Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Melonjak di Oktober, Akankah Reli Bitcoin Lanjut di November?

pixabay.com/BenjaminNelan
pixabay.com/BenjaminNelan

Jakarta, IDN Times - Bitcoin (BTC) berhasil mencapai level tertinggi pada bulan Oktober yang lalu. BTC tercatat di atas 35 ribu dolar AS atau sekitar Rp554 juta untuk pertama kalinya sejak Mei 2022.

Hal itu membuktikan bahwa tren positif yang dikenal sebagai 'Uptober' masih berlaku di tahun ini. Berdasarkan data Bitcoin Monthly returns, BTC menutup Oktober dengan angka positif melonjak lebih dari 28 persen.

Sentimen positif tersebut menjadi pendorong utama bagi optimisme para pelaku pasar. Mereka mengantisipasi November yang mungkin akan penuh dengan aksi bagi para investor kripto.

Lalu, apakah reli Bitcoin akan terus berlanjut? 

1. Investor Bitcoin akan meningkat karena peluncuran ETF Bitcoin spot

Ilustrasi bitcoin. (Pixabay.com/EivindPedersen)
Ilustrasi bitcoin. (Pixabay.com/EivindPedersen)

Secara keseluruhan, pasar kripto cenderung mengalami peningkatan pada 2023 ini, seiring dengan perbaikan prospek ekonomi AS. Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur mengatakan investor mulai berpindah untuk berinvestasi dalam Bitcoin.

Menurutnya, hal itu karena para investor mengantisipasi bahwa Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC) akan segera menyetujui ETF Bitcoin spot yang pertama di Amerika Serikat. 

"Investor telah mengantisipasi peluncuran ETF Bitcoin spot untuk mendapatkan momentum yang serius dalam tiga bulan terakhir. Lonjakan harga yang luar biasa bisa terjadi, jika ada kabar baru mengenai ETF," kata Fyqieh. 

Bitcoin dan Ethereum berada di jalur yang tepat untuk menyelesaikan tahun ini dengan positif. Harga Bitcoin kini naik 107 persen year-to-date (ytd) pada tahun 2023, sementara harga Ethereum naik 49 persen.

2. Potensi bullish November

Ilustrasi bitcoin. (unsplash.com/Kanchanara)
Ilustrasi bitcoin. (unsplash.com/Kanchanara)

Fyqieh menjelaskan bahwa data Bitcoin Monthly returns menunjukkan bahwa sejak 2013, BTC telah mencatat lima kali penutupan bulanan yang positif pada November. Data ini juga mengindikasikan bahwa ada kemungkinan lebih dari 60 persen bahwa November akan tetap menguntungkan bagi Bitcoin setelah bulan Oktober yang positif. 

"Faktor-faktor tersebut menunjukkan pola historis yang menarik, meskipun data Bitcoin Monthly returns tidak cukup untuk mengambil keputusan tentang arah pergerakan harga BTC di masa depan. Oleh karena itu, para investor harus tetap berhati-hati dan mempertimbangkan faktor-faktor lain yang dapat memengaruhi pasar kripto secara keseluruhan," tambahnya. 

Pada November 2023 ini, beberapa sentimen pendorong akan muncul, termasuk kekhawatiran terkait kegagalan bank, perkembangan makroekonomi, dan peningkatan minat dari institusi-institusi keuangan. Semua faktor ini akan berkontribusi terhadap volatilitas pasar Bitcoin.

Menjelang akhir tahun, berita seputar ETF dan prospek halving Bitcoin berikutnya, yang diperkirakan akan terjadi dalam waktu sekitar enam bulan, akan menjadi lebih penting. 

3. Pengaruh The Fed

Chairman Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell pada Rabu (21/9/2022) mengumumkan kenaikan suku bunga acuan (Fed Fund Rate) untuk kelima kalinya tahun ini. (dok. YouTube Washington Post)
Chairman Federal Reserve (The Fed), Jerome Powell pada Rabu (21/9/2022) mengumumkan kenaikan suku bunga acuan (Fed Fund Rate) untuk kelima kalinya tahun ini. (dok. YouTube Washington Post)

Kenaikan di pasar kripto yang terjadi setelah The Fed memutuskan untuk mempertahankan suku bunga dalam kisaran 5,25 persen hingga 5,50 persen, dan telah memicu sentimen bullish pada November ini.

Meskipun sudah diantisipasi, keputusan ini tetap memiliki dampak signifikan di pasar, menguatkan investor dan trader di industri kripto. Bahkan Bitcoin mencapai level tertinggi baru pada 2023, yakni diperdagangkan di atas 35.500 dolar AS (Rp562 juta) setelah keputusan The Fed. 

"Kebijakan suku bunga yang stabil telah memberikan dorongan bagi Bitcoin untuk mendapatkan kembali momentumnya. Ini mungkin akan membantu Bitcoin untuk dengan percaya diri mencapai level resisten di angka US$ 36.000 (Rp 570 juta)," kata Fyqieh. 

Dengan kebijakan moneter yang stabil dari The Fed dan perhatian yang diberikan pada indikator-indikator ekonomi, pasar menantikan potensi era stabilitas dan pertumbuhan. Skenario ini menciptakan dorongan bagi Bitcoin untuk mencapai level tertinggi baru setiap tahun, dengan target mencapai 40 ribu dolar AS (Rp633 juta) pada akhir 2023. 

Namun, Fyqieh juga memperingatkan, angka tersebut mungkin akan sulit dicapai, mengingat pidato dari Ketua The Fed, Jerome Powell, yang bisa memicu kekhawatiran baru tentang pengetatan kebijakan moneter bank sentral. Sementara itu, responden di CME FedWatch Tool menunjukkan peningkatan kemungkinan kenaikan suku bunga pada pertemuan FOMC Desember mendatang. 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Anata Siregar
EditorAnata Siregar
Follow Us