TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Midlife Crisis, Transisi Identitas yang Pengaruhi Usia Paruh Baya

Sering dikaitkan dengan gejolak emosi di masa tua

ilustrasi midlife crisis (unsplash.com/Annie Spratt)

Fase penuaan tidak hanya memengaruhi kondisi fisik manusia, melainkan juga mental. Inilah kenapa tak jarang orang-orang yang tengah berada dalam fase penuaan rentan mengalami depresi, kecemasan, dan penyesalan.

Ada sebuah fenomena yang tampaknya cukup melekat pada orang-orang usia paruh baya. Ini dikenal sebagai midlife crisis atau krisis paruh baya. Midlife crisis sendiri merupakan fase yang menyebabkan seseorang memersepsikan dirinya kembali muda, alih-alih menerima kenyataan bahwa usianya tak lagi muda.

Midlife crisis tidak selalu mengarah pada perubahan gaya hidup yang berkaitan dengan keinginan untuk menjadi muda kembali. Sebaliknya, krisis paruh baya ini mungkin bisa memengaruhi aspek kehidupan lain secara positif. Berikut adalah ulasan lengkap mengenai midlife crisis berdasarkan perspektif kesehatan.

1. Apakah fenomena midlife crisis itu nyata?

ilustrasi usia paruh baya (pexels.com/Anna Shvets)

Usia paruh baya umumnya dikategorikan dalam kisaran 40 sampai 60 tahun atau lebih. Krisis paruh baya tampaknya tidak pasti dialami rentang usia tersebut. Hal ini didukung oleh bukti empiris penelitian yang menunjukkan bahwa midlife crisis bukanlah masalah krusial bagi orang dewasa tua di berbagai belahan negara di dunia. Sementara itu, beberapa peneliti memiliki kecenderungan perspektif mengenai gagasan midlife crisis dengan konstruksi sosial.

Sebuah survei yang dilakukan di Amerika Serikat (AS) berhasil menghimpun data bahwa sekitar 26 persen dari jumlah partisipan melaporkan midlife crisis. Dari laporan partisipan, diketahui bahwa sebagian besar krisis paruh baya terjadi sebelum usia 40 atau setelah 50 tahun. Hasil survei tersebut masih menimbulkan tanda tanya, terlebih mengenai korelasi antara usia pasti dan keberlangsungan midlife crisis.

Baca Juga: 7 Fakta Menarik Seks di Usia 40-an, Makin Hot atau Boring?

2. Tanda midlife crisis

ilustrasi midlife crisis atau krisis paruh baya (unsplash.com/krakenimages)

Karena midlife crisis bukan termasuk kondisi yang mudah terdiagnosis secara resmi, para ahli cukup kesulitan mempelajari konsep menyeluruh dari fenomena ini. Terlebih lagi, definisi "krisis" sendiri mungkin tidak konsisten antara satu individu dengan individu lain yang dianggap mengalami krisis paruh baya.

Seseorang yang dianggap mengalami midlife crisis cenderung mengalami perasaan yang melibatkan ketakutan akan kematian atau keinginan untuk kembali menjadi muda. Emosi yang dirasakannya pun mungkin tidak jauh berbeda dengan perasaan yang disebabkan oleh tekanan pada jenis krisis lain kehidupan, misalnya quarter life crisis.

American Psychological Association memberi penekanan terkait krisis emosional yang dapat diamati melalui perubahan perilaku yang jelas dan tiba-tiba. Ini dapat melibatkan beberapa tanda spesifik yang mencakup:

  • Perubahan suasana hati, seperti perasaan lekas marah, kesedihan, atau kecemasan.
  • Penarikan diri dari rutinitas tertentu atau hubungan dengan orang lain.
  • Perubahan kebiasaan jam tidur.
  • Penurunan atau penambahan berat badan secara signifikan.
  • Mengabaikan perawatan dan kebersihan pribadi.

3. Penyebab midlife crisis

ilustrasi usia paruh baya (pexels.com/RODNAE Productions)

Kebanyakan orang menganggap bahwa momen paruh baya adalah saat di mana terjadi perubahan antara hubungan dan peran dalam keluarga maupun masyarakat.

Adapun kasus yang menjadi penyebab potensial midlife crisis sifatnya cenderung kompleks dan tidak sama antara individu satu dengan lainnya, misal:

  • Beberapa orang dewasa mungkin berjuang merawat orang tuanya yang lebih dahulu menua.
  • Merasa bahwa waktu berlalu begitu cepat, sehingga tidak disadari kondisi fisik sudah berubah (indikasi menjadi tua).
  • Bagi sebagian orang, fase paruh baya mungkin menjadi titik kehidupan yang erat dengan penyesalan.
  • Beberapa orang dewasa tua mungkin mengembangkan suatu penyakit tertentu.

4. Sisi positif midlife crisis

ilustrasi nenek merasa bahagia (pexels.com/cottonbro)

Tidak selamanya midlife crisis dikaitkan dengan hal-hal negatif. Pasalnya, sebuah studi yang terbit dalam International Journal of Behavioral Development tahun 2016 telah mengungkap sisi positif dari fenomena ini, yakni berkaitan dengan rasa ingin tahu.

Menurut para peneliti, orang-orang yang mengalami krisis cenderung mengalami peningkatan rasa ingin tahu tentang diri sendiri dan sesuatu di sekitar mereka. Dengan demikian, dampak krisis paruh baya ternyata menghantarkan mereka pada keterbukaan ide-ide baru. Melalui rasa ingin tahu tersebut, mereka dapat mengeksplorasi peluang baru yang justru bisa menjadi hikmah di tengah terpaan krisis.

Baca Juga: 5 Latihan Penurunan Berat Badan untuk Individu di Atas Usia 60 Tahun

Verified Writer

Indriyani

Full-time learner, part-time writer and reader. (Insta @ani412_)

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya