Imbauan Kemenkes terkait Gagal Ginjal Akut Anak

Sudah ada 206 kasus dengan tingkat kematian 48 persen

Kasus gangguan ginjal akut misterius pada anak-anak di Indonesia membuat sebagian orang tua menjadi khawatir. Pasalnya, kasus tersebut masih belum diketahui penyebab pastinya.

Pada saat yang bersamaan juga terjadi kasus gangguan ginjal akut pada anak di Gambia diduga terkait dengan obat sirop yang terkontaminasi. 

Menanggapi hal tersebut, Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) memberikan imbauan terkait gagal ginjal akut pada anak.

1. Peningkatan kasus gangguan ginjal akut pada anak

Imbauan Kemenkes terkait Gagal Ginjal Akut Anakilustrasi anak-anak sakit (freepik.com/lifeforstock)

Sejak akhir bulan Agustus 2022, Kemenkes  dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mendapat laporan adanya peningkatan kasus gagal ginjal akut yang tajam pada anak, terutama pada balita. Sampai saat ini, penyebabnya masih belum diketahui dan masih perlu ditelusuri lebih lanjut.

Juru bicara Kemenkes, dr. Mohammad Syahril, SpP, MPH, menjelaskan bahwa hingga 18 Oktober 2022, kasus gagal ginjal akut pada anak sudah mencapai 206 dari 20 provinsi di Indonesia.

Dari jumlah tersebut, sebanyak 99 anak meninggal dunia atau dengan angka kematian sebesar 48 persen. Sementara itu, angka kematian di Rumah Sakit Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) sebagai rumah sakit rujukan nasional ginjal hingga 65 persen. Kemenkes dan IDAI membentuk tim untuk menelusuri kasus lebih lanjut.

2. Tidak ada bukti gagal ginjal akut dengan vaksin COVID-19 maupun infeksi COVID-19

Imbauan Kemenkes terkait Gagal Ginjal Akut Anakilustrasi ginjal (unsplash.com/Robina Weermeijer)

Menurut dr. Syahril dalam Press Conference: Perkembangan Acute Kidney Injury di Indonesia yang disiarkan pada kanal YouTube Kemenkes, dari hasil pemeriksaan tidak ada bukti hubungan antara gangguan ginjal akut dengan vaksinasi COVID-19 maupun infeksi COVID-19.

Sebab, kasus gangguan ginjal akut pada umumnya menyerang anak dengan usia kurang dari 6 tahun, sementara program vaksinasi COVID-19 yang berjalan belum menyasar anak usia 1 sampai 5 tahun.

Kemenkes bersama BPOM, ahli epidemiologi, IDAI, ahli farmakologi, dan pusat laboratorium forensik melakukan pemeriksaan laboratorium untuk memastikan penyebab pasti dan faktor risiko gangguan ginjal akut.

Dokter Syahril melanjutkan, dalam pemeriksaan sisa sampel obat yang dikonsumsi pasien, sementara ini ditemukan jejak senyawa yang berpotensi menyebabkan gangguan ginjal akut. Saat ini, Kemenkes dan BPOM masih meneliti termasuk kemungkinan faktor risiko lainnya.

Baca Juga: Mengapa Etilen Glikol Menyebabkan Gagal Ginjal Akut?

3. Imbauan Kemenkes

Imbauan Kemenkes terkait Gagal Ginjal Akut Anakilustrasi berkonsultasi dengan dokter (freepik.com/pressfoto)

Sebagai langkah meningkatkan kewaspadaan, Kemenkes meminta semua tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan untuk sementara tidak meresepkan obat dalam bentuk sediaan sirop atau cair sampai hasil penelitian tuntas.

Selain itu, Kemenkes juga meminta semua apotek untuk sementara tidak menjual obat bebas dan/atau obat bebas terbatas dalam bentuk cair atau sirop, sampai hasil penelitian yang dilakukan Kemenkes dan BPOM selesai.

Kemenkes juga mengimbau kepada seluruh masyarakat untuk pengobatan anak sementara tidak mengonsumsi obat dalam bentuk cair atau sirop tanpa berkonsultasi dengan tenaga kesehatan.

Sebagai alternatif, orang tua dapat menggunakan bentuk sediaan lain yang tersedia, misalnya kapsul, tablet, supositoria, atau lainnya.

4. Orang tua yang memiliki balita perlu lebih waspada

Imbauan Kemenkes terkait Gagal Ginjal Akut Anakilustrasi anak-anak (pexels.com/Gustavo Fring)

Dokter Syahril mengharapkan kepada orang tua yang memiliki anak dengan usia kurang dari 18 tahun, terutama balita, perlu mewaspadai apabila terjadi penurunan jumlah maupun frekuensi buang air kecil, baik itu dengan atau tanpa demam, diare, batuk, pilek, mual, dan muntah.

Apabila jumlah atau frekuensi buang air kecil anak turun, maka disarankan untuk segera ke fasilitas kesehatan.

Selain itu, keluarga pasien juga diminta membawa atau menginformasikan obat yang diminum oleh pasien sebelumnya. Apabila ke dokter atau rumah sakit, obat yang diminum sebelumnya dibawa untuk menginformasikan riwayat pengobatan kepada tenaga kesehatan.

5. Kemenkes telah memiliki antidotum

Imbauan Kemenkes terkait Gagal Ginjal Akut Anakilustrasi pemeriksaan anak oleh dokter (pexels.com/CDC)

Sebagai upaya menurunkan angka fatalitas gangguan ginjal akut, Kemenkes melalui RSCM telah membeli antidotum yang didatangkan langsung dari luar negeri. Antidotum tersebut diberikan kepada pasien yang masih dirawat di RSCM maupun rumah sakit lainnya di Indonesia.

Selain itu, Kemenkes telah menerbitkan dua surat edaran terkait kasus gagal ginjal akut anak.

Pertama yaitu Keputusan Dirjen Pelayanan Kesehatan tentang Tatalaksana dan Manajemen Klinis Acute Kidney Injury (AKI) pada anak yang ditujukan kepada seluruh dinas kesehatan dan fasilitas pelayanan kesehatan.

Kedua adalah surat edaran kewajiban penyelidikan epidemiologi dan pelaporan kasus gangguan ginjal akut yang ditujukan kepada seluruh dinas kesehatan, fasilitas pelayanan kesehatan, dan organisasi profesi kesehatan.

Hingga saat ini, penyebab pasti gagal ginjal akut pada anak yang sedang merebak masih belum diketahui. Sebagai langkah antisipasi, Kemenkes mengimbau untuk pengobatan anak sementara tidak mengonsumsi obat dalam bentuk cair atau sirop tanpa berkonsultasi dengan tenaga kesehatan. Alternatifnya yaitu bentuk sediaan lain, misalnya kapsul, tablet, supositoria, atau lainnya.

Baca Juga: Waspadai Gangguan Ginjal Akut, Hindari Obat Cair atau Sirup

Dewi Purwati Photo Verified Writer Dewi Purwati

Health enthusiast

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya