TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

7 Gejala Depresi Melankolis yang Perlu Diwaspadai

Tidak mampu menikmati hal yang menggembirakan

ilustrasi gejala depresi melankolis (pexels.com/Alex Green)

Depresi melankolis diklasifikasikan sebagai penentu untuk gangguan depresi mayor, yang artinya seseorang didiagnosis memiliki gangguan depresi mayor dengan fitur melankolis.

Pada individu dengan depresi melankolis, suasana hati, pikiran, dan emosi mereka terpengaruh. Penyebabnya biasanya merupakan kombinasi dari faktor lingkungan, psikologis, dan genetik.

Gejala utama depresi melankolis adalah sedikit atau kehilangan minat pada hobi atau kegiatan yang sebelumnya dinikmati. Sementara itu, gejala lainnya sejalan dengan gejala umum gangguan depresi mayor, tetapi jauh lebih parah.

Perawatan untuk depresi melankolis biasanya melibatkan kombinasi obat-obatan, psikoterapi, perubahan gaya hidup, dan terapi stimulasi otak. Perawatan bisa memakan waktu dan butuh kesabaran, kerja keras, dan ketekunan. Namun, kabar baiknya, banyak orang berhasil mengelola gejala dan mencapai pemulihan jangka panjang.

Salah satu faktor penentu keberhasilan pemulihan adalah mendapatkan perawatan sedini mungkin. Dan, untuk bisa memulai perawatan, kamu perlu mengenali seperti apa gejala depresi melankolis.

1. Kehilangan minat

ilustrasi perempuan kehilangan minat pada apa pun (pexels.com/cottonbro studio)

Individu dengan depresi melankolis mungkin merasakan isolasi sosial karena stigma seputar depresi di masyarakat. Inilah mengapa kehilangan minat pada hobi dianggap sebagai gejala depresi melankolis.

Menurut Healthdirect, kehilangan minat sudah berlangsung selama setidaknya dua minggu untuk bisa dijadikan gejala depresi melankolis dan kondisi mental lainnya. Akan tetapi, untuk mengidentifikasi hal ini sebagai gejala, diperlukan diagnosis dari seorang profesional medis.

2. Kehilangan nafsu makan

ilustrasi tidak nafsu makan (pexels.com/koolshooters)

Satu studi dalam jurnal International Clinical Psychopharmacology tahun 1993 membandingkan perilaku makan 12 pasien rawat inap depresi melankolis dengan 12 kontrol normal. Hasilnya, peserta yang didiagnosis dengan depresi melankolis makan lebih sediki daripada peserta kontrol. 

Berdasarkan hasil studi, pasien depresi melankolis menunjukkan penurunan keinginan untuk makan, rasa kenyang yang meningkat, dan kenikmatan makan berkurang. Temuan ini menunjukkan bahwa hilangnya nafsu makan yang disebabkan oleh depresi melankolis mengikuti pola tertentu.

Selain itu, terkadang orang depresi melankolis juga mengalami peningkatan nafsu makan. Ini dikenal sebagai emotional eating atau kondisi saat seseorang makan lebih banyak sebagai respons terhadap emosi negatif, seperti kesedihan. Baik penurunan maupun peningkatan nafsu makan sama-sama dapat memengaruhi berat badan.

Baca Juga: 7 Pekerjaan Ini Rentan terhadap Depresi, Mental Health Itu Penting

3. Insomnia atau tidur berlebihan

ilustrasi insomnia (pexels.com/cottonbro studio)

Insomnia didefinisikan sebagai kesulitan tidur atau tidak mendapatkan tidur malam yang berkualitas baik. Sebaliknya, tidur berlebihan atau hipersomnia didefinisikan sebagai tidur lebih lama daripada hari biasa atau kelelahan yang berlebihan pada siang hari.

Studi dalam jurnal BMC Psychiatry tahun 2016 melaporkan bahwa insomnia secara signifikan terkait dengan peningkatan risiko depresi. Insomnia parah sering kali merupakan gejala depresi melankolis dan sering memerlukan perhatian medis.

4. Kelelahan terus-menerus

ilustrasi kelelahan (freepik/pressfoto)

Individu yang didiagnosis dengan depresi melankolis kerap mengalami kelelahan yang berkepanjangan, bahkan meskipun orang tersebut telah mendapatkan istirahat yang cukup. Di sisi lain, kelelahan juga bisa terjadi akibat gangguan tidur.

Menurut Diamon Rehab Thailand, orang dengan depresi melankolis dapat mengalami kelelahan yang terwujud dalam motivasi rendah untuk melakukan tugas sehari-hari, kesulitan berkonsentrasi, dan perasaan lesu secara umum. Selain lelah berkepanjangan, tanda lain dari depresi melankolis bisa berupa lekas marah atau ekspresi kelelahan yang konstan.

5. Masalah memori

ilustrasi berpikir (pexels.com/Ketut Subiyanto)

Depresi juga dikaitkan dengan masalah memori, seperti mudah lupa atau bingung. Masalah memori ini juga dapat menyebabkan kesulitan untuk fokus pada pekerjaan atau tugas lain, membuat keputusan, atau berpikir jernih.

Stres dan kecemasan juga bisa menyebabkan ingatan yang buruk. Depresi dikaitkan dengan kehilangan memori jangka pendek. Ini tidak memengaruhi jenis memori lain, seperti memori jangka panjang dan memori prosedural, yang mengontrol keterampilan motorik.

Penelitian dalam Behavioural Brain Research tahun 2013 menemukan bahwa orang dengan depresi tidak dapat mengidentifikasi objek di layar yang identik atau serupa dengan objek yang pernah mereka lihat sebelumnya. Penelitian ini menunjukkan bahwa daya ingat dapat berkurang akibat depresi.

6. Pikiran untuk bunuh diri

ilustrasi laki-laki sedang melamun (pixabay.com/pexels)

Ada berbagai alasan berbeda mengapa seseorang berpikir untuk mengakhiri hidupnya, salah satunya depresi dengan ciri-ciri melankolis. Ide untuk bunuh diri bukanlah gejala yang tidak biasa dalam gangguan depresi. Faktanya, dalam studi yang dimuat dalam jurnal Health Psychology Research tahun 2021, terdapat korelasi yang kuat antara pikiran untuk bunuh diri dan depresi.

Jika seseorang mengungkapkan keingian untuk bunuh diri, sangat penting untuk membawanya menemui profesional medis guna mendapatkan bantuan.

Baca Juga: 7 Penyebab Depresi Kambuh yang Perlu Diperhatikan

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya