TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Imunisasi dan Perilaku Hidup Bersih, Kunci Mencegah Polio

Virus polio mudah menyebar di wilayah dengan sanitasi buruk

ilustrasi imunisasi polio tetes (unicef.org/Zaidi)

Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) menetapkan polio sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) karena ditemukan kasus polio beberapa waktu lalu. Kabar terbaru menyebutkan bahwa kasus polio bertambah sehingga menjadi tiga kasus. 

Polio termasuk penyakit yang mudah menular sehingga membutuhkan penanganan segera untuk mencegah penularan. Imunisasi polio dan penerapan perilaku hidup bersih disebut menjadi cara untuk mencegah penularan polio. Berikut penjelasannya!

1. Air yang terkontaminasi dan sanitasi yang buruk berkaitan dengan penularan penyakit

ilustrasi air (freepik.com/jcomp)

Diperkirakan secara global, setidaknya 2 miliar orang menggunakan sumber air minum yang terkontaminasi feses. Kontaminasi mikroba pada air minum akibat terkontaminasi feses meningkatkan risiko terhadap keamanan air minum.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, air yang terkontaminasi dan sanitasi yang buruk berkaitan dengan penularan berbagai penyakit, misalnya diare dan polio. Tidak memadainya layanan air dan sanitasi menyebabkan orang berisiko terpapar penyakit yang dapat dicegah.

Baca Juga: Polio: Gejala, Penyebab, Diagnosis, Perawatan

2. Perilaku buang air besar sembarangan berperan dalam penyebaran polio

ilustrasi peneliti mengambil sampel air sungai (freepik.com/aleksandarlittlewolf)

Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes, Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM., MARS, pada kesempatan "Press Conference: Kejadian Luar Biasa Polio di Indonesia" yang disiarkan di kanal YouTube Kemenkes menjelaskan bahwa dari hasil penyelidikan kasus polio, selain cakupan imunisasi polio yang rendah, faktor perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) penduduk juga masih kurang.

Fakta di lapangan, masih ada penduduk yang buang air besar secara terbuka di sungai. Selain itu, meskipun tersedia toilet, tetapi lubang pembuangan langsung mengalir ke sungai, sementara air sungai digunakan sebagai sumber aktivitas penduduk, termasuk menjadi tempat bermain oleh anak-anak.

Sebagai upaya tindak lanjut, Kemenkes melakukan edukasi untuk mencegah penularan polio dengan imunisasi rutin bagi anak-anak. Selain itu, edukasi juga diberikan terkait pentingnya menerapkan PHBS, seperti perilaku buang air besar di jamban, mencuci tangan menggunakan sabun, dan menggunakan air matang untuk makan minum.

3. Penularan virus polio melalui rute fekal-oral

ilustrasi air bersih (freepik.com/Freepik)

Medical News Today menjelaskan, virus polio bisa berada di lingkungan dari feses orang yang terinfeksi. Virus polio dapat menyebar di wilayah dengan sanitasi yang buruk melalui feses orang yang terinfeksi kemudian mencemari suplai air, melalui kontak langsung, atau melalui kontaminasi makanan.  

Dilansir UNICEF, ketika virus polio liar masuk ke dalam tubuh melalui mulut, virus tersebut berkembang biak di usus kemudian menyerang sistem saraf. Selanjutnya, virus dikeluarkan bersama dengan feses sehingga dapat menyebar cepat di lingkungan, terutama di wilayah dengan kebersihan dan sanitasi yang buruk.

Faktor yang dapat memengaruhi penularan virus polio menurut European Centre for Disease Prevention and Control (ECDC), antara lain:

  • Kepadatan penduduk yang tinggi.
  • Infrastruktur pelayanan kesehatan yang buruk.
  • Sanitasi yang buruk.
  • Tingginya insiden diare.
  • Cakupan vaksinasi polio yang rendah.

4. Orang yang tidak bergejala juga dapat menularkan virus polio

ilustrasi anak-anak bermain (pexels.com/Guduru Ajay bhargav)

Menurut UNICEF, kebanyakan orang yang terinfeksi polio tidak mengalami sakit. Karena cenderung tidak mengalami sakit yang berat, mereka tidak menyadari telah terinfeksi polio.

Meskipun tidak bergejala atau bergejala ringan, mereka membawa virus polio di usus sehingga dapat menyebarkan infeksi ke ribuan orang lainnya, sebelum kasus pertama kelumpuhan muncul.

Oleh sebab itu, meskipun hanya ada satu kasus kelumpuhan polio dianggap sebagai bukti epidemi, terutama di negara dengan kasus sangat sedikit. Hal senada juga dijelaskan oleh ECDC, bahwa satu kasus polio dianggap sebagai wabah atau outbreak sehingga perlu tindakan segera.

Baca Juga: 3 Jenis Penyakit Polio dan Gejalanya yang Perlu Diketahui

Verified Writer

Dewi Purwati

Health enthusiast

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya