7 Penyebab Mengantuk tetapi Tidak Bisa Tidur

Sulit tidur bisa membahayakan kesehatan secara keseluruhan

Intinya Sih...

  • Kurang tidur dapat menyebabkan kelelahan, emosi mudah terganggu, dan kecemasan.
  • Tidur siang yang tidak tepat dapat mengganggu tidur malam hari.
  • Stres, kecemasan, genetika, gangguan kesehatan mental, dan COVID-19 dapat menjadi pemicu insomnia.

Tidak ada yang lebih menjengkelkan daripada merasa lelah dan mengantuk, tetapi sulit untuk bisa tidur.

Padahal, kurang tidur pada malam hari dapat membuat kamu kelelahan, mudah emosi, dan merasa cemas esok harinya. Ini selanjutnya menyebabkan lingkaran setan berupa sulit tidur dan stres. 

Ada banyak penyebab mengantuk namun tidak bisa tidur. Memahami dan mengidentifikasi faktor-faktor ini merupakan langkah penting dalam mendapatkan tidur yang berkualitas dan meningkatkan kesehatan secara keseluruhan.

1. Tidur siang

Tidur siang pada dasarnya bukanlah kebiasaan yang buruk. Bahkan, ini memberikan banyak manfaat kesehatan. Namun, tidur siang yang tidak tepat dapat membuatmu kesulitan tidur pada malam hari.

Menurut penelitian, tidur siang yang terlalu lama dan terlalu sore dapat membuatmu membutuhkan waktu lebih lama untuk tertidur di malam hari, kurang tidur, dan lebih sering terbangun pada malam hari.

Yang terbaik adalah tidur siang selama 20–30 menit, dan tidur siang pada waktu yang sama setiap hari.

2. Stres dan kecemasan

7 Penyebab Mengantuk tetapi Tidak Bisa Tidurilustrasi laki-laki sedang stres (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Stres dan kecemasan memiliki dampak yang luas pada kehidupan sehari-hari, termasuk sulit tidur.

Menurut studi, pada malam hari, banyak orang yang memiliki kondisi kecemasan berada dalam keadaan mental yang hiperaktif, merenung tentang masa lalu, dan memikirkan hal buruk tentang masa depan.

Mengalami kecemasan pada malam hari dapat membingungkan jam biologis internal 24 jam atau ritme sirkadian. Akibatnya, produksi hormon kortisol dan melatonin mengalami perubahan. Perubahan fisiologis ini membuatmu terstimulasi dan waspada, yang mungkin menjelaskan mengapa kamu merasa lelah namun tidak bisa tidur.

Baca Juga: Studi: Gejala Insomnia Tingkatkan Risiko Stroke Hingga 50 Persen

3. Insomnia

Insomnia didefinisikan sebagai kesulitan dalam memulai tidur, mempertahankan kesinambungan tidur, atau kualitas tidur yang buruk.

Ada banyak hal yang memicu insomnia, mulai dari nyeri pascaoperasi hingga kecemasan dan stres karena kehilangan pekerjaan di antara penyebab lainnya.

Berikut beberapa hal yang paling sering memicu insomnia kronis:

  • Gen, seperti memiliki orang tua dengan masalah tidur.
  • Memiliki gangguan kesehatan mental tertentu.
  • Merawat bayi baru lahir.
  • Kehilangan pekerjaan.
  • Putus cinta.

4. COVID-19

7 Penyebab Mengantuk tetapi Tidak Bisa Tidurilustrasi pasien COVID-19 (pixabay/Christo Anestev)

COVID-19 dapat memicu berbagai macam gejala, salah satunya sulit tidur. Masalah ini bisa dipicu oleh stres atau respons autoimun terhadap virus.

Sebuah studi yang melibatkan 236.379 orang dengan COVID-19 menemukan bahwa sekitar 5 persen dari mereka mengalami insomnia. Hingga 10 persen dari mereka dengan infeksi parah yang memerlukan rawat inap mengalami kesulitan tidur.

Menurut sebuah analisis, kesulitan tidur mungkin lebih umum terjadi pada orang dengan long COVID. Para peneliti menemukan bahwa lebih dari 40 persen dari 1.321 orang dengan gejala long COVID mengalami kesulitan tidur sedang hingga parah.

5. Konsumsi kafein

Jika kamu terbiasa minum kopi, bisa jadi kafein dalam kopi yang bertanggung jawab atas masalah tidur yang kamu miliki. Umumnya, kafein memiliki waktu paruh 5 jam. 

Ada studi yang menunjukkan bahwa minum 400 mg kafein 6 jam atau kurang sebelum waktu tidur dapat mengurangi kualitas tidur secara signifikan. Jadi, pastikan kamu menghentikan konsumsi kafein minimal 4–6 jam sebelum tidur.

6. Menggunakan perangkat elektronik sebelum tidur

7 Penyebab Mengantuk tetapi Tidak Bisa Tidurilustrasi menggunakan hp sebelum tidur (pexels.com/Marcus Aurelius)

Ritme sirkadian internal diatur oleh sinyal terang dan gelap. Kegelapan mengisyaratkan tubuh bahwa ini adalah waktunya untuk istirahat. Namun, menggunakan perangkat elektronik pada malam hari dapat mengganggu ritme biologis alami ini. 

Layar dan perangkat elektronik memancarkan cahaya biru, yang menekan produksi melatonin, hormon tidur. Cahaya biru yang menyilaukan dari gadget membuat otak mengira bahwa ini adalah saatnya untuk terjaga.

Sebuah penelitian menyatakan bahwa konten online juga dapat merangsang dan bahkan dapat meningkatkan level stres sebelum tidur, yang dapat mengganggu waktu istirahat.

7. Depresi

Menurut sebuah ulasan ilmiah, hingga 90 persen orang dengan depresi juga mengalami tidur yang kurang berkualitas. Beberapa masalah yang banyak dilaporkan, meliputi insomnia, narkolepsi, gangguan pernapasan saat tidur, dan sindrom kaki gelisah.

Hubungan antara gangguan tidur dan depresi sangatlah rumit. Depresi tampaknya mengganggu ritme sirkadian. Peradangan, perubahan bahan kimia otak, faktor genetik, dan lainnya dapat memengaruhi hubungan depresi dan tidur.

Gangguan tidur bisa berdampak signifikan pada keseluruhan kesejahteraan. Jadi, jika kamu sering kesulitan tidur padahal sudah mengantuk, bicarakan dengan dokter. Dokter dapat membantu menentukan masalah mendasar dan merekomendasikan solusi sesuai kondisi.

Baca Juga: 7 Masalah Kesehatan yang Menyebabkan Sulit Tidur

Referensi

Nature's Best. Diakses pada April 2024. Why can’t I sleep? 6 reasons you’re tired but can’t sleep.
Healthline. Diakses pada April 2024. Why Am I So Tired, but Can’t Sleep?
Lancet Psychiatry, 2021. 6-month neurological and psychiatric outcomes in 236 379 survivors of COVID-19: a retrospective cohort study using electronic health records.
Sleep, Juni 2022. 0735 Sleep Disturbances in Post-Acute Sequelae of COVID-19 (PASC).
Nutrients, Mei 2022. Sleep Quality: A Narrative Review on Nutrition, Stimulants, and Physical Activity as Important Factors.
Journal of Cellular and Molecular Medicine, 2019. Depression in sleep disturbance: A review on a bidirectional relationship, mechanisms and treatment.

Topik:

  • Nurulia R F

Berita Terkini Lainnya