TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Kopi Bisa Mengurangi Step pada Bayi, Mitos atau Fakta?

Makanan yang dikonsumsi bayi tidak boleh sembarangan

ilustrasi kopi (unsplash.com/🇸🇮 Janko Ferlič)

Kopi termasuk minuman yang cukup digemari banyak orang. Tidak heran gerai kopi ada di mana-mana. Kandungan kopi sudah diketahui secara luas memberi beberapa manfaat bagi tubuh, salah satunya mengurangi rasa kantuk.

Katanya, kopi juga bermanfaat untuk mengurangi gejala step atau kejang pada bayi. Padahal, makanan dan minuman yang dikonsumsi bayi sebelum waktunya justru dapat mengganggu pertumbuhan dan berpotensi membahayakan kesehatannya. Lantas, apa benar kopi dapat mencegah step pada bayi? Simak faktanya di bawah ini.

1. Benarkah kopi dapat mengurangi step pada bayi?

ilustrasi kopi (unsplash.com/Julia Florczak)

Kopi telah dipercaya secara turun-temurun dapat mencegah step atau kejang pada bayi. Adanya anggapan tersebut membuat beberapa orang memberikan kopi sebagai pertolongan pertama apabila anak mengalami kejang. Namun, cara tersebut tidak benar!

Laman resmi Kementerian Komunikasi dan Informatika menjelaskan, kabar yang menyebutkan bahwa kopi dapat mencegah step adalah hoaks. Tidak ada penelitian yang membuktikan bahwa kopi mampu mencegah step pada bayi.

Di samping itu, minuman kafein tidak direkomendasikan untuk bayi. Hal yang penting untuk mencegah step atau kejang yaitu mencegah suhu tubuhnya meningkat, salah satu caranya yaitu dengan mengompres.

Baca Juga: Kejang: Penyebab, Jenis, Gejala, dan Penanganan

2. Anak usia kurang dari 2 tahun tidak boleh minum kopi

ilustrasi bayi menangis (pixabay.com/joffi)

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) menjelaskan bahwa minuman berkafein, seperti kopi dan teh harus dihindari anak berusia kurang dari 2 tahun. Tidak ada batas aman mengonsumsi kafein pada usia tersebut.

Mengutip penjelasan Healthline, kafein mungkin dapat meningkatkan kewaspadaan ketika diminum orang dewasa sehingga badan menjadi terasa lebih segar. Akan tetapi, ini bukan berarti bayi juga akan mendapat manfaat yang sama ketika mengonsumsinya.

Tubuh bayi dapat memberikan reaksi yang berbeda ketika mengonsumsi kafein, seperti gelisah, cemas, gejala seperti kolik, dan lainnya.

3. Mengenal kejang demam pada bayi

ilustrasi anak demam (freepik.com/prostooleh)

Dilansir laman Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan, ketika suhu tubuh meningkat, sebagian anak bisa saja mengalami kejang demam. Pada umumnya, orang sering menyebutnya dengan sebutan step pada anak. Kejang demam merupakan kondisi yang berbeda dengan epilepsi.

Laman Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menyebutkan bahwa kejang demam adalah kejang yang terjadi akibat peningkatan suhu tubuh menjadi 38 derajat Celcius atau lebih karena proses di luar otak. Kondisi tersebut biasanya dialami anak berusia 6 bulan sampai 5 tahun.

4. Kejang demam berbeda dengan epilepsi

ilustrasi bayi (pexels.com/Sarah Chai)

Kejang demam yang terjadi biasanya akan hilang dengan sendirinya tanpa harus minum obat rutin. Namun, apabila terdapat tanda demam pada anak, maka suhu tubuhnya harus diturunkan agar tidak terjadi kejang.

Sementara itu, epilepsi juga mengalami kejang dan bisa terjadi berulang walau tidak mengalami demam. Epilepsi juga dapat dialami oleh semua usia. Selain itu, epilepsi membutuhkan pengobatan rutin untuk mencegah kejang kambuh. Dokter bisa saja menghentikan pengobatan apabila kejang jarang kambuh.

Baca Juga: Anak Demam sampai Kejang? Ketahui 5 Hal Penting Ini

Verified Writer

Dewi Purwati

Health enthusiast

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya