Di Jepang, wasabi merupakan salah satu penyedap makanan yang harus ada. Beberapa makanan yang kerap menggunakan wasabi adalah sushi, sashimi, soba, dan sebagainya. Rasanya cukup pedas, tapi tidak meninggalkan rasa menggigit di lidah seperti cabai.
Di balik keunikan cita rasanya, ternyata ada banyak fakta menarik seputar wasabi.
Tanaman wasabi atau yang disebut wasabia japonica ternyata sulit untuk dikultivasi. Biasanya mereka tumbuh di tempat teduh yang dingin, seperti kawasan sungai dan gunung. Wasabi tumbuh subur di kisaran 46-70 derajat Celcius.
Selain itu, wasabi tidak dapat tumbuh jika terkena matahari langsung. Maka dari itu, bagi para petani, wasabi merupakan tanaman yang cukup sulit untuk ditanam.
Pernahkah kamu perhatikan wadah wasabi selalu tertutup rapat? Bukan tanpa alasan, jika dibiarkan terbuka selama 15 menit, rasanya akan hilang. Hhmm...pantas saja.
Wasabi merupakan bagian dari famili brassicaceae yang sama dengan kubis, lobak, dan rempah mustar. Beberapa orang menyebut wasabi dengan lobak jepang. Namun itu salah, karena tanaman lobak ada sendiri.
Wasabi mengandung kalsium tinggi, vitamin C, dan bagian dari antimikrobial. Wasabi dipercaya dapat meringankan alergi, asma, hingga kanker. Wasabi memiliki antiinflamasi, sehingga dapat membangkitkan energi dalam tubuh.
Menurut Dokter Osteopathic, Joseph Mercola, kamu tidak dapat memperoleh nutrisi besar jika hanya mengonsumsi wasabi dalam jumlah kecil. Wasabi mengandung juga banyak energi yang dibutuhkan untuk kesehatan tubuh.
Karena langka, terkadang wasabi yang dijual di supermarket nyaris tidak mengandung wasabi asli. Dilihat dari daftar komposisi, jika yang pertama bukan wasabi atau wasabi japonica, dapat dipastikan itu tidak asli.
Faktanya, wasabi dalam tube sering dibuat dari bahan pengganti lobak yang dicampur rizoma armoracia rusticana, dan bahan perwarna.
Nah, kamu termasuk penggemar wasabi gak, nih? Paling suka dipadukan dengan makanan apa?