TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

7 Pekerjaan Ini Rentan terhadap Depresi, Mental Health Itu Penting

Apakah pekerjaanmu termasuk dalam daftar ini?

ilustrasi depresi (pexels.com/Liza Summer)

Jika pekerjaanmu adalah hobimu, tentu kamu akan menikmati saat menjalaninya. Namun, bagaimana jika kamu memilih pekerjaan yang tidak sesuai dengan ekspektasimu? Bukan hanya merusak kesehatan emosional, tetapi ternyata itu dapat mendorongmu ke jurang depresi.

Membuatmu merasa tidak dihargai, bergaji rendah, dan beban kerja yang berat adalah faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang untuk merasa capek dengan pekerjaannya. Inilah pekerjaan-pekerjaan yang mulia namun "menantang" emosimu.

1. Perawat

Perawat di rumah sakit atau perawat rumahan terpapar pada risiko depresi lebih besar. Berdasarkan riset National Survey on Drug Use and Health (NSDUH) pada 2007, sebanyak 10,8 persen dari responden perawat mengalami depresi. Persentase itu adalah yang terparah dari 21 pekerjaan yang disurvei oleh NSDUH.

Studi lain mengatakan bahwa para perawat adalah yang paling rentan terkena serangan depresi. Bukan hanya tenaga para perawat yang diperas, melainkan emosinya juga. Jika kamu adalah perawat di panti jompo, kemungkinan besar kamu mendapat bayaran yang minim.

2. Pramusaji

ilustrasi pramusaji (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Sebagai pramusaji di sebuah rumah makan, bistro, atau kafe, apa yang paling sering dihadapi? Tentu saja, keluhan dan caci maki dari para pelanggan. Faktor ini membuat pramusaji berada di tempat kedua soal paparan emosional.

Menurut NSDUH, pramusaji ada di tempat ke-2 setelah perawat berbicara soal depresi. Sebanyak 10 persen responden pramusaji pada survei tersebut mengakui mereka pernah merasa "di ujung tanduk".

Pelanggan yang banyak maunya, bayaran yang tidak memadai, serta bos yang tidak peduli membuat para pramusaji hanya bisa menerima kenyataan yang menuntun mereka sedikit demi sedikit menuju depresi.

3. Pekerja sosial

Pekerja sosial harus menghadapi lecutan emosi. Sementara mereka harus menghadapi dan mengobati kondisi emosional pasiennya, mereka kerap lupa akan keadaan emosional pribadi. Duduk di tempat ke-3, sebanyak 9,6 persen pekerja sosial pada survei NSDUH mengaku mengalami depresi.

Tak jarang mereka menghadapi keluarga yang terpecah belah atau anak-anak yang mengalami kekerasan atau pelecehan. Hal tersebut memerlukan tenaga dan pikiran ekstra.

Baca Juga: 7 Penyebab Depresi Kambuh yang Perlu Diperhatikan

4. Tenaga medis

ilustrasi tenaga kesehatan (ANTARA FOTO/Fauzan)

Menurut survei NSDUH, tingkat depresi tenaga medis berada di posisi yang sama seperti pekerja sosial.

Banyak serial TV menampilkan pekerjaan tenaga medis sebagai sesuatu yang anggun dan memesona. Namun, pada kenyataannya, mereka harus berhadapan dengan jam kerja yang panjang serta beragam pasien dengan tingkat "kedewasaan" yang beragam pula.

Oleh karena itu, pekerjaan ini bukan untuk semua orang. Selain depresi, lingkungan yang sering kali pesimistis membuat mereka juga rentan pada pikiran putus asa dan bunuh diri.

5. Seniman

Bagi para seniman, kreativitas itu sehat dan menyenangkan. Sulit dimungkiri, para seniman berhadapan dengan jam kerja yang panjang, bayaran yang tak menentu, dan untuk mendapatkan inspirasi, mereka harus menyendiri untuk waktu yang lama. Terlebih lagi, ada kalanya jerih payah mereka dianggap "sampah" oleh orang lain.

Namun, karena beberapa seniman menyukai kesendirian dan seni adalah "jalan hidup" mereka, NSDUH menemukan bahwa tingkat depresi para berada di tempat ke-4 dengan 9,1 persen. Biasanya seniman yang "tangguh" terhadap depresi adalah penulis, penghibur, atau pelukis kawakan yang sudah paham betul tentang kerasnya industri kesenian.

6. Guru

ilustrasi guru mengajar (pexels.com/fauxels)

Beberapa orang mengatakan bahwa mereka senang mengajar. Apalagi, mereka yang suka anak-anak mengatakan akan menjadi guru kelak.

Namun, ternyata, tenaga pendidik merupakan salah satu pekerjaan yang rentan terhadap depresi. Menurut survei NSDUH, sebanyak 8,7 persen tenaga pendidik mengalami depresi.

Di samping kecintaannya pada dunia pendidikan, para guru, terutama di Indonesia, harus menelan "pil pahit". Dimulai dari penghasilan, murid yang bermasalah dan segala intriknya, keluhan dan caci maki dari wali murid, administrasi sekolah yang rumit, dan lain sebagainya.

Baca Juga: 12 Suplemen dan Rempah untuk Meredakan Depresi, Bisa Dicoba nih!

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya