Harga Bitcoin cs Anjlok Imbas Ketegangan Rusia-Ukraina

Jakarta, IDN Times – Harga mata uang digital (cryptocurrency) berguguran pada Selasa (22/2/2022) karena ketegangan geopolitik yang melibatkan Rusia dan Ukraina mengguncang pasar global.
Harga Bitcoin terakhir turun lebih dari 1 persen menjadi 37.553,39 dolar Amerika Serikat (AS) atau sekitar Rp525 juta. Nilai cryptocurrency itu turun lagi dan menyentuh 36.370 dalam perdagangan pagi, level terendah dalam lebih dari dua minggu.
Harga aset digital lainnya juga turun, termasuk Ether turun 2 persen dan Cardano turun 8 persen.
1. Penyebab penurunan nilai

Analis mengatakan penurunan itu terjadi seiring meningkatnya ketegangan atas krisis Rusia-Ukraina. Presiden Rusia Vladimir Putin pada Senin memerintahkan pasukannya untuk memasuki dua wilayah yang memisahkan diri di Ukraina timur, beberapa saat setelah menyatakan kemerdekaan kedua wilayah itu.
Langkah ini telah memicu kekhawatiran akan invasi besar-besaran, menyebabkan saham global turun tajam karena selera para pedagang terhadap risiko menurun.
“Bitcoin, dan crypto secara lebih umum, bergerak sejalan dengan indeks saham Asia semalam karena berita utama Rusia-Ukraina mendorong pergerakan harga,” kata Chris Dick dari B2C2, sebagaimana dikutip dari CNBC, Rabu.
“Pertama ada aksi jual saat Putin mengumumkan dia memerintahkan pasukan ke Ukraina dan kemudian bangkit kembali saat pasar memproses berita utama,” tambahnya.
2. Bitcoin sebagai emas digital

Bitcoin sering disebut-sebut oleh para pendukungnya sebagai aset safe haven yang mirip dengan emas, yang berarti seharusnya bisa jadi tempat penyimpan nilai di saat ketidakpastian terjadi.
Namun, label Bitcoin sebagai semacam emas digital telah rusak karena semakin banyak investor institusional mulai memperdagangkannya, dan harga cryptocurrency menjadi lebih selaras dengan fluktuasi di pasar tradisional seperti ekuitas.
3. Pasar bullish Bitcoin

Nilai Bitcoin sekarang jauh dibawah level tertinggi sepanjang masanya, di atas 68 ribu dolar AS, yang dicapai pada November 2021.
Du Jun, salah satu pendiri bursa kripto Huobi, mengatakan lonjakan (bullish) di pasar Bitcoin berikutnya tidak mungkin terjadi sampai paling cepat 2024, ketika peristiwa yang disebut “halving” berikutnya akan terjadi.
“Mengikuti siklus ini, tidak akan sampai akhir 2024 hingga awal 2025 kita dapat menyambut pasar bullish berikutnya pada Bitcoin,” kata Du.
Halving Bitcoin merupakan langkah mengurangi imbalan yang didapat penambang cryptocurrency untuk memverifikasi transaksi. Ini secara efektif menekan pasokan koin baru yang diterbitkan.