Studi: Polusi Udara Lebih Berbahaya daripada Rokok

Menurunkan usia harapan hidup global rata-rata 2,2 tahun

Tidak diragukan lagi, merokok atau minum alkohol adalah kebisaan yang buruk bagi kesehatan. Namun, sebenarnya, polusi udara bisa lebih berbahaya daripada rokok ataupun alkohol.

Ini berdasarkan laporan terbaru dari Energy Policy Institute di University of Chicago, Amerika Serikat, yang menyatakan bahwa polusi udara saat ini mengurangi usia harapan hidup lebih banyak dibandingkan rokok, alkohol, atau konflik dan terorisme.

Laporan tahunan yang dikenal sebagai Air Quality Life Index, atau AQLI, menemukan bahwa polusi udara partikulat—campuran kontaminan seperti asap, asap, debu, dan serbuk sari—tetap tinggi. Bahkan pada saat dunia dilanda pandemik COVID-19 yang mengurangi polusi dan membuat langit menjadi lebih biru.

1. Polusi udara lebih berbahaya daripada rokok

Studi: Polusi Udara Lebih Berbahaya daripada Rokokilustrasi rokok (pixabay.com/geralt)

AQLI melaporkan bahwa polusi udara partikulat menurunkan usia harapan hidup global rata-rata sebanyak 2,2 tahun atau total 17 miliar tahun hidup. Dampak ini setara dengan dampak merokok, tiga kali lebih parah daripada penyalahgunaan alkohol dan penggunaan air tercemar, enam kali lebih besar dibandingkan HIV/AIDS, dan 89 kali lebih besar dibandingkan konflik dan terorisme.

Sebagai perbandingan, rokok menurunkan usia rata-rata 1,9 tahun. Konsumsi alkohol menurunkan hingga delapan bulan. Air dan sanitasi yang buruk mengurangi harapan hidup selama tujuh bulan. Konflik dan terorisme dapat mengurangi usia hingga sembilan hari.

2. Tingkat polusi udara yang dapat diterima

Studi: Polusi Udara Lebih Berbahaya daripada Rokokilustrasi polusi udara (pexels.com/Pixabay)

Pada tahun 2021, Badan Kesehatan Dunia (WHO) memperbarui panduan mengenai tingkat polusi udara yang dapat diterima oleh masyarakat. Dari batas atas yang direkomendasikan sebesar 10 menjadi 5 µg per meter kubik. Mengacu pada tolok ukur yang direvisi, sekitar 97 persen populasi dunia tinggal di tempat dengan polusi udara melebihi tingkat yang direkomendasikan.

Jika polusi udara berhasil diturunkan hingga memenuhi pedoman WHO, ini akan menambah harapan hidup rata-rata global sebanyak 2,2 tahun, atau dari 72 menjadi 74,2 tahun. Populasi dunia akan memperoleh total umur 17 miliar tahun.

Baca Juga: Apa Itu Infeksi Saluran Pernapasan Akut atau ISPA? 

3. Wilayah dengan polusi udara paling parah

Studi: Polusi Udara Lebih Berbahaya daripada Rokokilustrasi menggunakan masker (pexels.com/Charlotte May)

Sebagian besar tempat di Bumi memang tidak lepas dari polusi udara. Namun, berikut adalah beberapa yang paling parah dilansir The University of Chicago:

  • Asia Selatan: Diperkirakan, penduduk di Asia Selatan akan mengalami penurunan usia rata-rata 5 tahun jika tingkat polusi yang tinggi saat ini terus berlanjut. Sejak tahun 2013, sekitar 44 persen peningkatan polusi di dunia berasal dari India.
  • Asia Tenggara: Sekitar 99,9 persen kawasan Asia Tenggara kini dianggap memiliki tingkat polusi yang tidak aman. Dengan wilayah yang paling tercemar, meliputi Mandalay, Hanoi, dan Jakarta. Diperkirakan, usia penduduk Asia Tenggara akan berkurang 3 hingga 4 tahun.
  • Afrika Tengah dan Barat: Lebih dari 97 persen wilayah Afrika Tengah dan Barat dianggap tidak aman berdasarkan pedoman baru WHO. Mereka yang tinggal di wilayah paling tercemar akan mengalami penurunan usia rata-rata 5 tahun. Di sini, kasus polusi udara sama parahnya seperti HIV/AIDS, malaria, dan penyakit mematikan lainnya. Ini karena penggunaan bahan bakar fosil diperkirakan akan terus meningkat.
  • China: China termasuk negara dengan polusi udara paling parah. Namun, saat ini, China sedang dalam perjalanan memerangi polusi. Jika negara ini berhasil memenuhi pedoman WHO, penduduk berpotensi memperoleh harapan hidup rata-rata 2,6 tahun.
  • Amerika Serikat dan Eropa: Sekitar 92,8 persen wilayah Amerika Serikat dan 95,5 persen Eropa tidak memenuhi pedoman baru WHO. Namun, penegakan kebijakan polusi udara yang tegas secara berkelanjutan di Amerika Serikat dan Eropa telah mengurangi polusi partikulat secara signifikan.

4. Dana yang dikucurkan untuk mengatasi polusi udara jauh dari kata cukup

Studi: Polusi Udara Lebih Berbahaya daripada Rokokilustrasi uang (pexels.com/Karolina Grabowska)

Investasi dalam infrastruktur kualitas udara global tidak sejalan dengan kondisi di mana polusi udara memberikan dampak terbesar terhadap kehidupan manusia. Sebagai perbandingan, dilansir Mirage News, setiap tahunnya, ada 4 miliar USD atau 61 triliun dana global yang dikucurkan untuk mengatasi HIV/AIDS, malaria, dan tuberkulosis. Sementara itu, seluruh benua Afrika menerima kurang dari 300 ribu USD atau 4,5 miliar untuk mengatasi polusi udara.

Hanya 1,4 juta USD atau setara 21,3 miliar dana yang masuk ke Asia, di luar China dan India. Sementara itu, Eropa, Amerika Serikat, dan Kanada menerima 34 juta USD atau 518 miliar.

Meskipun butuh waktu lama dan kontribusi dari seluruh dunia untuk mengatasi polusi udara, tetapi kita bisa melindungi diri sendiri dan orang-orang terdekat dari bahaya polusi udara dengan membatasi waktu yang dihabiskan di luar ruangan, memasang air purifier, menjaga daya tahan tubuh dengan gaya hidup sehat, dan memakai masker saat sedang berada di luar khususnya saat kualitas udara buruk.

Baca Juga: Emboli Udara, Penyumbatan Pembuluh Darah akibat Gelembung Udara

Topik:

  • Nurulia
  • Bayu Nur Seto

Berita Terkini Lainnya