TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

6 Perbedaan ICU Dibanding Ruang Rawat Inap Biasa

Apakah kamu pernah merasakan suasana di ruang ICU yang asli?

ilustrasi fasilitas di ruang rawat intensif atau ICU (freepik.com/DCStudio)

Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan nomor 1778 tahun 2010, ICU atau Intensive Care Unit merupakan salah satu instalasi rawat di rumah sakit yang khusus menangani kasus penyakit atau cedera yang mengancam nyawa ataupun memerlukan pemantauan ketat.

Dalam buku Anestesiologi dan Terapi Intensif yang diterbitkan oleh Perhimpunan Dokter Anestesiologi dan Terapi Intensif Indonesia (PERDATIN), ICU pada awalnya dirancang sebagai sarana rawat singgah bagi pasien pascaoperasi. Barulah pada pertengahan abad ke-20, ICU mulai dimanfaatkan untuk merawat pasien yang kritis.

Meski sama-sama termasuk instalasi rawat, tetapi ICU memiliki beberapa kekhususan dibanding ruang rawat inap di rumah sakit. Mau tahu apa sajakah yang membuat ruang ICU lebih istimewa? Teruskan membaca tulisan berikut dan temukan jawabannya, ya.

1. Peralatan yang lebih lengkap

ilustrasi pemasangan pipa endotrakeal (pixabay.com/Tho-ge)

Untuk menunjang perawatan yang intens, ICU wajib memiliki beberapa peralatan dasar yang spesifik. Masih mengacu dari aturan Peraturan Menteri Kesehatan nomor 519 tahun 2011, beberapa alat yang harus dimiliki oleh ICU antara lain alat ventilasi mekanis, peralatan monitor jantung-paru, pipa sambungan pembuluh darah (kateter vena), dan pompa infus.

Dengan peralatan yang lebih canggih, ICU dapat melakukan beberapa tindakan yang sulit dilakukan ruang rawat biasa. Contoh tindakan yang spesifik dikerjakan di ICU, menurut Kepmenkes nomor 1778 tahun 2010, antara lain:

  • Pengaturan dosis tetesan obat dalam infus secara berkala (titrasi).
  • Pemberian oksigen dengan volume dan tekanan udara yang terukur.
  • Pemasangan akses pembuluh darah sentral.
  • Pemantauan irama jantung secara berkala.

Baca Juga: Gamma Knife, Operasi Tumor Otak Tanpa Pisau Bedah

2. Kondisi ruangan dikontrol secara akurat

Kontrol lingkungan fisik di ICU bisa mendukung kualitas tidur dan metabolisme tubuh yang optimal. (freepik.com/freepik)

Menurut Pedoman Penyelenggaraan Pelayanan Intensive Care Unit di Rumah Sakit dari Kementerian Kesehatan RI, ruangan ICU harus memiliki pendingin ruangan yang diatur sedemikian rupa.

Idealnya, ICU harus memiliki rentang suhu antara 22–25 derajat celsius dan kelembapan antara 50–70 persen. Ruangan ICU juga harus mampu meredam bising dari luar.

Sebuah telaah sistematis dalam Patient Experience Journal pada tahun 2017 mencoba mendeskripsikan perasaan pasien selama dirawat di ICU. Hasilnya, sebagian pasien menggambarkan ICU sebagai ruangan yang sangat dingin dengan suasana cukup mencekam karena dipenuhi suara mesin monitor. Mereka bahkan bisa mendengar suara derap kaki para tenaga kesehatan yang sibuk bekerja di ICU.

Menurut laporan berjudul "Intensive care unit environment" dalam jurnal Continuing Education in Anaesthesia Critical Care & Pain tahun 2009, pengaturan suhu dan kelembapan seperti itu terbukti membuat tidur pasien lebih nyenyak. Suhu ideal dalam ICU juga bisa mempertahankan panas tubuh dan laju metabolisme tubuh yang optimal.

3. Pemantauan pasien yang lebih ketat

Monitor ICU harus selalu menyala mengingat kondisi pasien di ICU bisa berubah sepanjang waktu. (unsplash.com/Maxim Tolchinskiy)

Buku Anestesiologi dan Terapi Intensif PERDATIN edisi pertama menyarankan kapasitas tempat tidur di ICU yang ideal adalah 10 persen dari total kapasitas rumah sakit. Teorinya, satu tim penanganan di ICU sebaiknya tidak merawat lebih dari 12 pasien dalam waktu bersamaan.

ICU biasanya menerima pasien-pasien yang kondisinya bisa memburuk dalam hitungan menit, bahkan detik. Beberapa dosis obat-obatan yang digunakan juga harus selalu dimodifikasi sesuai kondisi pasien. Maka dari itu, pemantauan pasien pun perlu dilakukan lebih intens.

Hal ini dikonfirmasi dari cerita pasien ICU langsung dalam Patient Experience Journal. Seorang pasien ikut merasakan sendiri bagaimana rasa cemas ketika tekanan darah pasien di sampingnya yang menurun dalam waktu singkat. Ia juga merasa dokter dan perawat di sana lebih sering berkeliling untuk memantau serta merawat pasien-pasien ICU.

4. Tenaga kesehatan dengan kualifikasi khusus

Tenaga kesehatan di ICU harus sudah terlatih. (unsplash.com/Luis Melendez)

Mengutip buku Anestesiologi dan Terapi Intensif, tim tenaga kesehatan yang bertugas di ICU sebaiknya telah memiliki pengalaman atau pelatihan khusus terkait pemberian terapi intensif. Jabatan kepala ICU juga biasanya dipegang oleh dokter spesialis anestesiologi dan terapi intensif, atau dokter lain yang berpengalaman dalam bidang perawatan intensif.

Sebuah laporan dalam American Psychologist Journal tahun 2019 mengatakan bahwa tenaga kesehatan di ICU juga memiliki kondisi mental yang memadai untuk bekerja di bawah tekanan. Lingkungan ICU sangat erat dengan suara monitor, luas ruangan yang terbatas, dan peralatan berukuran besar. Belum lagi mereka harus sering berhadapan dengan kejadian pasien sekarat hingga meninggal dunia.

5. Pilihan obat-obatan yang khusus

Dosis infus obat harus dipantau secara berkala. (pexels.com/RODNAE Productions)

Terdapat beberapa obat yang hanya bisa digunakan dalam setting ICU. Contohnya adalah obat pelumpuh otot (seperti midazolam dan propofol). Dalam konsensus Rekomendasi Penatalaksanaan Status Epileptikus terbitan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), pemberian infus midazolam atau propofol digunakan di ICU bagi pasien yang terus-menerus mengalami kejang selama lebih dari 30 menit.

Obat lain yang biasa dipakai di ICU adalah obat topangan jantung (seperti dobutamin dan dopamin). Mengacu pada tulisan di London Health Sciences Centre tahun 2014, obat-obatan ini harus dipantau secara ketat karena memiliki efek samping yang berat. Dengan alasan tersebut, obat-obatan ini sebaiknya tidak diberikan di ruang perawatan biasa.

Baca Juga: E-Medical Record, Teknologi yang Perlu Dimiliki Tiap Rumah Sakit

Verified Writer

Leonaldo Lukito

Berbagi Pikiran dan Rasa melalui Padanan Kata

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya