Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Kenapa Banyak Sambal Bali Diiris Bukan Diulek?

ilustrasi sambal bali
ilustrasi sambal bali (commons.wikimedia.org/Gunawan Kartapranata)
Intinya sih...
  • Irisan bumbu menjaga aroma tetap segar dan kuatMetode rajang membuat sambal Bali memiliki aroma tajam yang tidak cepat hilang, sehingga terasa lebih hidup dan berlapis.
  • Sejarah kuliner Bali membentuk kebiasaan mengiris bumbuTradisi mengiris bumbu lahir dari faktor sejarah dan terus diwariskan hingga sekarang sebagai identitas kuliner Bali.
  • Tekstur sambal iris lebih pas untuk lauk khas BaliSambal diiris memberikan kontras segar dan sensasi berbeda di setiap suapan, sehingga lengkapkan rasa makanan khas Bali.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Sambal Bali sudah lama dikenal sebagai pelengkap makanan yang wajib ada di meja makan, baik bagi masyarakat lokal maupun wisatawan. Salah satu hal yang sering memancing rasa penasaran adalah, kenapa banyak sambal Bali diiris bukan diulek? Teknik yang berbeda dari sambal di daerah lain ini bukan tanpa alasan, melainkan berkaitan erat dengan cita rasa, sejarah, hingga cara penyajian makanan khas Pulau Dewata.

Jenis sambal, seperti sambal matah atau sambal embe, menjadi contoh nyata bagaimana tradisi mengiris bumbu dipertahankan turun-temurun. Potongan cabai, bawang merah, serai, hingga daun jeruk dibiarkan utuh untuk menghasilkan aroma segar dan rasa yang kuat. Agar lebih jelas, mari kita bahas alasan di balik teknik rajang yang membuat sambal Bali begitu khas.

1. Irisan bumbu menjaga aroma tetap segar dan kuat

ilustrasi iris bawang merah
ilustrasi iris bawang merah (vecteezy.com/Choosee Thammajee)

Salah satu alasan utama sambal Bali dibuat dengan cara diiris adalah karena metode ini membuat aroma bumbu tetap terjaga. Saat bawang merah, cabai, atau serai dipotong, minyak alami di dalam bahan-bahan tersebut akan keluar perlahan, sehingga menghasilkan wangi yang lebih tajam. Hal ini berbeda dengan bumbu halus yang sering kali mengeluarkan cairan lebih banyak, lalu menguap ketika dimasak sehingga aromanya cepat hilang.

Coba perhatikan sambal matah. Sebelum minyak panas dituang, campuran cabai, bawang, dan serai sudah mengeluarkan wangi khas yang menggoda. Setiap bahan tetap menonjol, tidak saling menutupi, sehingga kamu bisa merasakan pedas, segar, dan gurih secara bergantian. Inilah alasan banyak orang menyebut sambal rajang lebih hidup dan terasa “berlapis” dibanding sambal yang diulek sampai halus.

2. Sejarah kuliner Bali membentuk kebiasaan mengiris bumbu

ilustrasi ayam betutu
ilustrasi ayam betutu (commons.wikimedia.org/m4sh.3d)

Kebiasaan mengiris sambal juga lahir dari faktor sejarah. Dulu, masyarakat Bali belum mengenal blender atau food processor, bahkan penggunaan cobek untuk mengulek tidak selalu jadi pilihan utama. Mengiris bahan dinilai lebih cepat sekaligus lebih cocok dengan masakan sehari-hari yang membutuhkan bumbu segar. Tradisi ini terus diwariskan hingga sekarang, bahkan ketika peralatan modern sudah banyak tersedia.

Sambal embe, misalnya, hanya membutuhkan bawang merah goreng, cabai, dan minyak panas sebelum siap disajikan. Prosesnya sederhana, tetapi hasilnya sangat khas. Inilah yang membuat teknik rajang dianggap sebagai identitas kuliner Bali. Tidak hanya sambal, bumbu masakan besar, seperti ayam betutu, juga tetap memakai cara ini, karena dipercaya membuat bumbu lebih meresap ke dalam daging.

3. Tekstur sambal iris lebih pas untuk lauk khas Bali

ilustrasi sambal matah
ilustrasi sambal matah (vecteezy.com/Nuwan Wickramarathna)

Hidangan Bali terkenal kaya rempah, pedas, dan pekat. Sambal yang diiris memberikan kontras segar, sehingga rasa makanan tidak terasa monoton. Tekstur potongan bawang, cabai, dan juga serai menghadirkan sensasi berbeda di setiap suapan yang kamu santap. Kamu bisa merasakan pedas yang langsung menggigit, lalu berpindah ke aroma serai, hingga manis alami bawang merah. Semua rasa muncul bergantian tanpa saling menutupi.

Lauk khas, seperti ayam betutu, sate lilit, hingga ikan gerang, justru semakin lengkap bila dipadukan dengan sambal iris. Kalau sambal dihaluskan, rasanya bisa terlalu menyatu dengan bumbu utama dan kehilangan karakter segar yang seharusnya ada. Itulah sebabnya sambal rajang lebih disukai sebagai pendamping makanan kering maupun berbumbu pekat, karena membantu menjaga keseimbangan rasa di lidah.

Tradisi sambal Bali jelas memperlihatkan bagaimana cara sederhana bisa menghasilkan rasa yang begitu kaya. Teknik rajang membuat bumbu pada sambal Bali tetap segar, sehingga menyatu sempurna dengan lauk khas, sekaligus menjaga identitas kuliner Pulau Dewata. Jadi, kalau kamu bertanya kenapa banyak sambal Bali diiris bukan diulek, jawabannya ada pada keunikan budaya dan cita rasa yang tidak tergantikan.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Naufal Al Rahman
EditorNaufal Al Rahman
Follow Us

Latest in Food

See More

5 Sate Favorit di Makassar yang Bikin Ketagihan, Ramai Diantre Pembeli

03 Sep 2025, 13:15 WIBFood