TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Alasan Mengapa Makanan Cepat Saji Buruk untuk Kesehatan

Dapat meningkatkan risiko berbagai penyakit

ilustasi alasan mengapa makanan cepat saji buruk untuk kesehatan (unsplash.com/Towfiqu barbhuiya)

Siapa yang tidak suka makanan cepat saji alias fast food seperti ayam goreng, hamburger, atau kentang goreng? Jenis makanan ini menawarkan kecepatan dalam penyajiannya dan rasanya pun memanjakan lidah. Namun, para ahli setuju bahwa makanan cepat saji tidak baik untuk kesehatan, terlebih apabila dikonsumsi setiap hari dalam jangka panjang.

Inilah beberapa alasan kenapa makanan cepat saji bisa buruk buat kesehatan kita. Buat kamu yang doyan, segera kurangi konsumsinya, ya!

1. Meningkatkan kadar gula darah

ilustrasi gula (pexels.com/Polina Tankilevitch)

Banyak makanan cepat saji yang ternyata mengandung gula berlebih. Artinya, makanan tersebut menjadi memiliki kalori yang tinggi namun nutrisinya rendah.

Dilansir Healthline, American Heart Association menyarankan asupan gula sekitar 6 sampai 9 sendok teh per hari. Sementara di Indonesia, saran asupan gula yang dianjurkan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) yaitu 4 sendok makan per hari.

Sebagai gambaran, dalam sekaleng minuman bersoda mengandung sekitar 8 sendok teh gula! Kandungan gula yang tinggi tersebut tentunya tidak baik untuk kesehatan tubuh karena dapat menyebabkan lonjakan gula darah.

Baca Juga: 8 Kandungan Berbahaya pada Fast Food, Jangan Kecolongan!

2. Meningkatkan berat badan dan risiko diabetes

ilustrasi menimbang berat badan (pexels.com/SHVETS production)

Kandungan karbohidrat olahan dan gula berlebih dalam makanan cepat saji akan dipecah dengan cepat, sehingga menghasilkan lonjakan kadar gula darah yang cepat. Kondisi ini membuat pankreas menghasilkan insulin untuk menurunkan kadar gula darah agar menjadi stabil.

Makin sering kamu makan makanan cepat saji, maka peningkatan kadar gula darah yang terjadi bisa dialami berulang kali. Akibatnya, insulin yang dihasilkan pun berulang kali, sehingga justru dapat menurunkan respons sel tubuh terhadap hormon insulin. Dalam jangka panjang, kondisi ini dapat meningkatkan risiko resistansi insulin, peningkatan berat badan, dan diabetes tipe 2.

3. Meningkatkan tekanan darah

ilustrasi garam (pexels.com/Marek Kupiec)

Selain mengandung gula yang tinggi, makanan cepat saji juga mengandung garam yang tinggi. Padahal, konsumsi garam berlebihan tidak baik untuk kesehatan, terutama bagi orang-orang dengan riwayat tekanan darah tinggi atau hipertensi. Ini karena kandungan natrium dalam garam dapat meningkatkan tekanan darah, sehingga memengaruhi kesehatan sistem kardiovaskular, termasuk kesehatan jantung.

Di Indonesia, saran asupan garam dari Kemenkes adalah 2.000 miligram (mg) natrium atau setara dengan 1 sendok teh garam per orang per hari.

Dijelaskan Healthline, terdapat penelitian yang melakukan survei terhadap 939 orang dewasa, yang mana hampir 90 persen meremehkan kandungan garam yang terdapat dalam makanan cepat saji. Padahal, jumlahnya bisa enam kali lebih tinggi dari tebakan mereka, yaitu 1.292 mg. Ini artinya, satu sajian makanan cepat saji mengandung sekitar setengah dari kebutuhan garam per harinya.

4. Meningkatkan kadar kolesterol

ilustrasi jantung (unsplash.com/Ali Hajiluyi)

Makanan cepat saji juga mengandung lemak trans yang tidak baik untuk tubuh. Biasanya, lemak trans terdapat dalam makanan seperti kue kering, adonan piza, biskuit, dan lainnya.

Berapa pun kandungan lemak trans yang dikonsumsi tidak baik untuk kesehatan. Dijelaskan dalam laman Medical News Today, mengonsumsi makanan yang mengandung lemak trans dapat meningkatkan kadar lemak jahat atau low-density lipoprotein (LDL) dan menurunkan kadar lemak baik atau high-density lipoprotein (HDL). Akibatnya, risiko mengalami penyakit jantung meningkat.

Baca Juga: Makan Buah Langsung atau Jus, Mana yang Lebih Sehat?

Verified Writer

Dewi Purwati

Health enthusiast

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya