TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

5 Mitos seputar Garam yang Perlu Kamu Ketahui Kebenarannya

Jangan asal percaya karena bisa menyesatkan

Garam (IDN Times/Nurulia R. Fitri)

Garam adalah salah satu bumbu masakan atau penyedap yang umum digunakan di dapur. Memberi rasa asin, makanan yang tanpa garam rasanya hambar dan jadi bikin kamu tak nafsu makan, bukan?

Meski demikian, garam yang dikonsumsi berlebihan bisa memicu tekanan darah tinggi atau hipertensi serta berbagai masalah lainnya. Selain itu, di masyarakat banyak mitos yang beredar seputar garam yang berhubungan dengan kesehatan, yang kebenarannya tak jelas. Apa saja mitos tersebut?

1. Jika ingin sehat, jangan mengonsumsi garam

pexels.com/LorenaMartinez

Memang, tak sedikit orang yang menghindari penggunaan garam. Namun, apakah garam seberbahaya itu apalagi bila ditambahkan ke dalam masakan? Tentunya ini tidak benar.

Mitos tersebut ditepis oleh American Heart Association (AHA). Dikatakan bahwa garam merupakan nutrisi esensial yang diperlukan untuk mengatur tekanan darah. Selain itu, garam juga berperan agar otot dan saraf dapat berfungsi dengan baik.

Jadi, jangan takut untuk mengonsumsi garam. Meski begitu, konsumsinya memang perlu dibatasi karena garam akan berfungsi dengan dalam jumlah yang tepat. Menurut Permenkes Nomor 30 Tahun 2013, anjuran konsumsi garam adalah 2.000 mg natrium per orang per hari, atau setara dengan 1 sendok teh garam per orang per hari, atau 5 gram per orang per hari.

Baca Juga: Kebanyakan Mengonsumsi Garam Bisa Membahayakan 7 Organ Tubuh Ini

2. Garam yang sedang hits di masyarakat, sea salt, memiliki kadar natrium yang lebih rendah

Sea salt (IDN Times/Nurulia R. Fitri)

Sea salt atau garam laut bisa ditemukan dengan mudah di swalayan dan populer di kalangan masyarakat. Banyak yang menganggap bahwa sea salt memilki kadar natrium yang lebih rendah daripada garam dapur biasa, sehingga lebih menyehatkan untuk dikonsumsi sehari-hari. Faktanya?

Menurut keterangan dari AHA, sea salt memilki kadar natrium yang serupa dengan garam dapur biasanya, yaitu sebesar 40 persen dari beratnya.

Garam laut diperoleh langsung melalui penguapan air laut. Biasanya tidak diproses, atau mengalami pemrosesan minimal, dan oleh karena itu mempertahankan tingkat jejak mineral seperti magnesium, kalium, kalsium, dan nutrisi lainnya.

Sebaliknya, garam meja ditambang dari endapan garam dan kemudian diolah untuk memberikan tekstur yang halus, sehingga lebih mudah untuk dicampur dan digunakan dalam resep. Pengolahan ini menghilangkan garam meja dari mineral apa pun, dan aditif dapat digunakan untuk mencegah penggumpalan.

3. Dengan tidak menambahkan garam ke makanan, tentunya asupan natrium jadi terbatas

freepik.com/freepik

Mungkin kamu menganggap kalau tidak menambahkan atau membubuhkan garam ke masakan atau makanan, artinya tidak ada pula natrium yang masuk ke dalam tubuh. Lagi-lagi, ini adalah mitos yang tak terbukti.

Natrium sering kali hanya dikaitkan dengan garam. Namun, ternyata banyak makanan lain yang diam-diam mengandung garam yang sangat tinggi. Di antaranya adalah makanan yang mengalami pemrosesan seperti makanan kalengan, yang bisa mengandung natrium sebanyak 75 persen. Itulah sebabnya kamu sangat disarankan untuk membaca kandungan nutrisi dalam kemasan produk makanan yang akan kamu beli.

4. Makanan yang rendah kadar natriumnya rasanya tidak enak

freepik.com/rawpixel.com

Natrium yang terkandung dalam garam sering dikaitkan dengan kunci kenikmatan pada masakan. Ini membuat beberapa orang sulit membatasi konsumsi garam karena takut makanan jadi tidak dan jadi tidak selera makan. Anggapan ini perlu diperbaiki.

Meskipun garam adalah "jalan pintas" untuk memberi rasa pada makanan, khususnya asin dan gurih, tetapi garam bukanlah satu-satunya penyedap masakan. Menambah kelezatan masakan bisa dengan mengandalkan berbagai rempah, misalnya jeruk nipis, lada, kayu manis, rosemary, thyme, bunga lawang, cengkih, kemiri, bawang putih, kapulaga, ketumbar, dan masih banyak lagi.

5. Orang yang tidak memiliki hipertensi tak perlu membatasi konsumsi garam

pixabay.com/PublicDomainPictures

Orang-orang dengan hipertensi tentu sudah tahu bahwa asupan garam harus dibatasi. Namun, bagaimana dengan orang-orang yang tekanan darahnya normal? Bolehkan konsumsi garam sesukanya?

Jawabannya tentu tidak.

Meski punya tekanan darah normal, tetapi membatasi konsumsi garam dalam batas aman sejak dini bermanfaat untuk mencegah hipertensi yang risikonya bertambah seiring bertambahnya usia.

Melansir Harvard Health Publishing, bila kamu makan terlalu banyak garam, tubuh akan menahan air untuk mengencerkannya. Air ekstra ini akan meningkatkan volume darah, yang berarti jantung akan bekerja lebih keras karena mendorong lebih banyak cairan lewat pembuluh darah.

Pemompaan yang lebih berat oleh jantung memberi kekuatan lebih pada pembuluh darah. Seiring waktu, peningkatan kekuatan ini dapat meningkatkan tekanan darah dan merusak pembuluh darah, membuatnya lebih kaku, yang mana ini meningkatkan risiko stroke, serangan jantung, dan gagal jantung.

Baca Juga: Gak Kalah Nikmat, 16 Bahan Pengganti Garam yang Baik untuk Kesehatan

Writer

Sheila Adiwinata

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya