Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Apakah Kamu Sudah Saatnya Memiliki Asuransi? Ini Jawabannya

Ilustrasi Asuransi (IDN Times/Aditya Pratama)

Jakarta, IDN Times - Apakah kamu sedang mempertimbangkan untuk memiliki asuransi, tapi masih bimbang? Mungkin kamu dapat menemukan jawabannya dengan mempertimbangkan beberapa hal. Apa saja?

Head of Product Development Prudential Syariah, Bondan Margono, mengatakan asuransi di Indonesia masih dianggap sebagai kebutuhan tersier. Artinya bukan termasuk ke dalam kebutuhan utama masyarakat.

"Indonesia mungkin masih negara berkembang, kepentingan atau kebutuhan asuransi masih kebutuhan tersier. Nanti, seiring kita lebih maju, lebih makmur, nanti asuransi itu sendiri menjadi kebutuhan yang lebih penting, sekunder. Bahkan, mungkin beberapa orang yang sangat peduli rencana finansial ini malah menjadi kebutuhan paling utama," katanya dalam Journalist Workshop 2023 di Bogor baru-baru ini.

1. Asuransi berkaitan erat dengan proteksi

Ilustrasi asuransi. (IDN Times/Aditya Pratama)

Kata kunci dari asuransi adalah proteksi. Nah, dalam perencanaan keuangan maka proteksi adalah kebutuhan paling mendasar. Sebab, kalau kamu ingin merencanakan keuangan berarti harus punya pendapatan.

"Dengan pendapatan, berarti kita bisa merencanakan ke depan, tiga, lima, hingga 10 tahun ke depan. Nah, itu kalau kita sehat, tidak kenapa-kenapa. Kalau misalnya ada risiko berarti pendapatannya bisa apa potensinya? Berkurang, kedua hilang," ujarnya.

Jadi, yang pertama kali harus diproteksi adalah pendapatan kamu. Apabila terjadi apa-apa terhadap diri kamu, rencana keuangan kamu masih bisa berjalan karena adanya proteksi.

"Apalagi, di Indonesia kan lebih banyak yang pekerja informal. Jadi, 70 persen itu (pekerja) informal. Jadi, pada dasarnya orang Indonesia gajinya gak tetap. Istilahnya benar-benar harus merencanakan lebih baik," tutur Bondan.

Dia menekankan proteksi jadi kebutuhan yang teramat sangat penting. Pertanyannya, apakah asuransi adalah satu-satunya jalan keluar untuk memproteksi diri dan keuangan kamu? Menurutnya tidak.

Artinya, asuransi bukan satu-satunya alat proteksi diri dan keuangan kita. Misalnya saja, kamu punya aset berharga seperti tanah, dan kebetulan tanggungan juga gak terlalu besar, mungkin belum perlu asuransi. Sebab, jika sewaktu-waktu ada kebutuhan bisa menjual aset yang dimiliki.

"Tetapi, sebagian besar dari kita, sumber daya dan pendapatan kita terbatas ya. Bukan kita punya keuangan yang melimpah ruah," ujarnya.

Kemudian, setelah kamu punya proteksi baru bisa melangkah ke tahap berikutnya, yaitu mengakumulasi kekayaan itu sendiri dan mencapai perencanaan keuangan yang sudah kamu rencanakan.

Mengenai bagaimana kamu bisa mempertahankan kekayaan tersebut dan mendistribusikannya baik ke keluarga ataupun untuk wakaf, sedekah dan sebagainya maka proteksi itu sangat penting.

2. Ada empat faktor yang membuatmu perlu memiliki asuransi jiwa

Ilustrasi asuransi (IDN Times/Aditya Pratama)

Asuransi jiwa layak dipertimbangkan apabila ada orang-orang tercinta yang menggantungkan hidupnya pada penghasilan kamu. Bagaimana jika tidak punya penghasilan, apakah masih perlu asuransi jiwa? Jawabannya sebenarnya adalah tidak.

"Kalau kita tidak punya penghasilan tak perlu asuransi jiwa. Asuransi kesehatan? Perlu. Tapi, asuransi jiwa tidak (perlu) sebenarnya. Karena, tidak ada orang yang menggantungkan hidupnya kepada penghasilan. Tapi, kalau kita punya orang tercinta, bisa orang tua, anak, itu membutuhkan asuransi," tutur Bondan.

Kamu juga butuh asuransi jiwa apabila ingin memitigasi risiko untuk mencapai tujuan keuanganmu. Jika kamu yakin tujuan keuangan kamu pasti akan tercapai mungkin tidak terlalu perlu asuransi. Tapi, kalau ingin memitigasi ataupun mengurangi risiko agar rencana keuangannya dapat tercapai maka layak mempertimbangkan asuransi.

Pertimbangkan selanjutnya adalah kamu memiliki dana darurat dan aset yang terbatas, dan kamu ingin merencanakan pensiun dan waris.

3. Produk asuransi apa yang cocok untuk kamu?

ilustrasi asuransi (IDN Times/Aditya Pratama)

Kamu bisa menentukan kebutuhan proteksi berdasarkan tahapan kehidupan. Jika kamu masih muda dan belum menikah maka kamu bisa mempertimbangkan asuransi kesehatan dan penyakit kritis.

"Muda dan lajang, belum ada orang yang bergantung pada diri kita, ya itu kesehatan dan penyakit kritis itu sudah cukup karena tidak ada orang yang menggantungkan hidupnya kepada diri kita," ujarnya.

Lain cerita apabila kamu sudah menikah maka perlu mempertimbangkan memiliki asuransi kesehatan pasangan, penyakit kritis, dan proteksi pendapatan.

Dia menjelaskan, proteksi pendapatan menjadi penting setelah menikah karena kalau misalkan terjadi apa-apa dengan kamu sebagai pencari nafkah utama, entah kamu sedang dirawat dalam beberapa waktu sehingga tidak punya penghasilan dan tidak bisa memberikan nafkah kepada keluarga, berarti ada kerugian di sana. Dengan begitu, asuransi bisa memitigasi kerugian tersebut.

Jika kamu sudah menikah dan punya anak juga berbeda lagi kebutuhan asuransinya. Kamu bisa mempertimbangkan asuransi kesehatan anak, pendidikan anak, penyakit kritis dan proteksi pendapatan.

"Ketika sudah punya anak berarti lebih banyak tanggungan lagi yang dimiliki, bukan cuma pasangan, tapi juga anaknya. Dan kebutuhan alami anak pasti berbeda dari pasangan. Ini makanya ada asuransi kesehatan anak, pendidikan, tambahannya," jelas Bondan.

Ketika nantinya kamu semakin beranjak tua juga perlu mempertimbangkan perencanaan waris dan pensiun.

"Jadi ini semua bisa dilakukan melalui asuransi jiwa itu sendiri," ujarnya.

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Trio Hamdani
EditorTrio Hamdani
Follow Us