Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

[PUISI] Menutup Telinga

ilustrasi menutup telinga (pexels.com/@liza-summer)

Kerap aku tak ingin berdebat
Sebab, itu hanya mengundang masalah kian merapat
Lelah semakin melekat
Sementara diriku hanya ingin tenang akurat

Adakah sisa ruang untuk bernapas?
Juga untuk melelapkan mimpi yang terjerembap keras
Energiku telah habis terkuras
Dan, air mataku sudah melewati batas

Untuk apa bercerita?
Pada orang yang selalu menutup telinga
Apa gunanya bicara?
Jika hanya untuk dibantah dan disela

Kerap kali diam lebih menenangkan
Menyimpan seluruh amarah dalam hati yang terabaikan
Merenung, menatap sisa harapan
Yang telah banyak terkikis oleh keegoisan

Bila masih enggan mendengar
Tolong! Jangan paksa diriku berkisah hingga akar
Yang kuingin hanya mendekap benar
Sambil mengguyur dendam yang masih saja terbakar

Februari 2022

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Topics
Editorial Team
Mohammad Azharudin
EditorMohammad Azharudin
Follow Us