Seperti dijelaskan sebelumnya, seks dan orgasme memang bisa memicu menstruasi. Namun, jika dilakukan saat haid hampir tiba. Hal tersebut dapat dikaitkan dengan keseluruhan siklus menstruasi.
Selama fase folikular, ovarium melepaskan sel telur ke dalam tuba falopi untuk meningkatkan potensi pembuahan oleh sperma. Durasi fase folikular ini bisa berubah pada setiap periode haid karena waktu yang dibutuhkan untuk mematangkan sel telur di tuba falopi beragam.
Setelahnya, tubuh akan memasuki fase luteal atau ketika sel telur dilepaskan dan tubuh memproduksi progesteron. Akan tetapi, progesteron akan mulai berhenti diproduksi ketika tubuh menyadari sel telur tidak dibuahi. Kondisi tersebut dapat menyebabkan kram dan gejala PMS lain sebelum diikuti pendarahan.
Lebih jelasnya, bercinta di fase folikular tidak akan mempercepat datangnya menstruasi. Pasalnya, belum terjadi proses penebalan dinding rahim. Aktivitas seks pun tidak akan memengaruhi durasi fase tersebut.
Sementara itu, jika bercinta dilakukan pada akhir fase luteal mendekati fase menstruasi, hal itu mungkin menyebabkan kerusakan lapisan rahim. Alhasil, menstruasi dapat terjadi lebih cepat dari jadwal seharusnya. Namun, perubahan waktunya sebetulnya juga tidak terlalu lama.
Keseluruhan siklus menstruasi dipengaruhi oleh hormon yang diproduksi oleh tubuh. Oleh karenanya, aktivitas seks tidak akan mempercepat ataupun memperlambat fase menstruasi. Kalaupun menstruasi akhirnya datang lebih cepat setelah bercinta, bisa jadi itu karena fase folikular lebih pendek atau justru lebih panjang.