Startup StaffAny Dapat Pendanaan Seri A Senilai Rp48 M

Jakarta, IDN Times - Startup StaffAny baru-baru ini mendapatkan pendanaan seri A senilai Rp48,8 miliar. Pendanaan tersebut dipimpin oleh GGV Capital.
StaffAny adalah aplikasi yang bergerak dalam pelayanan manajemen pegawai shift untuk usaha kecil dan menengah (UKM). Tercatat hingga saat ini, StaffAny telah mengawasi lebih dari 17,6 juta jam kerja karyawan dan membantu mereka menghemat 507 ribu jam kerja.
Dengan layanan itu, rata-rata klien StaffAny berhasil menghemat sekitar Rp255 juta per tahun.
1. Memperkenalkan pendekatan modern dalam kelola SDM

Adapun capaian di atas diperoleh setelah peluncuran produk Startup Plan. Produk tersebut dapat digunakan oleh para pemilik bisnis secara gratis.
Semenjak diluncurkan pada Maret 2022, Startup Plan telah menggaet lebih dari 400 pengguna institusi. Oleh sebab itu, Startup Plan kini juga dibuka untuk perusahaan rintisan yang berusia di bawah 1 tahun, dengan jumlah tim di bawah 25 orang.
Peluncuran produk tersebut didasari oleh kebutuhan digitalisasi dari berbagai industri yang masih menggunakan cara manual dan kertas dalam proses perencanaan dan penanganan SDM.
“Aplikasi StaffAny dirancang untuk menjadi standar emas industri ke depannya dalam menghadapi tantangan ini. Tujuannya agar para klien kami meninggalkan cara lama yang bersifat manual dan mengadopsi sistem berbasis cloud untuk seluruh proses penanganan SDM, dimulai dari pengaturan shift, cuti, penjadwalan kerja, hingga kalkulasi pembayaran serba otomatis,” kata CEO dan Co-Founder StaffAny, Janson Seah dikutip dari keterangan resmi, Kamis (9/6/2022).
Dengan teknologi StaffAny, pengguna dapat memperbaharui jadwal kerja dengan mudah untuk memastikan sinkronisasi dan meminimalisir kesalahan setiap pegawai. Sistem juga akan melakukan sinkronisasi secara langsung, sehingga manajer hanya perlu memeriksa dan melakukan penyesuaian ketika dibutuhkan.
2. Pengaturan jam kerja pegawai sangat krusial bagi bisnis UKM

Menurut Janson, bisnis yang baru berdiri cenderung tak punya waktu ataupun keterampilan untuk mentransformasi operasional ke sistem digital yang serba otomatis.
Dia mengatakan, hal tersebut cenderung menimbulkan tantangan efisiensi dan pemanfaatan sumber daya perusahaan, seperti absensi kehadiran, kesalahan penugasan shift, penyalahgunaan waktu kerja, bahkan kesalahan pembayaran lembur.
“Kami melihat bahwa 60 persen bisnis baru gagal dalam dua tahun pertama karena manajemen staf dan perencanaan sumber daya yang kurang profesional. Karena itu, kami mengajak semua pelaku industri, terutama di sektor food and beverage untuk bisa meninggalkan cara lama dan merangkul sistem baru yang lebih efektif, transparan, dan menjawab kebutuhan SDM masa depan,” tutur Janson.
Menurut Janson, klien StaffAny mampu menghemat hingga 3 persen biaya tenaga kerja per jam setelah menggunakan platform StaffAny.
3. Digitalisasi manajemen tenaga kerja jadi salah satu cara adaptasi di tengah pesatnya perkembangan teknologi

Janson mengatakan, dengan adanya pandemik selama tiga tahun terakhir, kebutuhan terhadap industri sumber daya manusia (SDM) dan personalia di seluruh dunia mengalami peningkatan yang signifikan.
Lebih lanjut, menurut dia, Indonesia pun menghadapi tantangan baru yang terus berkembang dan menuntut kebutuhan akan standar digitalisasi manajemen tenaga kerja.
Adapun tantangan baru khususnya yang berkaitan dengan SDM dan personalia, antara lain:
- Meningkatnya jumlah pekerja lepas (freelancer)
- Komunikasi berbasis teknologi
- Lebih fokus pada kesehatan dan kesejahteraan karyawan
"Seiring dengan perubahan tersebut, StaffAny pun berencana untuk melangkah lebih jauh dengan mempersiapkan solusi khusus untuk meminimalisir turnover staf. Ke depannya, selain manajemen waktu dan shift, StaffAny juga akan membantu pelaku usaha untuk meningkatkan interaksi dan engagement dengan para karyawan," tutur Janson.