Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
For
You

5 Alasan Kenapa Patah Tulang Tidak Boleh Diurut, Risiko Tulang Geser!

ilustrasi mengurut tulang yang patah (pexels.com/Tima Miroshnichenko)
Intinya sih...
  • Berisiko infeksi dan radang serius
  • Pasien berpotensi kelainan bentuk tubuh dan kehilangan fungsi gerak
  • Risiko saraf dan pembuluh darah terjepit

Indonesia masih kental dengan pengobatan alternatif yang kurang didasari oleh ilmu pengetahuan. Masih banyak orang yang percaya bahwa patah tulang bisa sembuh hanya dengan diurut tanpa tambahan pengobatan apapun. Sayangnya, kenyataan yang terjadi seringkali jauh dari harapan.

Banyak kasus patah tulang yang berakhir mengenaskan akibat kesalahan penanganan. Oleh sebab itu, berikut ini adalah lima alasan kenapa kenapa mengurut patah tulang itu berbahaya dan tidak disarankan secara medis.

1. Berisiko mengalami infeksi dan radang yang serius

ilustrasi pasien patah tulang (pexels.com/cottonbro studio)

Penanganan patah tulang dengan teknik urut atau kondisi yang tidak higienis dapat menyebabkan luka dalam atau mikrotrauma pada jaringan sekitar tulang. Dalam beberapa kasus, ini bisa memicu radang jaringan lunak atau bahkan infeksi tulang yang disebut osteomyelitis.

Osteomyelitis adalah infeksi serius yang bisa menyebabkan tulang membusuk dan kehilangan fungsinya. Gejalanya termasuk demam tinggi, nyeri hebat, dan bengkak di area luka. Pengobatannya tidak sederhana: pasien butuh antibiotik intravena dalam jangka panjang, dan terkadang harus menjalani operasi untuk mengangkat bagian tulang yang terinfeksi.

2. Pasien bisa mengalami kelainan bentuk tubuh dan kehilangan fungsi gerak

ilustrasi pasien patah tulang (pexels.com/Vika Glitter)

Dua komplikasi yang paling sering terjadi akibat penanganan tulang yang salah adalah malunion (tulang menyatu, tapi bengkok) dan nonunion (tulang tidak menyatu sama sekali). Ini sering terjadi jika posisi tulang yang salah atau dibiarkan terlalu lama dalam kondisi tidak stabil.

Kalau tulang menyatu dengan bentuk yang tidak sesuai, pasien bisa mengalami kelainan bentuk tubuh, nyeri terus-menerus saat bergerak, atau kehilangan fungsi normal pada bagian tersebut. Bahkan jalan kaki pun bisa terasa menyakitkan jika yang cedera adalah kaki atau panggul.

3. Risiko saraf dan pembuluh darah terjepit

ilustrasi pasien patah tulang (pexels.com/cottonbro studio)

Di sekitar tulang terdapat banyak jaringan penting, termasuk saraf dan pembuluh darah. Ketika kamu memaksa tulang untuk 'kembali' ke posisi awal dengan pijatan, kamu juga memberi tekanan pada struktur-struktur ini. Jika tidak hati-hati, hal ini bisa menyebabkan saraf terjepit, pembuluh darah pecah, atau bahkan kerusakan jaringan lunak permanen.

Pasien bisa mengalami rasa kebas, kesemutan, hingga lumpuh sebagian pada anggota tubuh yang terdampak. Bahkan, dalam kondisi ekstrem, terjadinya kerusakan pembuluh darah bisa membuat jaringan kekurangan oksigen dan mati. Inilah yang bisa berujung pada amputasi jika tidak segera ditangani.

4. Tulang bisa bergeser dari posisi aslinya

ilustrasi mengurut tulang yang patah (pexels.com/Funkcinės Terapijos Centras)

Mengurut tulang yang patah tanpa pemeriksaan medis sama saja seperti menyusun puzzle dalam ruangan tertutup yang gelap gulita. Hal ini berisiko pada bergesarnya posisi tulang yang dapat menyebabkan deformitas permanen.

Dalam jangka panjang, hal ini dapat membuat pasien sulit bergerak secara normal. Bahkan tak jarang, beberapa pasien merasakan sakit nyeri yang kronis. Selain mempersulit penyembuhan, cedera akibat tekanan yang tidak tepat pada tulang patah justru lebih berbahaya daripada cedera awal.

5. Diagnosis yang salah bisa memperburuk keadaan

ilustrasi operasi untuk menangani patah tulang (pexels.com/Vidal Balielo Jr.)

Tukang urut umumnya bekerja berdasarkan insting dan kebiasaan, bukan berdasarkan hasil pemeriksaan medis. Padahal, setiap jenis patah tulang memerlukan penanganan yang berbeda, tergantung pada lokasi, jenis patah, dan seberapa parah kerusakannya.

Contohnya seperti hairline fracture atau yang biasa dikenal dengan retak halus. Kondisi ini terlihat sepele, namun jika tidak ditangani dengan tepat bisa menjadi kasus patah tulang. Pemijatan patah tulang tanpa tahu jenis dan arah retaknya, justru bisa memicu kerusakan yang lebih luas.

Kondisi patah tulang bukanlah hal sepele, kondisi ini memerlukan diagnosa yang akurat, penanganan steril, dan pengawasan dari tenaga medis profesional. Mengurut patah tulang mungkin terdengar praktis dan lebih murah dibanding pergi ke rumah sakit, tetapi kenyataannya risiko jangka panjangnya jauh lebih besar.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.
Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Siantita Novaya
EditorSiantita Novaya
Follow Us