kurang.

Nah supply-nya kita lihat, ini supply-nya berapa kurangnya? Kenapa naik? Dari mana nih? Ya kan. Untuk menutupi kekurangan itu, biasanya stok Bulog yang diturunkan, supaya menurunkan harga. Nah, sekarang kalau produksi itu turun, kita gak usah cari kambing hitam. Oh, salah si A, si B, si C, dan segala macam, tidak. Kita harus pelajari. Kenapa produksi ini bisa turun? Bisa saja karena ada hama, oke. Bisa saja karena menanamnya tidak serentak. Bisa juga karena gangguan cuaca, misalnya banjir, atau bencana alam, kan bisa terjadi, semua bisa terjadi. Nah, makanya kita harus mengikuti itu sesuai dengan perkembangan-perkembangan situasinya.

Jadi kita gak bisa mematok, oh Pak, ini panen raya. Memang, tahun-tahun yang lalu, panen raya ini bulan-bulan ini ya. Tapi kan, belum tentu juga seperti tahun lalu, karena cuacanya berbeda, oke.

Tambah lagi, belum tentu juga jumlahnya seperti tahun lalu. Kadang, sistem pertaniannya tidak bersamaan, kan bisa saja. Malah mungkin ini bisa panen sepanjang tahun, bisa saja. Karena saya lihat di lapangan ada yang sekarang baru tanam, ada yang sudah panen, ada yang akan panen, ada yang sekarang baru diolah tanahnya, tidak sama. Kalau dulu kan sudah mau panen semua, sudah panen semua, sekarang tidak, seperti itu kondisinya ya. Ya mungkin akibat cuaca ya, cuaca, masyarakat yang kemarin gagal panen, nanam lagi kan. Nah, berarti gak sama dengan yang lalu. Nah ini yang menyebabkan kenapa produksinya tidak sama. Terus bisa saja terjadi seperti yang, yang tidak kita apa, prediksi, seperti itu.

Kalau melihat tahun lalu, problemnya di produksi atau dari Bulog sendiri ada kendala di penyerapan, karena masalah fleksibilitas itu tadi?

[WANSUS] Buwas Masih Ditugasi Impor meski Hampir Pensiun dari Bulog?Petani merontokkan bulir padi saat panen raya padi. (ANTARA FOTO/Arif Firmansyah)

Oh tidak, tidak, tidak. Fleksibilitas kan baru-baru saja kejadian. Jadi gini, Bulog sebenarnya kan tergantung penugasan negara. Waktu itu kan kita diperintahkan menyerap 1-1,2 (juta ton), dan kita sudah, oke. Ndak ada masalah, penyerapan kita maksimal.

Persoalannya, ada peningkatan kebutuhan mulai bulan Juli, Agustus, yang rata-rata sampai hari ini 200 ribu ton, per bulannya. Biasanya kita hanya menggelontorkan 30 ribu sudah selesai tuh, ya kan di seluruh Indonesia. Sekarang, 200 ribu rata-rata, 200 ribu ton.

Sehingga apa? Posisi stok yang di Bulog, yang tadinya 1,2 (juta ton) sudah standard 1 juta (ton), ya tergelontorkan habis, itu mau gak mau. Kenapa itu bisa terjadi? Karena ada kekurangan produksi. Kekurangan produksi bukan ada kesengajaan, ndak. Tapi memang itu ada alam, bencana, cuaca, macam-macam.

Baru saja ada peresmian Modern Rice Milling Plant atau penggilingan padinya Bulog di Sragen yang dihadiri Pak Jokowi. Apa pesan yang diberikan Pak Jokowi terhadap Bulog?

[WANSUS] Buwas Masih Ditugasi Impor meski Hampir Pensiun dari Bulog?Sentra Penggilingan Padi Bulog di Kendal, Jawa Tengah. (IDN Times/Vadhia Lidyana)

Bulog dulu itu membeli beras, terutama kalau untuk CBP, untuk cadangan pemerintah itu, atau CBP, cadangan berasnya pemerintah. Ya itu kita dengan kategori adalah berasnya medium, bukan premium, dengan kadar air sekian, dan segala macam, oke. Dengan maksud itu untuk stok, disimpan dalam kurun waktu yang relatif lama, untuk kegiatan tadi, kegiatan-kegiatan yang diprogramkan pemerintah.

Nah, khusus untuk penggilingan, justru kita menolong penggilingan-penggilingan tradisional. Karena penggilingan-penggilingan tradisional itu, penggilingan kecil-kecil itu memproduksi beras medium. Nah kita menyerap dari situ. Jadi Bulog tidak pernah membuat beras pada saat itu.

Tapi, pemerintah pikir ini kan apa salahnya kalau pemerintah hadir untuk kepentingan petani melalui Bulog, membangun pabrik-pabrik beras modern. Maka waktu itu dibangunlah, program 10 modern rice mill, yang sekarang baru selesai 7, 3 dalam proses penyelesaian. Makanya 7 kemarin diresmikan Pak Presiden.

Semua tujuh, tapi yang didatangkan Pak Presiden satu. Tetapi kan beliau sudah menyampaikan ada 7, 1, 2, 3, yang selesai, oke. Nah, itu dengan maksud adalah Bulog bisa menyerap gabah petani kering panen, tidak perlu kering giling. Karena petani, kalau dia kering giling kan harus menjemur, ketergantungan dengan matahari. Dengan langsung bisa setor ke pemerintah melalui Bulog itu adalah, beras itu, gabah itu akan diproses dengan dryer, pengeringannya. Nah, terus diolah dengan mesin modern, maka memproduksi beras premium yang punya nilai harga tinggi, gitu.

Kabarnya Bapak akan habis masa jabatannya di bulan April?

April, ya sesuai dengan awal saya tugas di Bulog ini kan mulai tanggal 26 April 2018. Artinya dalam ketentuan aturan di situ, kontraknya lima tahun. Nah, nanti tanggal 26 April nanti, itu saya sudah selesai 5 tahun. Artinya, mau gak mau secara aturan harus diganti.

Oleh sebab itu, ya saya gak ada masalah apa-apa, wong kita sudah melaksanakan tugas kok, dengan semaksimal mungkin, berupaya sebaik mungkin. Ya itu yang bisa saya lakukan, saya wujudkan, jadi gak ada masalah gitu loh.

Apakah Bapak nanti akan melanjutkan di Bulog, atau kan sempat ramai isu Bapak mau diberikan jabatan sebagai Menteri Pertanian. Bagaimana tanggapan Bapak?

Enggak lah, kalau saya ini kan ya ibaratnya seperti air mengalir, ya kan. Dan sekali lagi, kan saya ini kan memang didiknya sebagai aparatur negara, abdi negara, hidupnya itu adalah pengabdian. Jadi kalau abdi itu diperintah apapun harus bisa melaksanakan gitu loh, tanpa berpikir macam-macam.

Nah, kalau sekarang saya tugas di Bulog, ya itulah wujud pengabdian saya, setelah pensiun dari polisi. Karena apa? Memang sejarah, sepanjang Bulog itu berdiri, belum pernah Dirutnya dipimpin oleh mantan polisi. Ya saya lah yang mengawali itu. Ya saya bersyukur, alhamdulillah ya, yang tadinya saya juga ragu, secara pribadi saya juga ragu. Bisa apa enggak saya dengan tugas di sini, ya kan. Tapi ternyata saya bisa, gitu loh, bisa, dan selesai sampai akhir kontrak saya, itu kebanggan saya.

Yang kedua ya, saya juga bangga ya. Karena saya di kala datang di Bulog ini kan, saya dibebani utang hampir Rp32 triliun dengan kerugian Bulog yang nilainya Rp1,7 triliun. Kalau perusahaan itu sudah collapse tuh, sudah utangnya gede, kerugiannya gede. Tapi saya bilang, ini tantangan, ya kan. Saya belajar, alhamdulillah saya bisa membuktikan, ya kan, begitu tahun 2021 untung Rp260 miliar.

Nah, jadi utangnya turun jadi Rp9 triliun. Utangnya tinggal Rp9 triliun, dapat untung pula Rp260 miliar. Nah, begitu 2022 kemarin, walaupun belum masih diaudit, kita sudah perhitungan untungnya, labanya sudah Rp500 lebih, Rp500 miliar lebih, dengan utang kita Rp7 triliun. Nah, makin turun kan? Utangnya makin turun, tapi sudah bukukan laba. Itu satu kebanggaan saya yang kedua, bahwa saya sudah membuktikan dengan kerja saya, ada hasilnya.

Kemudian yang ketiga kebanggaan saya, ya ternyata kerjaan saya diakui masyarakat. Kenapa? Ya dengan inovasi saya, dengan pekerjaan saya selama ini, saya mendapatkan penghargaan 69 kali penghargaan. Berarti kalau 1 tahun 12 bulan, 5 tahun berarti 60 bulan, dapat penghargaannya 69. Berarti 1 bulan rata-rata 1, bahkan lebih, ya kan. Nah itu, saya bilang, suatu kebanggan bagi saya.

Jadi kalau toh memang saya mengakhiri ya sudah, saya ingin mengakhiri dengan ending-nya ya, happy, gitu ya, senang. Wah, karena saya sudah membuktikan tugas saya di Bulog ini selesai dengan baik.

Tapi, jika ada penugasan entah di Kabinet atau di BUMN lagi, siap?

Saya, saya artinya, kalau memang saya ditugaskan di mana saja, ya terserah, gak ada masalah juga. Seandainya tidak juga, apakah saya tidak bermanfaat? Bermanfaat, paling tidak untuk keluarga, untuk masyarakat lingkungan, pasti, gitu loh ya.

Artinya mengisi sisa hidup itu dengan kekosongan kegiatan, ya kita membuat kegiatan yang bermanfaat. Jadi jangan terus berasa, aduh, dari pejabat pengin terus jadi pejabat, enggak. Itulah namanya siklus kehidupan, perputaran, ya. Pasang-surut kehidupan biasa, roda berputar, kadang di atas, dan terus di bawah. Gak ada masalah, yang penting adalah siap mental kita, ya kan, gitu.

Topik:

  • Anata Siregar

Berita Terkini Lainnya