Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

[PUISI] Sendiri Dulu

pixabay.com/goodinteractive

Aku pernah,
tertawa renyah sembari ditatap
Bercerita ria dengan beribu ekspresi
Berjalan tersandung tetapi tidak terjatuh
Memandang manik mata kemudian malu-malu

Aku pernah, 
berwajah polos lalu ditertawakan
Mengerucutkan bibir hingga bersuara mencicit
Menatap nyalang menantang berakhir dicubit
Mengacungkan jari tangan terimbas berpelukan

Aku juga pernah, 
Berlari menutup mata takut dengan yang kulihat
Berjalan membungkam mulut agar cacian tak keluar
Terseok menyumbat telinga menghindar kenyataan

Bahkan aku pernah,
Kehujanan tanpa seorang pun ikut menemani
Ketakutan tanpa secuil pun sinar menerangi
Keresahan tanpa sedikit pun suara mengiringi

Sementara kini...
Aku menghalau diri dari kata cinta
Menutup puing-puing harapan rasa suka
Mengimbau pikiran agar tak mengenang bahagia
Tak mengingat lagi masa yang telah sirna

Aku hanya lelah terduduk sepi berirama alibi
Aku muak mendengar berbagai jeritan hati 
Yang meminta istirahat dari segala perih
Yang meraung tersayat akibat pedih

Aku membiarkan diri berjalan sendiri
Membakar memori yang dulu pernah bersemi
Mengabaikan kepulan asal yang tak berarti
Yang seolah menggambarkan kurela kau pergi

Aku di sini
Masih adalah melodi yang mengalun indah
Namun inilah aku
Yang memilih terlepas dari berbagai letih

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Yesie safiroh
EditorYesie safiroh
Follow Us