TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

7 Penyebab Sering Stres saat Liburan, yuk Kenali!

Bukannya ceria, liburan kadang justru bikin stres

ilustrasi stres saat liburan (pexels.com/Victoria Akvarel)

Liburan identik dengan momen yang penuh kegembiraan. Namun, bagi sebagian orang, liburan bisa menjadi periode yang membuat stres.

Orang yang memiliki kondisi mental sebelumnya lebih rentan mengalami masalah suasana hati selama liburan. Meskipun begitu, orang-orang yang menyukai liburan pun bisa mengalami stres selama musim ini.

Jika kamu secara konstan merasa stres saat liburan, kamu pasti bertanya-tanya, apa penyebabnya? Untuk menjawab kebingunganmu, di sini kita akan mengulas apa saja penyebab stres saat liburan.

1. Kesepian

ilustrasi merasa kesepian (pexels.com/Alex Green)

Terkadang, liburan bisa menjadi momen saat kita harus menjauh dari orang-orang yang dicintai, seperti orang tua, teman, pasangan, anak, dan sebagainya. Jauh dari orang yang dicintai dapat membuat kita merasa sendiri dan kesepian.

Berikut adalah beberapa strategi yang dapat dilakukan untuk mengurangi rasa kesepian saat liburan menurut laman Psychology Today:

  • Manfaatkanlah teknologi untuk tetap terhubung dengan orang-orang tersayang.
  • Cari acara komunitas untuk dihadiri.
  • Mendaftar sebagai sukarelawan. Membantu orang lain membuat kamu merasa baik dan dapat memperluas hubungan sosial.

2. Harapan yang tidak realistis

ilustrasi orang travelling (Pexels.com/Andrea Piacquadio)

Memiliki harapan yang tinggi tentang liburan dapat menyebabkan kesedihan dan stres. Komersialisasi liburan dan unggahan media sosial orang lain kadang menciptakan ekspektasi bahwa liburan seharusnya begini dan begitu. Bagi orang yang merasa liburannya biasa-biasa saja, melihat foto dan video yang bertebaran di media sosial dapat memicu stres.

Untuk mengatasi hal ini, laman Verywell Mind menyarankan untuk menurunkan ekspektasi. Bersikaplah realistis dan berfokus pada apa yang benar-benar penting bagimu.

Baca Juga: 7 Manfaat Pole Dance untuk Kesehatan, Bakar Kalori hingga Atasi Stres

3. Ada terlalu banyak hal yang harus dilakukan

ilustrasi menyusun jadwal (pexels.com/RODNAE Productions)

Banyaknya hal yang dilakukan menjelang dan selama liburan juga dapat memicu stres, dikutip dari laman Lyra Health. Misalnya, sebelum libur tiba, para pekerja kantoran kerap dituntut untuk menyelesaikan tugas-tugasnya. Kekhawatiran tidak dapat menyelesaikan tugas dan harus mengerjakannya saat liburan dapat memicu stres.

Selain itu, banyaknya kegiatan yang harus dilakukan saat liburan juga bisa menjadi beban. Mulai dari mengunjungi keluarga besar dan teman-teman, tradisi, ke tempat wisata, dan banyak lagi. Ini semua dapat membuatmu merasa hanya memiliki sedikit waktu, sementara ada banyak kegiatan yang harus dilakukan.

4. Banyaknya pengeluaran selama liburan

ilustrasi uang (pixabay.com/EmAji)

Liburan bisa menjadi momen yang menguras kantong. Misalnya, Lebaran identik dengan berbelanja pakaian, memasak, dan memberi angpao pada anak-anak. Begitu pula dengan Natal yang identik dengan masak dan bertukar kado. Hingga kebiasaan yang lebih sederhana lainnya, seperti ke tempat wisata atau nongkrong dan ngopi bersama teman. Semua tradisi ini dapat menyebabkan stres terkait finansial.

Untuk menghindari stres jenis ini, laman Psychology Today menyarankan untuk menetapkan anggaran. Tentukan berapa anggaran yang akan dihabiskan untuk pergi ke tempat wisata, masak, berbelanja, mudik, dan sebagainya.

5. Kehilangan orang terkasih

ilustrasi keluarga (pixabay.com/chillla70)

Bagi sebagian orang, momen liburan yang biasanya menjadi sumber kegembiraan telah berganti menjadi pengingat yang menyakitkan akan seseorang yang telah hilang. Kegiatan dan tradisi yang dulunya penuh keceriaan kini dapat memicu kenangan yang menyakitkan. Berikut tips dari Lyra Health untuk mengelola kesedihan ini:

  • Jangan memaksa diri untuk merayakan. Tidak apa-apa jika kamu tidak benar-benar merasakan semangat liburan.
  • Hindari membandingkan liburanmu dengan liburan orang lain yang belum pernah mengalami kondisi serupa.
  • Beri tahu orang terkasih bagaimana mereka dapat mendukungmu selama musim ini.
  • Temukan grup pendukung atau jaringan online yang memiliki kondisi serupa denganmu.
  • Pertimbangkan untuk berbicara dengan penyedia layanan kesehatan mental.

6. Seasonal affective disorder (SAD)

ilustrasi seasonal affective disorder atau gangguan afektif musiman (unsplash.com/Artem Labunsky)

Seasonal affective disorder (SAD) atau gangguan afektif musiman merupakan jenis depresi yang terjadi karena perubahan musim. Gejala umumnya muncul pada musim saat matahari lebih jarang muncul, seperti saat musim hujan atau musim dingin.

Gejala yang muncul dapat berupa kesedihan, kehilangan minat dalam aktivitas, energi rendah, perubahan pola tidur, kesulitan berkonsentrasi, dan banyak lagi. Gangguan ini biasanya muncul saat musim hujan karena mengharuskanmu lebih banyak berada di dalam ruangan.

Baca Juga: Apakah Stres Bisa Memengaruhi Kadar Kolestrol dalam Tubuh?

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya