TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Tanaman Herbal untuk Seimbangkan Hormon Tubuh

Salah satunya adalah habatusauda atau jintan hitam

ilustrasi tanaman herbal (pixabay.com/PhotoMIX-Company)

Herbal adalah kelompok tanaman yang bagiannya digunakan oleh manusia untuk berbagai keperluan. Selain memasak, tanaman herbal juga digunakan oleh peradaban manusia turun-temurun untuk pengobatan medis hingga ritual keagamaan.

Dari segi medis, beberapa tanaman herbal telah digunakan dan terbukti dapat menyeimbangkan produksi hormon tubuh dan fungsi sistem endokrin. Sementara penelitian tentang manfaat tanaman herbal untuk hormon dan endokrin amat terbatas, agak sulit memisahkan benar dan salahnya.

Hubungan antara hormon dan kesehatan

Sekadar informasi singkat, hormon adalah "pengantar pesan" antar sel untuk memicu berbagai fenomena tubuh. Oleh karena itu, hormon adalah fondasi sistem endokrin tubuh untuk mengatur tumbuh kembang, proses reproduksi, metabolisme, regulasi suhu, hingga keadaan mood agar tetap seimbang.

Ketidakseimbangan hormonal—terlalu sedikit atau terlalu banyak hormon tertentu—dapat memiliki efek samping yang berbahaya. Berbagai penelitian menyatakan bahwa stres oksidatif, infertilitas, dan gangguan kelenjar endokrin seperti penyakit tiroid adalah beberapa faktor utama yang menyebabkan ketidakseimbangan hormonal.

Baik kaum adam maupun hawa sama-sama mengalami ketidakseimbangan hormon sewaktu-waktu. Pada perempuan, saat-saat itu adalah masa pubertas, kehamilan, hingga menopause, sedangkan laki-laki juga mengalaminya saat pubertas dan seiring pertambahan usia, meski tak secepat perempuan.

Namun, tetap saja, keseimbangan hormon amat penting agar kondisi tubuh secara keseluruhan tetap terjaga. Oleh karena itu, dilansir Healthline, inilah lima bahan herbal nan alami yang konon ampuh untuk menyeimbangkan hormon.

1. Jintan hitam

ilustrasi jintan hitam (freepik.com/azerbaijan_stockers)

Jintan hitam atau habbatusauda (N. sativa) kaya akan antioksidan dan thymoquinone. Beberapa penelitian membuktikan khasiat jintan hitam terhadap sindrom ovarium polikistik (PCOS), gangguan pada perempuan di usia reproduktif karena ketidakseimbangan hormon.

Selain itu, pada penelitian hewan, ektrak jintan hitam ditemukanmembantu mengatur kadar insulin dan kinerja berbagai hormon seperti hormon testosteron, lutenizing (LH), serta hormon tiroid. Kemudian, ekstrak jintan hitam juga menunjukkan potensi estrogenik, atau bertindak mirip dengan hormon estrogen dalam tubuh.

Jintan hitam tersedia dalam bentuk murni dan suplemen. Jika tak ingin mengonsumsi dalam bentuk suplemen, jintan hitam bisa ditambahkan ke masakan.

Namun, sebagian besar penelitian terhadap jintan hitam dilakukan pada hewan dan menggunakan ekstrak thymoquinone yang diisolasi. Jadi, efeknya bisa saja berbeda saat dikonsumsi langsung atau ditambahkan ke masakan.

2. Ashwagandha

Ashwagandha (W. somnifera) atau yang disebut "ginseng India" sering digunakan dalam pengobatan tradisional di negara tersebut. Tanaman herbal ini tersedia dalam bentuk suplemen, teh, hingga bubuk. Ashwagandha membantu tubuh mengatasi stres dengan meregulasi hormon kortisol dari sumbu hypothalamic-pituitary-adrenal (HPA).

Kortisol memang wajar dalam menghadapi stres. Akan tetapi, beberapa penelitian terhadap hewan dan manusia menunjukkan bahwa ketidakseimbangan hormon kortisol yang kronis dapat menyebabkan gangguan kinerja kelenjar endokrin, seperti penyakit Addison hingga sindrom Cushing.

Konsumsi ashwagandha dikaitkan dengan penurunan kadar kortisol dalam darah, sehingga stres berkurang dan lebih mudah tidur. Selain itu, ashwagandha juga meningkatkan produksi hormon perangsang tiroid (TSH).

Namun, beberapa kekurangan ashwagandha adalah studinya yang masih berskala kecil dan efek sampingnya. Beberapa orang melaporkan ashwagandha tidak aman bagi ibu hamil dan menyusui, serta pasien penyakit autoimun dan gangguan kelenjar tiroid.

Baca Juga: Merasakan 7 Gejala Ini? Bisa Jadi, Pertanda Ketidakseimbangan Hormon!

3. Black cohosh

ilustrasi suplemen herbal (pixabay.com/Gergo Jaksa)

Black cohosh (A. racemosa) berkerabat dekat dengan jintan hitam. Dari bagiannya, akar black cohosh dimanfaatkan jadi kapsul, ekstrak, hingga diseduh jadi teh. Ini dikarenakan black cohosh memiliki kandungan triterpene glycosides.

Secara turun-temurun, tanaman herbal ini digunakan untuk mengatasi masalah kesehatan pada perempuan seperti menstruasi tidak teratur, sindrom pramenstruasi (PMS), dan gejala-gejala menopause. Dan, layaknya jintan hitam, kinerja black cohosh juga mirip dengan hormon estrogen jika digunakan dalam dosis besar. 

Beberapa penelitian mengungkapkan manfaat Black cohosh untuk meredakan gejala menopause. Namun, penelitian lebih lanjut masih harus dilakukan, dan dikarenakan black cohosh memiliki efek samping yang keras, lebih baik berkonsultasi dengan ahlinya sebelum dikonsumsi.

4. Chasteberry

Chasteberry (V. agnus-castus) adalah suplemen herbal umum yang tersedia dalam bentuk ekstrak atau kapsul. Dikombinasikan dengan Black cohosh, chasteberry juga digadang-gadang sebagai obat gejala menopause dan meningkatkan kesehatan reproduksi perempuan.

Chasteberry mengandung diterpenoid, senyawa yang memiliki efek pada produksi hormon prolaktin. Peningkatan hormon prolaktin dikaitkan dengan PMS, sehingga suplemen chasteberry dapat mengobati gejala PMS tertentu. Selain itu, chasteberry juga dapat meredakan gejala menopause, mengobati infertilitas, hingga PCOS.

Sementara chasteberry menunjukkan potensi penyeimbang hormon, manfaatnya masih harus diteliti lebih lanjut sebelum dapat menyimpulkan keefektifan tanaman herbal ini.

5. Marjoram

ilustrasi bahan herbal untuk pengobatan alami (unsplash.com/Joanna Kosinska)

Digunakan dalam pengobatan tradisional, marjoram (O. majorana) berkerabat dekat dengan tanaman bumbu oregano. Marjoram mengandung senyawa tanaman bioaktif seperti flavonoid dan asam fenolat, fondasi dari manfaat tanaman herbal tersebut.

Pada hewan dan manusia, penelitian menunjukkan bahwa marjoram dapat mengurangi stres dan mengobati PCOS. Selain itu, mengonsumsi teh marjoram juga dikaitkan dengan penurunan kadar hormon insulin puasa yang signifikan, sehingga dapat membantu regulasi kadar gula dalam darah.

Akan tetapi, penelitian lebih lanjut mengenai manfaat marjoram terhadap keseimbangan hormon masih harus dilaksanakan. Selain itu, para ilmuwan menyarankan untuk tidak menggunakan obat herbal untuk hormon dalam jangka panjang karena keamanannya masih rancu.

Baca Juga: 7 Bahan Herbal Penguat Sistem Imun di Tengah Pandemik, Gak Mudah Sakit

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya