8 Juta Orang Indonesia Mengalami Gangguan Penglihatan

Adanya masalah pada mata membuat penglihatan menjadi terganggu. Masalah pada mata tidak hanya mengganggu penglihatan, tetapi sebagian di antaranya juga dapat menyebabkan kehilangan penglihatan. Maka dari itu, gangguan penglihatan tidak hanya menjadi masalah di Indonesia, melainkan di seluruh dunia.
Setiap tahun diperingati Hari Penglihatan Sedunia atau World Sight Day setiap hari Kamis minggu kedua. Peringatan tersebut menjadi pengingat tentang pentingnya menjaga kesehatan mata.
1. Gangguan penglihatan masih banyak dialami di seluruh dunia

Masalah penglihatan masih menjadi perhatian dunia. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, sebanyak 2,2 miliar orang mengalami gangguan penglihatan. Dari jumlah tersebut, setengahnya atau sekitar 1 miliar kasus gangguan penglihatan tersebut dapat dicegah atau belum ditangani.
Pengurus pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (Perdami), dr. Yeni Dwi Lestari, SpM(K) mengatakan, berdasarkan hasil dari Rapid Assessment of Avoidable Blindness, gangguan penglihatan di Indonesia lebih dari 80 persen bisa ditangani. Jumlah tersebut sebenarnya merupakan kesempatan yang baik untuk menangani gangguan penglihatan ataupun kebutaan di Indonesia.
2. Sebanyak 8 juta orang mengalami gangguan penglihatan di Indonesia

Dokter Yeni melanjutkan, berdasarkan survey Rapid Assessment of Avoidable Blindness, diperkirakan 3 dari 100 orang berusia di atas 50 tahun atau sekitar 1,6 juta orang mengalami kebutaan di Indonesia.
Jumlah tersebut baru angka kebutaan saja, belum termasuk angka gangguan penglihatan keseluruhan. Angka kebutaan yang mencapai 3 persen tersebut menjadikan Indonesia sebagai negara dengan angka kebutaan tertinggi di South Asia Region WHO.
Jumlah penduduk di Indonesia yang mengalami kebutaan sejumlah 1,6 juta dan 6,4 juta orang mengalami gangguan penglihatan sedang-berat. Secara keseluruhan terdapat 8 juta orang dengan gangguan penglihatan di Indonesia. Penyebab utamanya adalah kelainan refraksi, sementara penyebab utama kebutaan yaitu katarak.
3. Katarak menjadi penyebab kebutaan terbanyak di Indonesia

Menurut dr. Yeni, penyebab kebutaan paling tinggi di Indonesia adalah katarak, dalam Press Briefing: Hari Pengelihatan Sedunia 2022 yang disiarkan di kanal YouTube Kementerian Kesehatan. Penyebab kebutaan selanjutnya yaitu kelainan refraksi, glaukoma, dan diabetes retinopati.
Terdapat perbedaan mengenai penyebab gangguan penglihatan di antara satu negara dengan negara lainnya sesuai dengan ketersediaan layanan perawatan mata, keterjangkauan, dan literasi perawatan mata penduduk di setiap negara.
Misalnya, jumlah gangguan penglihatan akibat katarak lebih banyak terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah daripada di negara berpenghasilan tinggi. Sementara itu, di negara berpenghasilan tinggi, gangguan penglihatan glaukoma dan degenerasi makula lebih sering terjadi.
4. Dampak gangguan penglihatan

Gangguan penglihatan dapat memengaruhi semua usia, paling banyak terjadi pada usia di atas 50 tahun. Meskipun begitu, gangguan penglihatan juga dapat dialami anak-anak.
Menurut WHO, gangguan penglihatan pada anak-anak menyebabkan keterlambatan kemampuan motorik, berbahasa, emosional, sosial, dan perkembangan kognitif. Selain itu, gangguan mata yang berat pada usia sekolah menyebabkan tingkat pencapaian pendidikan lebih rendah.
Sementara itu, pada orang dewasa, gangguan penglihatan sering kali menyebabkan penurunan produktivitas, penurunan partisipasi di tempat kerja, hingga meningkatnya depresi dan kecemasan sehingga menurunkan kualitas hidup. Gangguan penglihatan juga memengaruhi orang tua yang dapat menyebabkan isolasi sosial, kesulitan berjalan, serta meningkatkan risiko terjatuh dan patah tulang.
5. Pencegahan

WHO menjelaskan bahwa sebagian besar penyakit mata dapat dicegah, misalnnya infeksi, trauma, penggunaan obat tradisional yang tidak aman, penyakit perinatal, penyakit terkait nutrisi, hingga penggunaan obat topikal secara tidak aman.
Melakukan perubahan gaya hidup pada anak-anak, seperti meningkatkan waktu di luar ruangan dan mengurangi melihat dari jarak dekat dapat menunda dan memperlambat perkembangan rabun jauh sehingga dapat menurunkan risiko komplikasi di masa mendatang.
Selain itu, penting juga untuk mencegah dan menangani penyakit sistemik seperti diabetes dan hipertensi, sehingga dapat menurunkan risiko penyakit pada mata.
Suplementasi vitamin A untuk mencegah defisiensi vitamin A, campak, dan rubela sangat efektif untuk menurunkan risiko kekeruhan kornea. Sementara itu, pencegahan cedera mata di tempat kerja dapat dilakukan dengan menggunakan alat pelindung mata saat melakukan aktivitas berisiko tinggi, seperti pekerja konstruksi, tukang las, atau olahraga tertentu.
Gangguan penglihatan masih menjadi masalah kesehatan, termasuk di Indonesia. Secara keseluruhan, sebanyak 8 juta orang mengalami gangguan penglihatan, yang mana 1,6 juta di antaranya mengalami kebutaan.
Gangguan penglihatan dapat mengganggu tumbuh kembang anak, menurunkan produktivitas pada orang dewasa, hingga meningkatkan risiko terjatuh dan patah tulang pada orang tua.