TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Terlalu Lama Tidur? Ini Penyakit yang Mungkin Mengintaimu

Apakah tidurmu lebih dari 8 jam dalam sehari?

phillymag.com

Dalam sehari, berapa jam kamu tidur? Apakah kurang dari 8 jam atau justru lebih dari 8 jam? Idealnya, orang dewasa perlu tidur antara 7-9 jam per hari. Dengan tidur yang cukup, kita bisa mendapatkan banyak manfaat, seperti lebih jarang sakit, menurunkan risiko masalah kesehatan serius, dan bisa berpikir jernih.

Akan tetapi, bagaimana jika kita terlalu banyak tidur? Mungkin, kamu akan dihantui oleh beberapa masalah kesehatan ini!

1. Dikaitkan dengan peningkatan risiko kematian

diabetes.co.uk

Berdasarkan studi berjudul "Mortality Associated with Sleep Duration and Insomnia" yang diterbitkan di Archives Of General Psychiatry tahun 2002, durasi tidur di bawah 6,5 jam dan di atas 7,5 jam dikaitkan dengan peningkatan bahaya kematian. Studi ini melibatkan lebih dari 1 juta orang dewasa di Amerika Serikat (AS) berusia 30-102 tahun.

Ini bukan satu-satunya penelitian yang membahas keterkaitan antara durasi tidur dan risiko kematian. Penelitian yang melibatkan lebih dari 100.000 orang dewasa di Jepang yang berusia 40-79 tahun juga menghasilkan temuan yang sama. Diterbitkan dalam jurnal Sleep tahun 2004, disebutkan bahwa durasi tidur lebih dari 7 jam dikaitkan dengan peningkatan risiko kematian.

Tidur terlalu lama dikaitkan dengan hal-hal lain, seperti kelelahan, depresi, penyakit jantung, sleep apnea, hingga fungsi kekebalan dan kesehatan yang menurun.

2. Dikaitkan dengan penambahan berat badan

Ilustrasi berat badan (IDN Times/Umi Kalsum)

This article supported by vivo as Official Journalist Smartphone Partner IDN Media.

Percaya atau tidak, ada korelasi antara terlalu banyak tidur dengan penambahan berat badan. Hal ini dibuktikan lewat studi berjudul "The Association Between Sleep Duration and Weight Gain in Adults: A 6-Year Prospective Study from the Quebec Family Study" yang dipublikasikan di jurnal Sleep tahun 2008.

Penelitian tersebut membagi orang dengan tiga durasi tidur, yakni pendek (5-6 jam), rata-rata (7-8 jam), dan panjang (9-10 jam). Hasilnya, orang yang tidur dengan durasi pendek bertambah 1,98 kg dan orang yang tidur dengan durasi panjang bertambah 1,58 kg.

Risiko obesitas meningkat untuk orang yang tidur dengan durasi pendek dan panjang dibandingkan dengan mereka yang tidur dengan durasi rata-rata.

3. Dikaitkan dengan penyakit kardiovaskular

cardio.com

Sayangi jantungmu dengan tidur yang cukup, tidak kurang atau berlebihan! Menurut penelitian yang diterbitkan di Journal of the American College of Cardiology, orang yang tidur lebih dari 9 jam memiliki kemungkinan 34 persen lebih tinggi terkena serangan jantung.

Sementara, orang yang tidur kurang dari 6 jam memiliki kemungkinan 20 persen terkena serangan jantung. Yang paling ideal adalah tidur 6-9 jam sehari karena bisa mengurangi risiko serangan jantung sebesar 18 persen.

"Ini memberikan bukti kuat bahwa durasi tidur adalah faktor kunci kesehatan jantung dan ini berlaku untuk semua orang," tegas Celine Vetter, asisten profesor Integrative Physiology.

Baca Juga: 12 Cara Ampuh supaya Kamu Cepat Tertidur, Pasti Langsung Nyenyak!

4. Meningkatkan risiko terkena diabetes tipe 2

aplaceformom.com

Menurut studi terbaru dari Harvard T.H. Chan School of Public Health, perempuan paruh baya yang meningkatkan waktu tidur 2 jam atau lebih selama beberapa tahun dapat meningkatkan risiko terkena diabetes tipe 2.

Penelitian ini melibatkan hampir 60.000 perempuan di AS dengan rentang usia 55-83 tahun antara tahun 1986-2000. Selain itu, diukur pula kualitas makanan, aktivitas fisik, dan berat badan mereka.

Ternyata, meningkatkan waktu tidur 2 jam atau lebih bisa meningkatkan risiko diabetes sebesar 15 persen. Selain itu, risiko yang sama juga menghantui orang yang tidur kurang dari 6 jam sehari.

5. Menyebabkan pusing atau sakit kepala

myhillsdentist.com

Coba diingat-ingat, apakah kamu pernah mengalami sakit kepala setelah tidur terlalu lama? Beberapa penelitian menunjukkan bahwa tidur berlebihan berdampak pada neurotransmiter di otak, khususnya pada serotonin. Serotonin berfungsi untuk menjaga ritme sirkadian, yakni pola tidur alami yang diikuti tubuh.

Di sisi lain, tidur berlebihan akan mengganggu jalur saraf. Jika kita tetap tidur, bahkan setelah serotonin memberi isyarat ke reseptor, tubuh akan mengira dirinya sudah bangun, seperti yang tertulis di laman Healthline.

Dalam kondisi seperti ini, tubuh membutuhkan nutrisi seperti makanan dan air untuk memulihkan aliran darah dan aktivitas saraf di otak yang melambat saat tidur. Kita mungkin mengalami sakit kepala setelah bangun tidur, setidaknya sampai tubuh mendapatkan makanan atau air.

6. Dikaitkan dengan depresi

prevention.com

Orang yang mengidap depresi mengalami perubahan pola tidur, entah lebih singkat atau lebih lama. Mereka juga melaporkan bahwa tidak peduli berapa lama mereka tidur, mereka tetap merasa lelah. Bahkan, kopi dan stimulan tidak banyak membantu.

Penelitian berjudul "Sleep Disorders as Core Symptoms of Depression" yang dipublikasikan di Dialogues in Clinical Neuroscience tahun 2008 menegaskan hubungan kuat antara tidur dengan depresi.

Dari penelitian tersebut, ditemukan hipersomnia (gangguan tidur yang menyebabkan rasa kantuk berlebih walau sudah mendapatkan tidur) pada 40 persen orang dewasa muda (young adults) dan 10 persen pasien yang lebih tua, yang mana kedua kelompok usia itu sama-sama mengidap depresi.

Baca Juga: Tidur Berkualitas Bisa Kurangi Risiko Penyakit dan Perbaiki Performa

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya