Phlebitis: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatan
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Phlebitis, atau disebut juga thrombophlebitis, adalah inflamasi atau peradangan yang terjadi pada pembuluh darah vena. Phlebitis biasanya terjadi pada pembuluh vena di sekitar kaki, tetapi tidak jarang juga phlebitis terjadi di pembuluh vena di bagian tubuh yang lain.
Berdasarkan jurnal Mandal (2019), phlebitis lebih sering terjadi pada pasien yang menjalani prosedur invasif seperti kateterisasi vena. Penggunaan ukuran cateter yang tidak sesuai seringkali menyebabkan trauma pada pembuluh darah dan memicu terjadinya peradangan.
1. Jenis
Berdasarkan lokasi vena yang mengalami peradangan, phlebitis terbagi menjadi dua jenis, yaitu:
- Phlebitis superfisial, mengacu pada peradangan vena-vena superfisial atau dekat dengan permukaan kulit. Biasanya disebabkan oleh penggumpalan darah atau iritasi vena akibat kateterisasi intravena. Kondisi ini umumnya cepat mereda dan bukan kondisi yang berbahaya, tetapi terkadang dapat menyebabkan infeksi kulit di sekitarnya serta infeksi aliran darah.
- Thrombophlebitis vena dalam (DVT), mengacu peradangan pada vena yang lebih dalam dari permukaan kulit, biasanya terjadi di bagian kaki. Phlebitis jenis ini lebih sering disebabkan oleh penggumpalan darah pada vena. Gumpalan darah yang pecah dapat mengalir dalam aliran darah dan mencapai paru-paru, menyebabkan emboli paru yang merupakan kondisi serius yang dapat berujung pada kematian.
2. Penyebab
Penyebab phlebitis yang paling umum adalah cedera atau iritasi pada lapisan pembuluh darah atau adanya gumpalan darah di dalam vena. Dalam kasus phlebitis superfisial, biasanya disebabkan oleh:
- Trauma akibat pemasangan infus
- Pemberian obat yang mengiritasi pembuluh darah
- Gumpalan kecil dan infeksi
- Cedera jaringan lunak
Penyebab flebitis vena dalam dapat berupa:
- Iritasi atau cedera akibat trauma fisik, seperti operasi, patah tulang, atau cedera serius yang menghambat aliran darah karena kurangnya gerakan tubuh. Hal ini dapat terjadi saat seseorang beristirahat di tempat tidur atau duduk dalam posisi yang sama untuk jangka waktu yang lama.
- Kondisi yang membuat darah lebih cenderung menggumpal, seperti penggunaan obat-obatan tertentu, kanker, kelainan jaringan ikat, atau kelainan genetik pembekuan darah.
Baca Juga: 5 Manfaat Bunga Asoka, Mampu Atasi Hipertensi Hingga Pembengkakan
3. Gejala
Seseorang yang mengalami phlebitis seringkali mengalami gejala-gejala yang berbeda sesuai pada lokasi peradangan.
Editor’s picks
Gejala phlebitis superficial meliputi:
- Kulit kemerahan
- Pembengkakan
- Nyeri saat ditekan
- Kulit terasa hangat sangat disentuh
- Muncul garis merah pada kulit di sepanjang vena
Gejala phlebitis vena dalam meliputi:
- Timbul rasa nyeri
- Pembengkakan
- Kulit terasa hangat sangat disentuh
- Perubahan warna kulit
Namun, menurut laman Healthline, hanya sekitar separuh dari penderita phlebitis vena dalam yang mengalami gejala-gejala tersebut. Oleh karena itu, banyak pasien DVT yang tidak terdiagnosis hingga terjadi komplikasi serius, seperti emboli paru. Gejala emboli paru sendiri meliputi:
- Sesak napas
- Nyeri dada
- Batuk darah
- Pernapasan cepat
- Pusing atau pingsan
- Detak jantung cepat
4. Diagnosis
Biasanya, dokter dapat mendiagnosis phlebitis pada pasien melalui gejala yang terlihat dan pemeriksaan fisik. Akan tetapi, bila penyebab phlebitis adalah gumpalan darah, maka diperlukan pemeriksaan penunjang, yaitu:
- Tes darah D-dimer, untuk mengukur kadar D-dimer, suatu zat yang dilepaskan saat proses pembekuan darah terjadi.
- Ultrasonografi (USG), untuk mendeteksi sumbatan atau gumpalan darah di vena dalam.
- Venografi, prosedur invasif yang melibatkan penyuntikan zat pewarna kontras ke dalam pembuluh darah vena di kaki, kemudian sinar-X diambil untuk melacak pergerakan bahan kontras tersebut dari kaki ke atas tubuh.
5. Pengobatan
Melansir dari laman WebMD, perawatan untuk pasien dengan phlebitis dapat dilakukan baik dengan perawatan mandiri di rumah maupun perawatan medis di rumah sakit, tergantung pada tingkat keparahan gejalanya. Jika gejala yang dialami relatif ringan atau hanya mengalami phlebitis superfisial, perawatan mandiri dapat dilakukan dengan melakukan kompres hangat pada area yang nyeri dan mengonsumsi obat antiinflamasi seperti ibuprofen dan aspirin untuk meredakan nyeri dan peradangan.
Namun, jika kondisi yang dialami semakin berat, maka perawatan medis sangat disarankan. Perawatan medis melibatkan penatalaksanaan tambahan seperti elevasi lengan/kaki dan pemberian kompres hangat. Biasanya, hanya beberapa kasus saja yang membutuhkan pemberian antibiotik.
Selain itu, jika sebelumnya sempat memiliki riwayat trombophlebitis vena dalam atau jika phlebitis telah menyebar ke vena dalam, pasien perlu diberikan obat pengencer darah (antikoagulan). Durasi pengobatan antikoagulan bervariasi antara 3-6 bulan atau 3-12 bulan jika baru pertama kali mengalami DVT.
Itulah tadi beberapa informasi seputar phlebitis. Apabila kamu mengalami gejala-gejala yang mengarah pada kondisi di atas, segera konsultasikan ke dokter. Pengobatan yang tepat dan sesuai lebih dini dapat menghindarkan diri dari komplikasi serius phlebitis.
Baca Juga: Awas! Keseringan Pakai High Heels Bisa Sebabkan Varises
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.