TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Mitos tentang Asam Urat yang Masih Dipercaya

Benarkah sayuran bikin kadar asam urat naik?

ilustrasi nyeri sendi (pexels.com/Towfiqu barbhuiya)

Asam urat merupakan produk akhir dari pemecahan purin di dalam tubuh. Asam urat yang terbentuk selanjutnya dikeluarkan dari dalam tubuh melalui ginjal lewat urine. Apabila konsumsi makanan dengan kadar purin berlebih atau pengeluaran asam urat oleh ginjal berkurang, maka kadar asam urat di dalam darah bisa meningkat. Kondisi ini bisa memicu gout atau radang sendi akibat asam urat berlebih.

Asam urat bukanlah hal yang asing terdengar di masyarakat. Namun, masih banyak informasi mengenai asam urat yang tidak tepat. Berikut beberapa mitos mengenai asam urat yang masih dipercaya banyak orang, dan mungkin kamu salah satunya!

Mitos 1: Nyeri sendi pasti karena kadar asam urat dalam darah meningkat

ilustrasi nyeri pergelangan tangan (pexels.com/Kindel Media)

Sebagian orang percaya bahwa nyeri pada sendi pasti disebabkan asam urat yang meningkat. Padahal, kabar ini tidak benar. Dijelaskan pada laman Perhimpunan Reumatologi Indonesia, ada banyak penyakit reumatik yang menyerang sendi. Penyakit sendi akibat kadar asam urat yang meningkat, yaitu gout, hanya satu dari lebih dari seratus macam penyakit reumatik.

Jadi, tidak semua nyeri pada sendi pasti disebabkan oleh naiknya kadar asam urat. Maka dari itu, penting untuk memeriksakan diri ke dokter untuk mengetahui penyakit yang sedang dialami sehingga penanganannya tepat.

Baca Juga: 7 Makanan Pantangan Asam Urat yang Harus Dihindari

Mitos 2: Sayuran menyebabkan asam urat meningkat

ilustrasi sayuran (pexels.com/Andie Cumber)

Masih banyak yang menyalahkan sayuran sebagai pemicu kadar asam urat yang meningkat. Faktanya, berdasarkan studi, sayuran tidak meningkatkan risiko gout maupun serangan gout.

Meskipun kadar purin dalam sayuran tinggi, tetapi mengonsumsi sayuran tidak meningkatkan kadar asam urat.

Dijelaskan pula, satu-satunya penyakit reumatik yang berhubungan dengan makanan yaitu gout. Kondisi tersebut disebabkan konsumsi jeroan, alkohol, daging merah, dan kerang-kerangan dalam jumlah besar.

Mitos 3: Nyeri sendi akibat asam urat tinggi hanya dialami oleh laki-laki

ilustrasi nyeri asam urat (unsplash.com/Towfiqu barbhuiya)

American College of Rheumatology menjelaskan bahwa kondisi nyeri sendi akibat asam urat bisa terjadi baik pada laki-laki maupun perempuan.

Menurut Mayo Clinic, laki-laki cenderung lebih awal mengalami gout antara usia 30 sampai 50 tahun. Namun, saat memasuki usia menopause, kadar asam urat perempuan mendekati laki-laki.

Selain lebih sering terjadi pada laki-laki dan perempuan setelah menopause, mereka yang mengalami penyakit ginjal juga berisiko mengalami gout. Selain itu, gout juga diketahui berkaitan dengan obesitas, hipertensi, diabetes, dan hiperlipidemia.

Mitos 4: Nyeri sendi akibat asam urat hanya terjadi pada orang dengan obesitas

ilustrasi berat badan berlebih (unsplash.com/Towfiqu barbhuiya)

Anggapan bahwa gout atau nyeri sendi akibat asam urat hanya terjadi pada orang yang kelebihan berat badan atau obesitas adalah salah.

Faktanya, berat badan berapa pun bisa mengalami peradangan sendi karena asam urat. Mayo Clinic menjelaskan, berat badan berlebih memang dapat meningkatkan risiko kadar asam urat meningkat karena tubuh menghasilkan asam urat lebih banyak dan ginjal lebih sulit mengeluarkan asam urat. Namun, ini bukan satu-satunya faktor risiko gout.

Selain berat badan berlebih, faktor genetik juga berperan pada berkembangnya gout. Jika memiliki riwayat gout dalam keluarga, maka ada kemungkinan kita juga akan mengalami hal yang serupa. Bahkan, menurut Medical News Today, faktor genetik memiliki peran besar dalam peningkatan asam urat daripada faktor asupan makanan.

Baca Juga: Sebabkan Nyeri Sendi, Ini Perbedaan antara Reumatik dan Asam Urat

Verified Writer

Dewi Purwati

Health enthusiast

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya