Ragukan Diri Sendiri, 5 Indikasi Seseorang Mengidap Impostor Syndrome

Sindrom ini membuat seseorang gampang stres

Semenjak game Among Us naik daun, kata impostor jadi sering sekali kita dengar. Dan ngomong-ngomong soal impostor, ternyata ada suatu gangguan psikologis yang disebut impostor syndrome . Tapi, impostor syndrome sama sekali tidak ada hubungannya dengan game Among Us.

Impostor syndrome merupakan fenomena psikologis berupa keyakinan bahwa diri sendiri sebenarnya tidak layak untuk mendapatkan suatu penghargaan. Mereka merasa diri sendiri sebenarnya tidak kompeten, dan segala pencapaian yang telah diraih semata-mata hanyalah suatu keberuntungan atau kebetulan.

Akhirnya, hal ini justru mendorong sikap selalu meragukan kemampuan diri sendiri. Sayangnya, kadang kala seseorang tidak dapat mengidentifikasi gangguan psikologis ini. Lantas kira-kira seperti apa sikap individu dengan impostor syndrome? Simak baik-baik penjelasan berikut ini, ya!

1. Menganggap prestasi diri sendiri hanyalah kebetulan atau keberuntungan

Ragukan Diri Sendiri, 5 Indikasi Seseorang Mengidap Impostor Syndromeunsplash.com/Ariel

Mereka yang terindikasi mengalami impostor syndrome sering menghubungkan pencapaian mereka dengan keberuntungan. Mereka mungkin berpikir bahwa dirinya kebetulan berada di tempat yang tepat pada waktu yang tepat.

Pikiran-pikiran ini menandakan bahwa mereka sebenarnya tidak yakin akan dapat mengulangi kesuksesan di masa depan. Sebab, berpikir semua hanyalah kebetulan belaka menunjukkan keyakinan bahwa pencapaian mereka tidak ada hubungannya dengan kemampuan yang mereka miliki.

2. Merasa tidak ada yang istimewa dengan pencapaian diri sendiri

Ragukan Diri Sendiri, 5 Indikasi Seseorang Mengidap Impostor Syndromeunsplash.com/Tachina Lee

Orang dengan impostor syndrome sering menganggap bahwa diri mereka tidak istimewa. Apapun yang mereka capai, orang lain juga bisa. Mereka selalu berpikir apa yang sudah mereka capai bukanlah hal yang besar dan yakin bahwa orang lain bisa melakukan hal yang sama.

Karena tingginya standar yang mereka ciptakan, individu dengan impostor syndrome jarang mengapresiasi pencapaian yang telah mereka buat. Alih-alih memikirkan semua yang telah mereka capai, tak peduli sebanyak apapun pencapaiannya, orang-orang ini tetap lebih fokus pada apa yang belum mereka capai.

Baca Juga: 5 Tipe Impostor Syndrome, Apa Kamu Termasuk Salah Satunya?

3. Terobsesi untuk menjadi yang terbaik

Ragukan Diri Sendiri, 5 Indikasi Seseorang Mengidap Impostor SyndromeUnsplash.com/Sebastian Herrmann

Ada alasan mengapa orang dengan impostor syndrome justru paling sering dikaitkan dengan orang yang berprestasi. Individu dengan impostor syndrome hidup dengan kebutuhan untuk menjadi yang terbaik. Kebanyakan dari mereka sudah memiliki keinginan untuk berprestasi di bangku sekolah atau kuliah, kemudian setelah memasuki dunia kerja, mereka merasakan dorongan yang tinggi untuk terus berprestasi di tengah orang-orang cerdas dan berbakat di sekitar mereka.

Sebenarnya, sah-sah saja jika seseorang ingin mengupayakan yang terbaik. Hanya saja, obsesi untuk selalu menjadi yang terbaik membuat pengidap impostor syndrome jadi tidak bisa menerima kegagalan dan selalu tidak puas dengan sesuatu yang kurang dari sempurna.

4. Sulit menerima pujian

Ragukan Diri Sendiri, 5 Indikasi Seseorang Mengidap Impostor Syndromeunsplash.com/Mimi Thian

Mereka yang memiliki impostor syndrome benar-benar tidak bisa menerima pujian. Mereka mengalami kesulitan menginternalisasi kesuksesan mereka ke tingkat yang tidak dapat mereka terima pujian sebagai valid. Mereka selalu merasa bahwa diri mereka tidak layak atas pujian yang mereka terima.

Tak jarang, mereka menganggap bahwa orang yang menyanjung itu hanya bersikap baik karena akan tampak tidak sopan jika tidak melakukannya. Atau karena orang lain adalah orang yang baik dan suka memberi pujian.

5. Meragukan kesuksesan diri sendiri

Ragukan Diri Sendiri, 5 Indikasi Seseorang Mengidap Impostor Syndromeunsplash.com/Jason Strull

Sering kali, latar belakang keluarga dan koneksi mempengaruhi kesuksesan seseorang. Sayangnya, bagi orang dengan impostor syndrome, hal ini justru membuat mereka merasa cemas. Mereka kerap merasa bahwa segala pencapaian mereka semata-mata berkat bantuan keluarga dan orang-orang di sekitarnya. Mereka juga ragu-ragu apakah mampu mendapatkan kesuksesan jika tidak ada keluarga atau koneksi yang mendukungnya,

Kekhawatiran ini kemudian berlanjut dan membuat mereka makin khawatir akan konsekuensi dari kesuksesan mereka. Sebab, mereka menyadari bahwa kesuksesan yang telah mereka capai dapat mengarah pada lebih banyak tanggung jawab dan komitmen, dan kadang mereka tidak yakin apakah bisa menjalaninya. Padahal sebenarnya, tidak ada yang salah jika kita mendapatkan kemudahan mencapai apa yang kita inginkan karena latar belakang keluarga dan lingkungan. Bahkan, sebenarnya hal ini justru perlu disyukuri.

Impostor syndrome membuat seseorang jadi mudah stres dan selalu tidak puas akan prestasi mereka. Jadi, agar terhindar dari sindrom ini, yuk belajar menghargai setiap pencapaian yang sudah kita dapat dan tidak meremehkan diri sendiri.

Baca Juga: Kamu Kerja dari Rumah alias WFH? Waspadai Computer Vision Syndrome

Eka Ami Photo Verified Writer Eka Ami

https://mycollection.shop/allaboutshopee0101

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Tania Stephanie

Berita Terkini Lainnya