TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Cedera yang Rentan Terjadi pada Usia 40-an, Yuk Perhatikan!

Olahraga pada usia ini mesti dilakukan dengan hati-hati

freepik.com/aleksandarlittlewolf

Saat memasuki usia 40 tahun, wajar telah terjadi perubahan pada otot, tulang, dan sendi secara alami karena penuaan. Bahkan, pada usia tersebut pemulihan dan perbaikan sel tidak secepat sebelumnya.

Kondisi ini terjadi karena adanya penurunan massa tulang dan otot, menipisnya struktur penunjang sendi, serta menurunnya kelenturan struktur tubuh. Semua itu menyebabkan peningkatan risiko cedera.

Karena itu, dengan mengetahui cedera apa saja yang bisa terjadi pada usia 40-an bisa membantumu mencegahnya. 

1. Nyeri punggung bawah

pixabay.com/Tumisu

Berdasarkan data dari American Chiropractic Association, sebanyak 31 juta orang Amerika Serikat (AS) mengalami nyeri punggung bawah pada waktu tertentu. Ini wajar dialami pada usia 40-an.

Melansir Prevention, Rachel Straub, seorang ahli fisiologi olahraga dan rekan penulis buku Weight Training Without Injury asal AS, mengatakan bahwa pertambahan usia meningkatkan kemungkinan terjadinya sakit punggung bawah.

"Sayangnya, begitu banyak orang yang melukai punggung bagian bawah saat olahraga karena terlalu menjulurkan atau melengkungkan punggung, yang mana ini umum terjadi pada olahraga seperti push-up, mengayunkan kettle bell, atau saat melakukan pose yoga tertentu," Rachel menjelaskan.

"Solusinya adalah dengan meningkatkan kekuatan inti, yang mana ini dapat membantu menjaga tulang belakang pada posisi netral selama berolahraga," lanjutnya.

Jangan sampai menjadikan kerentanan terhadap sakit punggung bagian bawah membuatmu enggan berolahraga. Pasalnya, gaya hidup sedenter alias malas bergerak juga tak baik untuk bagian tubuh tersebut.

"Seiring berjalannya waktu, kebiasaan terlalu lama duduk bisa merusak otot perut dan gluteal, yang akan menyebabkan tekanan berlebih pada tulang belakang, yang pada akhirnya menyebabkan nyeri," ujar Alice Holland, terapis fisik asal AS yang juga merupakan direktur Stride Strong Physical Therapy.

Baca Juga: 5 Penyebab Cedera Olahraga yang Kadang Tidak Kamu Sadari

2. Sakit lutut

freepik.com/rawpixel.com

Sakit lutut bukan hal mengejutkan bila kamu sudah bertahun-tahun lari, ski, atau bersepeda. Namun, ini juga bisa terjadi bila kamu baru mulai berolahraga.

"Ini terutama berlaku untuk orang yang sudah lama tidak aktif (secara fisik) dan kemudian mencoba untuk menurunkan berat badan dengan melakukan latihan intensitas tinggi," kata Alice. 

"Untuk mencegah nyeri lutut pada usia di atas 40 tahun, rekomendasi saya adalah fokus pada pengondisian dan penguatan latihan yang dilakukan secara perlahan," lanjutnya.

Barbara Bergin, MD, seorang ahli bedah ortopedi di Texas, AS, menambahkan bahwa lutut sangat rentan terhadap cedera seiring usia bertambah. Ini karena meniskus (struktur penting di lutut yang menyediakan stabilitas dan juga berfungsi sebagai “peredam kejut” terhadap lutut) yang lebih tua lebih berisiko mengalami robek.

"Squats, deep knee bend (berdiri ke jongkok), lunges berpotensi menyebabkan sakit lutut yang menyakitkan karena meningkatnya tekanan di area tersebut," kata Barbara. "Perempuan lebih rentan terhadap kondisi ini karena fisiologi lutut dan pinggul," katanya lagi.

3. Cedera rotator cuff dan tendon bisep

freepik.com/shayne_ch13

Melansir laporan dalam Jurnal Sinaps tahun 2018, rotator cuff adalah kelompok otot yang berfungsi memelihara stabilitas aktif sendi glenohumeralis yang sekaligus sebagai penggerak sendi. Sakit pada rotator cuff dapat disebabkan oleh trauma, infeksi, metabolisme, neoplasma, atau kongenital.

