TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

3 Perbedaan Burnout dan Depresi, Kenali Lebih Dalam

Jangan asal-asalan melakukan diagnosis sendiri

ilustrasi stres di tempat kerja (unsplash.com/Elisa Ventur)

Stres merupakan respons atau reaksi tubuh yang terjadi akibat berbagai tekanan, keadaan, kondisi, dan pengaruh yang ada di luar diri. Nah, kondisi ini sebetulnya merupakan hal wajar yang bisa terjadi pada masing-masing individu. Bahkan, manusia sudah dibekali dengan berbagai indra yang mampu menyerap rangsangan (tekanan) dari luar dirinya sejak ia dilahirkan.

Salah satu tipe stres atau kondisi lelah mental yang cukup umum adalah burnout. Kondisi ini sering dialami oleh mereka yang sangat sibuk di sekolah, kampus, kantor, hingga tekanan dalam keluarga. Meski sama-sama menyerang mental, burnout rupanya sangat berbeda dengan depresi, lho. Sayangnya, banyak orang awam yang menyamakan keduanya, nih.

So, kali ini kita akan mengenali perbedaan burnout dan depresi. Simak ulasannya berikut ini, ya.

Baca Juga: 7 Penyebab Depresi Kambuh yang Perlu Diperhatikan

1. Keduanya merupakan istilah yang berbeda

ilustrasi menyendiri akibat depresi (unsplash.com/Gadiel Lazcano)

Laman HelpGuide menyatakan bahwa burnout merupakan kondisi saat seseorang mengalami kelelahan emosional, mental, dan fisik akibat rutinitas yang intens dan banyak menuntut. Burnout juga dapat menyebabkan penurunan produktivitas dan energi yang tentu berdampak negatif bagi studi maupun pekerjaan.

Di sisi lain, depresi memiliki arti yang lebih luas dan dalam. Secara umum, depresi diartikan sebagai kejatuhan mental dan perasaan yang sangat dalam hingga menyebabkan seseorang merasakan rasa sakit dalam jiwanya. Jika tak diatasi dengan benar, depresi dapat menarik seseorang ke dalam keputusasaan hingga menyebabkan bunuh diri.

Trauma dan kejadian menyedihkan pada masa lalu dapat memicu seseorang mengalami depresi terpendam sepanjang hidupnya. Nah, sementara itu, burnout lebih tepat jika dikorelasikan dengan kondisi atau rutinitas yang sedang dialami, bukan disebabkan oleh kejadian sedih pada masa lalu.

2. Burnout bisa menyebabkan depresi, tapi tidak sebaliknya

Stres berkepanjangan dapat menyebabkan dampak buruk bagi mental. (unsplash.com/Joice Kelly)

Dilansir PsychCentral, kondisi burnout atau kelelahan mental bisa saja berujung pada depresi. Namun, hal tersebut tidak berlaku sebaliknya. Hal ini membuktikan bahwa kondisi burnout (pada tahap awal) masih bisa diatasi dengan cara-cara yang lebih sederhana. Bahkan, burnout biasanya juga akan hilang jika seseorang tidak lagi berada dalam tekanan atau rutinitas yang sama seperti dulu.

Ini sangat berbeda dengan depresi yang sulit dihilangkan meskipun seseorang tidak berada dalam tekanan tertentu. Depresi bersifat menetap dan intens sehingga membuatnya membutuhkan pertolongan segera dari pihak profesional, seperti psikolog, dokter, atau psikiater. Masalahnya, ada banyak pengidap depresi yang enggan dan malu untuk berkonsultasi dengan ahli kesehatan mental.

Baca Juga: Kenapa Beberapa Orang Mengalami Depresi setelah Operasi?

Verified Writer

Dahli Anggara

Age quod agis...

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya