TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Fakta Junk Sleep, Pola Tidur Buruk yang Berdampak pada Kesehatan

Tidur pun gak boleh sembarangan

ilustrasi pola tidur yang buruk (unsplash.com/Mert Kahveci)

Tidur adalah sebuah mekanisme yang dilakukan oleh makhluk hidup untuk menjaga metabolisme tubuh mereka tetap sebagaimana mestinya. Dengan kata lain, tidur sudah menjadi metode istirahat yang dapat dilakukan oleh tubuh secara otomatis untuk menjaga segala fungsinya tetap normal dan sehat.

Nah, tentunya manusia membutuhkan tidur dengan waktu dan cara yang berkualitas. Salah dalam tidur hanya akan membawa tubuh kita terasa lelah, pusing, penat, bahkan depresi. Apakah kamu pernah mendengar istilah junk sleep? Ya, istilah ini ternyata sangat berkaitan dengan pola dan kualitas tidur yang buruk. Yuk, simak fakta junk sleep berikut ini.

1. Junk sleep dan hubungannya dengan kesehatan kita

ilustrasi lelah dan mengantuk (unsplash.com/Sander Sammy)

Dilansir Harding Medical Institute, istilah junk sleep sebetulnya mengarah pada pola, cara, dan waktu tidur yang buruk sehingga dapat memengaruhi kesehatan manusia. Menurut ahli tidur asal Edinburgh Sleep Centre, Dr Chris Idzikowski, junk sleep sudah menjadi fenomena dan tren yang banyak dialami manusia zaman modern.

Sayangnya, junk sleep dapat menimbulkan dampak negatif bagi kesehatan tubuh. Orang yang tidur di bawah 4 jam dalam semalam 73 persen lebih mungkin mengalami obesitas. Orang dengan pola tidur yang buruk memiliki risiko tinggi terhadap peningkatan nafsu makan akibat ketidakseimbangan hormon dalam tubuh.

Baca Juga: 9 Tips Ini Bikin Kamar Tidur Senyaman di Hotel, Mudah Diterapkan!

2. Respons tubuh terhadap junk sleep

ilustrasi lelah dan pusing akibat pola tidur yang buruk (unsplash.com/Doğukan Şahin)

Junk sleep akan memberikan pengaruh buruk ke tubuh. Biasanya, tubuh kita akan merespons dengan ciri-ciri tertentu. Jika setelah bangun tidur, tubuh malah terasa lelah dan pusing, mungkin kamu sudah mengalami junk sleep. Alih-alih merasa segar dan berenergi, orang dengan junk sleep akan merasa sakit kepala, letih, dan perasaan yang buruk.

Efek macam ini mungkin bisa dikatakan mirip ketika tubuh mengonsumsi junk food secara berlebihan. Bagaimanapun, tubuh membutuhkan asupan dan istirahat yang berkualitas baik untuk menjaga seluruh metabolismenya dapat bekerja dengan sempurna. Bahkan, pola dan kualitas tidur yang buruk akan meningkatkan risiko depresi, seperti dicatat dalam Johns Hopkins Medicine.

3. Ciri-ciri tidur dengan kualitas yang buruk

ilustrasi tidur nyenyak (unsplash.com/Gregory Pappas)

Lalu, bagaimana cara membedakan tidur yang berkualitas dengan junk sleep? Menurut laman Sleep Foundation, ada beberapa tanda seseorang mengalami junk sleep atau tidur dengan kualitas buruk:

  • Ia selalu terjaga selama lebih dari 20 menit ketika terbangun di tengah malam.
  • Ia selalu terbangun lebih dari sekali dalam semalam, bisa disebabkan oleh stres, mimpi buruk, atau depresi.
  • Ia membutuhkan waktu lama untuk memejamkan mata secara nyenyak setelah seseorang naik ke tempat tidur.
  • Tubuh justru terasa lelah, letih, tak berenergi, dan sakit kepala setelah bangun tidur.
  • Pada saat bangun tidur, mata terasa penat dan tidak segar. Tak jarang, mata juga akan terasa cukup perih.

Sementara itu, tidur yang berkualitas baik akan berdampak positif bagi tubuh. Pada umumnya, tidur yang baik akan menyegarkan tubuh dan mata. Selain itu, kita gak akan mengalami sakit kepala atau mata perih ketika bangun tidur dengan cara yang benar. Nah, coba kamu cek bagaimana kualitas tidur malam harimu.

4. Selain fisik, mental pun dapat terdampak

ilustrasi stres dan depresi akibat junk sleep (unsplash.com/Elisa Ventur)

Seperti yang sudah disinggung di atas bahwa junk sleep juga akan memengaruhi mental seseorang. Buruknya pola tidur hanya akan membuat seseorang menjadi stres, tertekan, depresi, dan selalu dalam kondisi tertekan. Menurut studi yang dirilis oleh Dialogues in Clinical Neuroscience pada 2008, hubungan antara pola tidur yang buruk dengan depresi sangatlah erat.

Sayangnya, buruknya cara tidur jarang mendapatkan atensi lebih dari penderita. Alih-alih diobati dengan cara yang tepat, penderita junk sleep lebih sering meremehkan kondisi tubuhnya. Dalam banyak kasus, insomnia yang dialami oleh orang yang tidak menderita depresi bisa menjadi pertanda seseorang terserang depresi tahap awal.

Baca Juga: Ibu Hamil Tidak Boleh Tidur Siang, Mitos atau Fakta?

Verified Writer

Dahli Anggara

Age quod agis...

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya