TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Diet AIP: Pola Makan Khusus bagi Penyintas Penyakit Autoimun

Mengurangi gejala yang disebabkan oleh penyakit autoimun

freepik.com/yanalya

Apa yang terlintas dalam benakmu ketika mendengar atau membaca akronim "AIP"? Ditambah lagi terdapat embel-embel diet yang tampaknya menarik untuk diketahui..

Diet AIP atau autoimmune protocol diet merupakan pola makan dengan tujuan untuk mengurangi gejala, nyeri, dan peradangan akibat penyakit autoimun seperti lupus, artritis reumatoid, radang usus, dan penyakit seliak.

Penyakit autoimun sendiri memiliki karakteristik utama, yaitu sistem kekebalan secara tidak sengaja menyerang dan merusak jaringan atau organ sehat. 

Melansir Healthline, sudah banyak penyintas autoimun yang dilaporkan menunjukkan efek positif setelah menerapkan pola makan diet AIP. Efek positif tersebut di antaranya adalah perbaikan suasana hati dan pengurangan gejala gangguan autoimun secara umum. 

Simak terus ulasan di bawah ini untuk memahami lebih jelas terkait diet AIP. 

1. Mengenal diet AIP

freepik.com/pvproductions

Seperti yang telah disinggung di atas, diet AIP dimaksudkan untuk mengurangi gejala, nyeri, dan peradangan yang dialami pasien dengan penyakit autoimun. Sederhananya, sistem kerja diet ini berusaha untuk mengatasi gejala dan mengganti bahan makanan yang berpotensi menimbulkan masalah kesehatan.

Menurut studi dalam jurnal Alternative Therapies in Health and Medicine tahun 2015 dan studi dalam jurnal Cureus tahun 2019, diet AIP cenderung menghilangkan bahan-bahan makanan yang mengandung gluten karena dapat menyebabkan respons imun abnormal pada individu yang rentan.

Baca Juga: Kenali Penyakit Autoimun: dari Sebab, Gejala, hingga Cara Mencegahnya

2. Makanan yang boleh dikonsumsi

freepik.com/pvproductions

Berikut ini daftar makanan yang boleh dikonsumsi ketika menerapkan diet AIP:

  • Sayuran, kecuali sayuran nightshade (kentang putih, tomat, terung, paprika, dan cabai cayenne) dan alga
  • Variasi buah segar secukupnya
  • Umbi-umbian seperti ubi jalar dan talas
  • Makanan sehat kaya probiotik seperti kombucha, kimchi, acar, dan kefir air kelapa
  • Daging yang diproses minimal meliputi seafood, unggas, dan hewan yang dibesarkan dengan banyak mengonsumsi rumput sehat
  • Minyak nabati seperti minyak zaitun
  • Rempah-rempah dengan catatan tidak berasal dari biji-bijian
  • Cuka atau sari apel yang bebas gula
  • Pemanis alami seperti madu
  • Kaldu tulang
  • Teh tertentu seperti teh hijau dengan asupan rata-rata 3 sampai 4 cangkir sehari

3. Makanan yang sebaiknya dihindari

Freepik.com/nakaridore

Makanan yang harus dihindari saat menerapkan pola makan diet AIP adalah:

  • Biji-bijian termasuk beras, gandum, dan makanan yang diproduksi dari biji-bijian, seperti pasta, roti, dan sereal
  • Kacang-kacangan termasuk lentil, buncis, kacang polong, kacang tanah, dan makanan yang diproduksi dari kacang-kacangan, seperti tahu, tempe, atau selai kacang
  • Sayuran nightshade meliputi terong, paprika, kentang, dan tomat
  • Telur atau makanan yang mengandung unsur telur
  • Produk susu baik itu susu sapi, kambing, atau domba, dan makanan yang diproduksi dari susu, seperti krim, keju, atau mentega
  • Minyak nabati olahan meliputi minyak kanola dan minyak biji bunga matahari
  • Gula atau pemanis buatan
  • Alkohol dan kopi

Beberapa protokol lebih lanjut juga merekomendasikan pengurangan asupan garam, lemak jenuh, lemak omega-6, serta makanan berbahan dasar kelapa.

Sedangkan beberapa protokol lebih lanjut menyarankan untuk mengurangi asupan buah dan sayuran dengan kadar gula tinggi.

4. Cara kerja diet AIP

freepik.com/freepik

Melansir Medical News Today, diet AIP merupakan bentuk diet eliminasi yang tidak melibatkan makan makanan tertentu selama kurun beberapa minggu dan mencatat efeknya bagi kesehatan.

Para peneliti menggambarkan diet AIP sebagai perpanjangan dari diet paleo yang berfokus pada asupan kaya vitamin dan nutrisi lainnya.

Seseorang yang sudah berkomitmen untuk menerapkan diet ini harus mematuhi aturan diet AIP dengan ketat selama beberapa minggu (fase eliminasi), kemudian perlahan-lahan memperkenalkan kembali makanan yang dihilangkan dan mencatat dengan cermat setiap reaksi yang ditimbulkan (fase reintroduksi).

Jika reaksi tersebut ditunjukkan dengan lonjakan gejala, maka harus menyingkirkan makanan tertentu dalam jangka panjang.

Baca Juga: Tingkatkan Asupan Protein, Ini 6 Penjelasan seputar Diet Astronot

Verified Writer

Indriyani

Full-time learner, part-time writer and reader. (Insta @ani412_)

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya