5 Mitos tentang Pemberian ASI yang Masih Dipercaya

Apa benar, busui minum es menyebabkan bayi pilek?

Mitos tentang pemberian air susu ibu (ASI) masih banyak beredar di masyarakat. Padahal, menyusui menjadi momen yang berharga bagi ibu dan bayi. Ada berbagai manfaat memberikan ASI, baik bagi bayi maupun ibu menyusui (busui). ASI berfungsi sebagai antibodi bagi bayi.

WHO merekomendasikan melakukan inisiasi menyusu dini, pemberikan ASI eksklusif sampai 6 bulan, kemudian dilanjutkan pemberian makanan pendamping ASI dengan tetap meneruskan pemberian ASI sampai 2 tahun atau lebih. 

Namun, ada berbagai mitos tentang pemberian ASI yang masih banyak beredar luas. Beberapa mitos bahkan mengakibatkan bayi tidak mendapatkan ASI secara optimal. Sebagian mitos tersebut juga tidak ada bukti ilmiah yang mendukung namun masih dipercaya oleh sebagian orang. Berikut penjelasan lima mitos tentang pemberian ASI yang masih dipercaya. 

1. Busui makan pedas menyebabkan bayi diare

5 Mitos tentang Pemberian ASI yang Masih Dipercayailustrasi makanan pedas (unsplash.com/emy)

Sebagian orang menganggap makanan pedas adalah pantangan bagi busui. Sebab, makanan pedas dianggap dapat menyebabkan diare pada bayi. Pada penelitian The College of Family Physicians of Canada menemukan bahwa mayoritas orang tua yang menyusui percaya bahwa makanan tertantu yang dikonsumsi busui dapat menyebabkan bayi mereka yang menangis dan rewel. Maka dari itu, kebanyakan dari busui menghindari makanan tertentu, mengutip laman Verywell Family.

Namun, para peneliti tersebut hanya menemukan sedikit bukti bahwa makanan tertentu akan memengaruhi bayi. Makanan yang memang dapat memengaruhi ketika busui mengonsumsinya yaitu susu sapi karena sebagian bayi memiliki alergi susu sapi.

Healthline menerangkan bahwa tidak ada bukti yang menjelaskan bahwa makanan pedas harus dihindari bagi busui. Tidak ada bukti yang menunjukkan bahwa makanan pedas yang dikonsumsi busui akan berdampak buruk bagi kesehatan bayi mereka. Maka dari itu, busui tetap boleh mengonsumsi makanan bercita rasa pedas.

2. ASI yang keluar pertama kali harus dibuang

5 Mitos tentang Pemberian ASI yang Masih Dipercayailustrasi bayi baru lahir (unsplash.com/Hollie Santos)

Sebagian orang percaya bahwa ASI yang keluar pertama kali pasca melahirkan harus dibuang. Mereka berpendapat bahwa ASI tersebut berwarna kuning sehingga tampak kotor dan perlu dibuang. Padahal, anggapan tersebut tidak benar.

American Pregnancy Association menjelaskan bahwa ASI yang keluar pertama kali setelah melahirkan adalah kolostrum. Kolostrum sendiri sudah diproduksi sejak masa kehamilan dan terus dihasilkan beberapa hari setelah melahirkan. Kolostrum akan tampak kental, lengket, dan berwarna kekuningan, putih, atau bening. Meskipun berwarna kekuningan, warna tersebut adalah normal.

Jumlah kolostrum mungkin memang hanya sedikit, tetapi kolostrum kaya akan nutrisi dan antobodi bagi bayi baru lahir. Bahkan, kolostrum juga kerap disebut sebagai liquid gold karena mengandung semua yang dibutuhkan bayi pada beberapa hari pertama kehidupannya, mengutip laman Verywell Family.

Baca Juga: 5 Manfaat Pemberian ASI pada Ibu dan Bayi, Bisa Mencegah Kanker

3. Busui tidak boleh memberikan ASI jika sedang sakit

5 Mitos tentang Pemberian ASI yang Masih Dipercayailustrasi sakit (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Beberapa orang menganggap bahwa busui yang sedang sakit tidak boleh memberikan ASI. Mereka beralasan bahwa busui bisa menularkan sakitnya apabila memberikan ASI pada bayi mereka. 

Dilansir UNICEF, tidak semua sakit yang diderita ibu lantas ibu dilarang memberikan ASI. Pada umumnya, busui dapat melanjutkan memberikan ASI meskipun sedang sakit. Dilansir Verywell Family, kebanyakan penyakit ringan yang dialami dapat tetap meneruskan memberikan ASI. Beberapa penyakit yang umum terjadi dan aman untuk tetap memberikan ASI diantaranya batuk, selesma, flu, diare, demam, nyeri tenggorokan, muntah, dan beberapa penyakit ringan lainnya.

Dilansir Healthline, justru ASI mengandung zat yang penting bagi bayi. Sebab, ASI mengandung antibodi yang dihasilkan oleh ibu dan dapat diteruskan ke ASI sehingga memberikan pertahanan tubuh pada bayi. Pastikan mendapatkan pengobatan yang tepat dan tidak kontraindikasi bagi busui, mengonsumsi makanan bergizi, mencukupi kebutuhan cairan, istirahat yang cukup, usahakan tidak batuk atau bersin langsung di depan bayi, dan sering mencuci tangan.

4. Busui minum es menyebabkan bayi pilek

5 Mitos tentang Pemberian ASI yang Masih Dipercayailustrasi minuman dingin (unsplash.com/frank mckenna)

Minuman dingin seperti es juga dianggap pantangan bagi busui. Beberapa orang mengira apabila busui minum es akan mengakibatkan bayi mereka menjadi pilek. Adanya anggapan ini membuat sebagian busui menjadi enggan mengonsumsi minuman dingin. Padahal anggapan tersebut adalah mitos.

Original article berjudul Maternal food restrictions during breastfeeding yang dipublikasi Korean Journal of Pediatrics menyebutkan bahwa tidak ada laporan atau penelitian yang menunjukkan bahwa minuman dingin akan memengaruhi produksi atau kualitas ASI. Maka, busui boleh saja minum minuman dingin. Saat minuman dingin masuk ke lambung, maka cairan tersebut akan menyesuaikan dengan suhu tubuh. Selain itu, suhu ASI juga akan sesuai dengan suhu tubuh ibu sehingga bayi tidak akan merasa panas atau dingin saat minum ASI. Sementara itu, pilek disebabkan oleh infeksi mikroorganisme seperti virus atau adanya paparan alergen, bukan disebabkan minum ASI. 

5. Ukuran payudara yang kecil menghasilkan sedikit ASI

5 Mitos tentang Pemberian ASI yang Masih Dipercayailustrasi memberikan ASI (pixabay.com/badarsk)

Beberapa orang berpendapat ukuran payudara yang kecil tidak menghasilkan banyak ASI. Adanya anggapan ini membuat beberapa wanita merasa khawatir jika kelak ketika menyusui ASI yang dihasilkan tidak cukup banyak. Padahal, faktanya tidak demikian.

American Academy of Pediatrics menjelaskan bahwa ukuran payudara tidak memengaruhi jumlah ASI yang diproduksi. Hal senada juga diterangkan Verywell Family yang menyebutkan bahwa semua wanita dengan bentuk dan ukuran payudara yang berbeda-beda tetap dapat memberikan ASI dengan baik. Ukuran payudara hanya menunjukkan jumlah lemak di payudara, bukan jumlah jaringan pembentuk ASI. Jadi, meskipun ukuran payudara kecil juga dapat menghasilkan ASI sama banyaknya dengan wanita lainnya.

 

Ada berbagai informasi mengenai pemberian ASI yang masih dipercaya padahal tidak memiliki bukti yang kuat. Setelah mengetahui informasi yang benar, semoga kita tidak termakan informasi yang salah lagi, ya!

Baca Juga: Pekan ASI Sedunia, Mengapa Pemberian Sangat ASI Penting?

Dewi Purwati Photo Verified Writer Dewi Purwati

Health enthusiast

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Indiana Malia

Berita Terkini Lainnya