TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

Tips Persiapan Maraton yang Harus Kamu Tahu, Ayo Simak!

Penting untuk merencanakan latihan yang baik

ilustrasi anak muda (unsplash.com/Miguel A Amutio)

Maraton merupakan ajang lari jarak jauh dengan panjang 42,195 kilometer yang bisa dilakukan sebagai lomba di jalan raya (onroad) maupun luar jalan raya (offroad). Maraton termasuk jenis olahraga yang berat. Maka dari itu, penting untuk memastikan kondisi fisik dan mental siap untuk melakukan maraton. 

Karena maraton termasuk olahraga berat, dr. Grace Joselini Corlesa, MMRS, SpKO, Spesialis Kedokteran Olahraga di Sport Medicine Injury Recovery Center (SMIRC) RS Pondok Indah – Bintaro Jaya, membagikan tips terkait maraton.

Dalam rilis yang diterima IDN Times pada Senin (19/9/2022), ia menjelaskan mengenai persiapan kompetisi lari serta cedera apa saja yang biasa dialami oleh para pegiat lari. 

1. Melakukan medical check-up

ilustrasi pemeriksaan dokter (freepik.com/tirachardz)

Dokter Grace menjelaskan bahwa pemeriksaan medis atau medical check-up perlu dilakukan untuk mengetahui kondisi fisik seseorang sebelum mengikuti maraton. Pemeriksaan ini tidak hanya berlaku untuk maraton, tetapi juga olahraga berat yang lain.

Jika kamu pernah mengalami gejala, seperti nyeri dada, sesak napas, atau kelelahan berlebih, segera periksakan ke dokter sebelum berlatih. Faktor risiko seperti riwayat penyakit jantung atau penyakit arteri koroner juga perlu diperhatikan sebelum melakukan maraton.

2. Merencanakan latihan dengan matang

ilustrasi persiapan maraton (pexels.com/Gabe)

Selain medical check-up, memiliki latihan yang terencana penting dilakukan untuk mempersiapkan fisik dan mental. Menurut dr. Grace, pelari pemula bisa memulai latihan dengan jarak 5–8 kilometer. Jika kamu pelari tingkat lanjut, latihan bisa dimulai dengan 9–12 kilometer yang dikombinasikan dengan latihan kecepatan. 

Di banyak kasus, rencana latihan terdiri dari 4 sampai 5 sesi latihan setiap minggunya. Sesi latihan ini termasuk satu latihan di akhir pekan dengan jarak yang lebih jauh. Jarak latihan bisa ditingkatkan secara bertahap. 

Baca Juga: Olahraga 150–600 Menit Seminggu Cegah Kematian Dini

3. Risiko cedera olahraga

ilustrasi cedera olahraga (pexels.com/Juan Manuel Montejano Lopez)

Tanpa persiapan yang baik, maraton bisa menyebabkan berbagai cedera, mulai dari yang ringan hingga berat. Menurut dr. Grace, beberapa cedera olahraga yang umum terjadi untuk pelari meliputi:

  • Plantar fasciitis: Nyeri pada bagian tumit kaki.
  • Patellofemoral pain syndrome: Cedera yang terjadi pada tulang rawan di bawah tempurung lutut. 
  • Shin splint: Rasa sakit di sekitar tulang kering akibat dari teknik lari yang kurang tepat.
  • Iliotibial band syndrome: Cedera yang terjadi pada tulang paha akibat gesekan dari jaringan ikat yang menjadi sangat ketat. Ini bisa terjadi karena cedera overuse, otot bokong yang lemah, dan pemanasan yang tidak cukup. 
  • Achilles tendinitis: Nyeri di pangkal betis karena cedera overuse dan otot betis yang lemah. 

4. Berpotensi menyebabkan kerusakan jantung dan ginjal

ilustrasi maraton (unsplash.com/Capstone Events)

Selain cedera olahraga, maraton juga berpotensi menyebabkan masalah jantung. Sebuah penelitian yang diterbitkan dalam European Heart Journal bahwa latihan ketahanan, termasuk maraton, menyebabkan disfungsi pada ventrikel kanan jantung (RV).

Walaupun pemulihan jangka pendek bisa dilakukan, perubahan struktural kronis dan penurunan fungsi RV telah terbukti dari penelitian tersebut. 

Di sisi lain, informasi di laman Healthline menuliskan bahwa beberapa faktor, seperti dehidrasi, kenaikan suhu inti, dan penurunan aliran darah ke ginjal menyebabkan cedera ginjal akut. 

Baca Juga: Mengenal Jenis, Faktor, dan Penanganan Cedera Olahraga

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya