[CERPEN] Pigura Air Mata

Lantai teras basah seperti kemarin. Aku berjalan sedikit berjinjit setelah melepas sepatuku agar tidak membuat kotor seluruh ruangan nantinya. Aku menatap jam dinding bergambar Menara Eiffel di ruang tengah. Jarum jam menunjukkan angka 3 dan 11. Lima menit lagi pukul 3 dini hari, dan aku baru pulang setelah menghabiskan malam di rumah Riko.
Aku melanjutkan langkahku, mengabaikan wanita yang tengah tertidur di sofa dengan rambut tak tertata dan menutupi wajahnya, salah satu tangannya terjulur menyentuh lantai. Dari jarak tiga meter ini aku dapat mencium bau alkohol yang menempel di tubuhnya. Ibu … ah, bukan, wanita itu pasti habis mabuk-mabukan lagi. Tak ada rutinitas lain yang bisa dilakukannya selain menyiksa diri selepas kepergian Ayah setahun lalu.
“Kau baru pulang?” tanyanya sedang suara berat.
“He-eh,” jawabku tanpa membuka mulut sama sekali. Lantas menutup pintu kamar dan menguncinya.