TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA
Gabung di IDN Times

7 Hal yang Wajib Diperhatikan Sebelum Minum Obat Herbal

Jangan asal beli dan pakai obat herbal, ya!

ilustrasi obat herbal (pixabay.com/vivi14216)

Sejak pandemik COVID-19, banyak orang berupaya untuk menjaga daya tahan tubuhnya tetap optimal. Selain dengan gaya hidup sehat dan konsumsi suplemen, beberapa orang juga mengonsumsi bahan atau obat herbal.

Tak cuma itu, penjualan bahan herbal pun marak baik secara offline maupun online. Namun, sebelum kamu mulai mengonsumsi obat herbal, ada beberapa hal wajib untuk diperhatikan. Apa saja? Yuk, simak bersama ulasannya!

1. Jangan mendiagnosis diri sendiri

ilustrasi suplemen dan obat herbal (pexels.com/Nataliya Vaitkevich)

Dilansir Better Health Channel, hindari mendiagnosis diri sendiri dengan kondisi medis tertentu. Karena pada dasarnya, semua jenis obat, baik itu obat kimia maupun herbal, harus dikonsumsi berdasarkan indikasi dan pengawasan dokter sesuai dengan diagnosis dan kondisi pasien.

Minum obat-obatan tanpa pengawasan malah bisa memberikan dampak buruk bagi kesehatan.

Baca Juga: 11 Manfaat Habbatussauda, Jintan Hitam Penyembuh Penyakit

2. Perhatikan kondisi tubuh sebelum mengonsumsi obat herbal

ilustrasi konsumsi obat (pexels.com/@jeshoots)

Banyak orang-orang mengira bahwa obat-obatan herbal tidak akan memberikan efek samping karena menganggapnya terbuat dari bahan alami. Padahal, efek samping juga bisa terjadi, dari ringan hingga parah, seperti:

  • Reaksi alergi dan ruam
  • Asma
  • Sakit kepala
  • Mual
  • Muntah
  • Diare

Seperti obat resep lainnya, obat herbal harus selalu diresepkan oleh praktisi kesehatan yang tersertifikasi dan terdaftar.

3. Obat-obatan herbal juga dapat berinteraksi dengan obat-obatan lainnya

ilustrasi obat-obatan herbal (pexels.com/@pietrozj)

Obat maupun suplemen herbal mungkin dapat berinteraksi secara negatif dengan obat-obatan bebas maupun obat resep dokter yang sedang dikonsumsi.

Konsumsi suplemen herbal mungkin bisa menurunkan efektivitas terapi obat yang sedang dijalani, atau meningkatkan risiko efek samping negatif. Sebagai contoh, suplemen St. John's wort kebanyakan menurunkan efektivitas obat lainnya, tetapi meningkatkan efek dari obat antidepresan.

Jika ingin mengonsumsi obat herbal tertentu, paling amannya memang konsultasikan dulu ke dokter, khususnya mengenai potensi efek samping dan interaksi dengan obat-obatan lainnya yang sedang dikonsumsi.

4. Membeli obat dari sumber yang tepercaya

ilustrasi tangan apoteker (pexels.com/@alena-shekhovtcova)

Ingat, tidak semua obat herbal yang dijual itu aman. Maka dari itu, selalu beli dari sumber yang menyediakan produk, toko obat, produsen, atau pemasok terkemuka dan tepercaya.

Selain itu, berhati-hatilah dalam membeli produk di marketplace. Obat impor mungkin tidak diproduksi dengan kualitas dan standar yang sama. Dalam beberapa kasus, beberapa produk yang dibeli online bisa mengandung timbal, merkuri, atau arsenik yang dapat membahayakan kesehatan. Bila ingin membeli produk obat herbal tertentu, konsultasikan dengan apoteker atau dokter.

5. Tidak ada jaminan efektivitas

ilustrasi obat herbal (pexels.com/freestocks.org)

Menurut keterangan dari National Health Service, bukti-bukti mengenai efektivitas obat-obatan herbal pada umumnya sangat terbatas.

Walaupun beberapa orang mengklaim obat herbal tertentu aman, tetapi dalam banyak kasus penggunaannya cenderung didasarkan pada penggunaan tradisional daripada penelitian ilmiah.

6. Tips aman mengonsumsi obat-obatan herbal

ilustrasi dokter (pexels.com/@gustavo-fring)

Mengutip Mayo Clinic, ada beberapa tips bila kamu ingin mengonsumsi  obat herbal.

Pertama, konsumsilah sesuai instruksi kemasan dan konsultasikan dengan dokter terlebih dulu. Kedua, cek bahan-bahan yang digunakan. Kemudian, pastikan obat tersebut memiliki izin edar dan pemakaian yang jelas, misalnya dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).

Tak lupa, selalu cek obat herbal atau bahan-bahan pembuatnya dengan membaca sumber tepercaya, misalnya dari laporan dalam jurnal kesehatan.

Sebagai informasi, menurut keterangan di laman resmi BPOM, obat tradisional dibagi menjadi:

  • Jamu: Klaim khasiat dibuktikan berdasarkan data empiris.
  • Obat herbal terstandar: Klaim khasiat dibuktikan secara ilmiah atau praklinik dan telah dilakukan standardisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam produk jadi.
  • Fitofarmaka: Klaim khasiat harus dibuktikan berdasarkan uji klinik dan telah dilakukan standardisasi terhadap bahan baku yang digunakan dalam produk jadi.

Selain itu, obat tradisional dilarang beredar jika mengandung:

  • Etil alkohol lebih dari 1 persen, kecuali dalam bentuk sediaan tingtur yang pemakaian dalam pengenceran.
  • Bahan kimia obat yang merupakan hasil isolasi atau sintetik berkhasiat obat.
  • Narkotika dan psikotropika.
  • Bahan lain yang berdasarkan pertimbangan kesehatan dan atau berdasarkan penelitian membahayakan kesehatan.

Obat tradisional dilarang dibuat atau beredar dalam bentuk sediaan:

  • Intravaginal.
  • Tetes mata.
  • Perenteral (metode pemberian nutrisi, obat, atau cairan melalui pembuluh darah).
  • Supositorial, kecuali digunakan untuk wasir.

Baca Juga: 7 Bahan Herbal Penguat Sistem Imun di Tengah Pandemik, Gak Mudah Sakit

Rekomendasi Artikel

Berita Terkini Lainnya