Saham Teknologi Jepang dan Korsel Merosot Tajam karena Gelembung AI

- Saham teknologi Jepang dan Korsel anjlok drastis karena kekhawatiran gelembung AI.
- Kejatuhan Softbank dan saham chip Korea Selatan menjadi sorotan utama pasar Asia.
- Data tenaga kerja AS yang tidak meyakinkan memicu tekanan jual di Wall Street dan pasar Asia.
Jakarta, IDN Times - Saham teknologi di Jepang dan Korea Selatan turun drastis pada Jum'at (21/11/2025), karena kekhawatiran investor terhadap gelembung di sektor kecerdasan buatan (AI). Penurunan ini memicu aksi jual besar-besaran di pasar Asia.
Aksi jual ini terjadi setelah sesi bursa Amerika Serikat (AS) pada Kamis (20/11/2025) ditutup melemah akibat data tenaga kerja yang belum meyakinkan. Kondisi ini membuat pasar ragu apakah The Fed akan memangkas suku bunga lebih lanjut, sehingga menekan sentimen investor.
1. Kejatuhan Softbank dan sentimen gelembung AI
Harga saham SoftBank di Bursa Tokyo anjlok lebih dari 10 persen hanya dalam satu sesi perdagangan. Penurunan ini menjadi yang terparah sepanjang tahun bagi salah satu perusahaan teknologi utama Jepang, yang sangat terpapar pada sektor AI dan investasi startup global.
Laporan dari Wall Street Journal juga menjelaskan, penurunan saham SoftBank dipicu oleh kekhawatiran pasar bahwa valuasi perusahaan-perusahaan AI sudah terlalu tinggi dan belum sepenuhnya didukung kinerja fundamental.
Selain SoftBank, saham-saham teknologi besar lain, seperti Advantest dan Tokyo Electron, juga mencatat penurunan cukup tajam karena imbas kepanikan di pasar terkait AI. Indeks Nikkei 225 turun lebih dari 2 persen, mengikuti kejatuhan SoftBank sebagai barometer sentimen pasar.
2. Tekanan pasar Korea Selatan akibat saham chip
Pasar Seoul mengalami penurunan signifikan ketika saham-saham produsen chip seperti Samsung Electronics dan SK Hynix turun tajam hingga lebih dari 4 persen dalam satu hari perdagangan. Kali ini, kerugian juga menjadi yang terbesar sepanjang sembilan bulan terakhir.
"Situasi ini terjadi karena investor mulai menahan diri setelah reli besar-besaran di sektor chip berbasis AI," ujar seorang analis, dilansir CNBC.
Penurunan saham chip ini sangat terasa di indeks utama Korea Selatan, Kospi, yang akhirnya ditutup melemah di bawah level psikologis penting pada Jum'at (21/11/2025), menghapus seluruh kenaikan hari sebelumnya.
3. Data tenaga kerja AS dan efek ke Wall Street
Pada Kamis (20/11/2025), Wall Street ditutup melemah setelah data tenaga kerja AS tidak mampu menguatkan harapan penurunan suku bunga lanjutan oleh The Fed. Angka pertumbuhan lapangan kerja yang solid justru disertai kenaikan tingkat pengangguran, membuat investor khawatir The Fed akan memilih sikap lebih hati-hati.
Kondisi pasar AS ini berdampak langsung ke pembukaan bursa Asia pada Jum'at pagi (21/11/2025), membuat tekanan jual semakin kuat di regional.
Para trader di pasar Asia merespons sell-off di Wall Street dengan aksi ambil untung besar-besaran, khususnya pada saham-saham yang dianggap memiliki valuasi tinggi karena hype AI sepanjang 2025.


















