Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

Perbedaan Togarashi dan Furikake, Bumbu Tabur Makanan Jepang

ilustrasi togarashi dan furikake (commons.wikimedia.org/http://www.recipelab.jp/sozai/detail/1779/ | commons.wikimedia.org/|Semiprecious stone)

Jika di Indonesia kita memiliki bawang goreng, cabai bubuk, atau pilus sebagai taburan untuk melengkapi makanan, maka di Jepang ada togarashi dan furikake. Keduanya merupakan bumbu tabur yang biasa digunakan untuk melengkapi makanan Jepang.

Baik togarashi dan furikake, keduanya sama-sama terbuat dari campuran rempah. Meski begitu, keduanya memiliki empat perbedaan mencolok, mulai dari segi komposisi bahan pembuatan hingga penggunaannya. Perbedaan antara togarashi dan furikake ini perlu kamu ketahui.

1. Komposisi bahan

ilustrasi togarashi (commons.wikimedia.org/june29)

Togarashi terbuat dari campuran bubuk cabai merah, parutan kulit jeruk, biji wijen hitam, biji wijen putih, jahe, dan garam. Campuran rempah-rempah ini mungkin akan sedikit berbeda dari satu daerah dengan daerah lain. Tak jarang ada juga yang memasukkan remahan rumput laut saat membuat togarashi.

Kalau furikake, terdiri dari rumput laut, wijen, garam, gula, dan katsuobushi, serutan ikan katsuobushi yang dikeringkan. Beberapa furikake juga sering kali diberi tambahan sayuran kering atau potongan ikan.

2. Tekstur dan warna

ilustrasi furikake (commons.wikimedia.org/Semiprecious stone)

Dari segi tekstur, togarashi serupa dengan cabai bubuk. Karena berbahan dasar cabai, togarashi identik dengan warna merah terang yang menggugah selera.

Berbeda halnya dengan furikake yang punya tekstur lebih kasar. Sebab, bahan penyusun furikake terdiri dari biji wijen dan potongan ikan kering yang relatif agak besar. Selain itu, keberadaan nori turut memengaruhi warna furikake menjadi hijau.

3. Cita rasa yang dihasilkan

ilustrasi furikake di atas nasi (commons.wikimedia.org/John Seb Barber)

Jenis rempah yang digunakan untuk membuat togarashi cenderung terasa kuat. Misalnya, cabai dan jahe yang terasa pedas dan hangat. Sedangkan tambahan parutan kulit jeruk bisa menghadirkan rasa yang agak asam.

Kalau furikake, bisa menghadirkan cita rasa yang dominan gurih dan umami karena ada rumput laut, biji wijen, dan katsuobushi di dalamnya. Bahkan, saat ini tersedia juga produk furikake yang menambahkan perasa wasabi, keju, atau seafood.

4. Penggunaan untuk taburan makanan khas Jepang yang berbeda

ilustrasi togarashi di atas daging (commons.wikimedia.org/Ceeseven)

Penambahan togarashi dan furikake pada makanan Jepang biasanya fleksibel, bisa disesuaikan seleramu. Namun biasanya, masyarakat Jepang akan menambahkan togarashi untuk menambah rasa pedas pada ramen, nasi, sup, semur, atau daging panggang.

Untuk furikake, bumbu ini paling sering dijadikan taburan di atas nasi putih hangat. Bisa juga dijadikan pelengkap untuk memperkaya rasa salad atau ramen.

Sama-sama berbentuk bumbu tabur, togarashi dan furikake memiliki perbedaan yang cukup mencolok. Namun, untuk menyantapnya bisa disesuaikan, tergantung preferensi rasa atau jenis makanan yang dihidangkan. Tertarik untuk mencobanya?

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Mayang Ulfah Narimanda
Naufal Al Rahman
Mayang Ulfah Narimanda
EditorMayang Ulfah Narimanda
Follow Us