Cedera rotator cuff bisa menyebabkan nyeri bahu. Nyeri bahu adalah gangguan muskuloskeletal ketiga yang paling umum. Perkiraan dari semua gangguan bahu adalah 10 per 1.000 penduduk, dengan kejadian puncak 25 per 1.000 penduduk usia 42-46 tahun.

Di antara usia 60 tahun atau lebih, 21 persen ditemukan memiliki sindrom bahu, sebagian besar yang disebabkan rotator cuff. Namun demikian, kejadian yang sebenarnya sindrom rotator cuff tidak pasti mengingat sekitar 34 persen dari populasi mungkin memiliki rotator cuff yang robek tapi tidak ada rasa sakit.

Menurut keterangan di laman Coastal Orthopedics, rotator cuff adalah bagian dari sendi bahu yang memungkinkan kamu untuk memutar dan mengangkat lengan. Seiring pertambahan usia, keausan normal pada sendi bahu melemahkan bahu dominan, khususnya pada orang-orang yang sering melakukan tugas yang memerlukan gerakan di atas kepala (misalnya mengayunkan palu, mengecat, memanjat, atau melempar).

Kamu juga bisa mengalami robekan pada rotator cuff akibat cedera akut, misalnya terjatuh. Sekitar 2 juta orang per tahunnya mengalami cedera ini.

Cedera tendon bisep juga umum dialami pada orang-orang usia paruh baya, yang mana sering dialami akibat mengangkat beban terlalu berat.

Menurut keterangan dari American Academy of Orthopaedic Surgeons, tendon bisep menyambungkan otot ke tulang. Tendon bisep menempelkan otot bisep ke tulang bahu dan siku. Bila tendon bisep robek, kamu mungkin akan kehilangan sejumlah kekuatan di lengan dan merasa sakit saat kamu memaksa memutar lengan dari telapak tangan ke atas dan ke bawah.

Faktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko cedera tendon bisep adalah pertambahan usia, terlalu sering mengangkat beban berat, penggunaan bahu secara berlebihan (misalnya tenis atau renang), merokok (nikotin bisa memengaruhi nutrisi pada tendon), dan efek pengobatan kortikosteroid.

4. Tennis elbow

freepik.com/Racool_studio

Menurut keterangan dalam Jurnal Keperawatan & Fisioterapi tahun 2018, nyeri siku adalah salah satu kondisi muskoskeletal yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan bisa mengganggu aktivitas.

Gangguan nyeri siku ini bermacam-macam. Nah, tennis elbow adalah penyakit degenerasi tendon yang paling sering mengenai siku. Kelainan ini menyebabkan nyeri pada sisi lateral siku, khususnya pada epicondylus lateralis dan otot ekstensor pergelangan tangan.

Kelainan ini terutama terjadi pada petenis atau mereka yang sehari-harinya sering menggunakan lengan bawah pada posisi pronasi secara berulang, seperti ibu rumah tangga, tukang, penata rambut atau orang yang bekerja di salon, montir, pemahat, dan lain-lain yang sering menggunakan pergelangan tangan secara berulang dalam posisi menekuk pergelangan tangan.

Tennis elbow juga bisa diakibatkan oleh aktivitas seperti merajut, memakai mouse, mengetik, berkebun, memainkan alat musik, atau penggunaan palu atau obeng secara berulang.

Tennis elbow disebabkan oleh pembebanan yang berlebihan pada otot-otot ekstensor wrist serta suatu trauma langsung. Penyakit ini ditandai dengan adanya keluhan rasa sakit di siku bagian lateral epicondylus lateralis. Nyeri akan bertambah setelah beraktivitas, terutama pada gerakan dorso fleksi sendi pergelangan tangan, terasa kaku dan nyeri jika sendi siku diluruskan pada pagi hari (Suharto, 2000).

Baca Juga: Penting! Lakukan 7 Latihan Penguatan Kaki ini untuk Mencegah Cedera

Verified Writer

Rizky Kusumo

Sedang menjajaki karir sebagai penulis

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya