3 Pilihan Kontrasepsi untuk Pria, Ada yang Permanen!

Pertimbangkan kelebihan dan kekurangannya sebelum menggunakannya

Bagi pasangan yang telah menikah, ada kalanya untuk menunda kehamilan karena merasa belum siap untuk menjadi orang tua atau untuk karena alasan lainnya. Nah, untuk mencegah atau menunda kehamilan yang tidak inginkan, maka baik perempuan maupun pria bisa menggunakan alat kontrasepsi

Jika alat kontrasepsi untuk perempuan memiliki banyak pilihan seperti implan, suntik KB, pil KB, hingga IUD, maka berbeda dengan alat kontrasepsi pria yang hanya sedikit pilihannya. Sebab, pria yang berminat untuk menggunakan kontrasepsi saat berhubungan seks tidak sebanyak perempuan.

Padahal, pihak pria pun juga bisa menggunakan alat kontrasepsi untuk membantu mencegah kehamilan. Apalagi jika pasangannya sering tidak cocok atau memiliki masalah hormon karena menggunakan alat kontrasepsi, yang bisa terjadi karena efek samping dari penggunaan alat kontrasepsi yang digunakannya.

Nah, berikut ini tiga pilihan kontrasepsi untuk pria yang penting untuk diketahui. Check it out, Guys!

1. Kondom

3 Pilihan Kontrasepsi untuk Pria, Ada yang Permanen!ilustrasi kondom (freepik.com/freepik)

Kondom adalah metode pencegah kehamilan yang paling populer dan mudah digunakan. Bahkan harganya pun juga terjangkau dan mudah untuk di dapatkan, baik di supermarket atau pun di apotek. Nah, untuk mencegah kehamilan, kondom dipasang di penis yang sedang ereksi dan dipakai selama berhubungan seksual. 

Kondom bekerja dengan menghentikan air mani memasuki saluran vagina, sehingga sel telur tidak bisa dibuahi. Dengan mengikuti panduan penggunaan yang benar, kondom dapat efektif untuk mencegah kehamilan hingga 98 persen.

Bahkan kondom juga bisa melindungi dari infeksi menular seksual (IMS) seperti klamidia, HIV, gonore, sifilis dan herpes. Namun jika tidak menggunakannya dengan benar setiap kali berhubungan seks, maka peluang untuk hamil secara tidak sengaja dapat sangat tinggi, dan bisa berisiko terkena IMS.

Misalnya saja seperti terlambat memakainya, meninggalkan penis di dalam vagina sesudah ejakulasi atau melakukan tindakan yang mengakibatkan kondom menjadi robek. Nah, untuk memastikan kondom berfungsi dengan baik, berikut beberapa hal yang perlu kamu lakukan:

  • Gunakan kondom berbahan lateks atau poliuretan, dan simpan di tempat yang sejuk dan kering. Namun jika kamu atau pasanganmu alergi dengan lateks, maka bisa membeli kondom yang terbuat dari bahan lain seperti poliuretan. Kondom yang terbuat dari kulit domba atau bahan lain kemungkinan tidak bisa melindungi dari HIV dan virus lainnya.
  • Periksa tanggal kadaluwarsa pada bungkusnya untuk memastikan kondom tidak expired. Selain itu, kondom juga rusak atau kadaluwarsa karena cahaya dan panas. Kondom yang sudah tua atau kering kemungkinan lebih mudah robek ketika digunakan. Selain itu, gunakan pelumas yang berbahan dasar air atau silikon. Mereka lebih kecil kemungkinannya untuk memecahkan kondom, dibandingkan dengan minyak. 
  • Penting untuk memeriksa intruksi atau label untuk alergen potensial.

Dikutip dari laman WebMD, berikut  panduan cara memakai dan melepas kondom yang tepat:

  • Letakkan kondom di atas kepala penis yang keras. Jepit udara yang mungkin terperangkap di ujungnya, dan sisakan sedikit ruang di sana untuk air mani.
  • Buka gulungan kondom hingga ke pangkal penis.
  • Jika tidak disunat, maka tarik kembali kulup sebelum menurunkan kondom.
  • Ketika selesai berhubungan seks, maka pegang pangkal penis dan pegang kondom di tempatnya ketika menariknya keluar.
  • Buang kondom.

Baca Juga: Mengenal 5 Jenis Spermisida, Alat Kontrasepsi yang Underrated

2. Spermisida

3 Pilihan Kontrasepsi untuk Pria, Ada yang Permanen!ilustrasi spermisida spons (teenhealthsource.com)

Spermisida merupakan jenis kontrasepsi yang bekerja dengan menghentikan sperma mencapai sel telur. Itu dimasukkan ke dalam vagina sebelum berhubungan seks, untuk menghentikan sperma mencapai sel telur. Dilansir Cleveland Clinic, spermisida mengandung bahan kimia yang merusak sperma. Kebanyakan spermisida mengandung bahan kimia nonoxynol-9 (N-9).

Meskipun itu tidak benar-benar membunuh sperma, namun itu menghentikannya mencapai sel telur. Spermisida bekerja dengan menghalangi pintu masuk ke leher rahim perempuan (bagian terendah dari rahim) dan dengan menghentikan sperma berenang menuju sel telur.

Spermisida tersedia dalam berbagai bentuk seperti gel, krim, spons, dan supositoria. Kontrasepsi ini bisa dibeli di supermarket dan apotek  tanpa menggunakan resep. Namun spermisida lebih efektif jika digunakan bersama dengan kontrasepsi lainnya seperti kondom atau diafragma. Perlu diketahui bahwa spermisida merupakan salah satu metode kontrasepsi yang paling tidak efektif jika digunakan sendiri.

Jika hanya menggunakan spermisida saja, maka efektivitasnya untuk mencegah kehamilan sekitar 70 persen hingga 80 persen. Jika spermisida digunakan bersama dengan kondom (disebut kondom spermisida), maka tingkat efektivitasnya bisa mencapai 87 persen, mengutip WebMD.

Selain itu, menggunakan kondom dengan spermisida juga bisa membantu melindungi dari IMS. Namun penggunaan kondom dengan spermisida juga ada kekurangannya yaitu bisa meningkatkan risiko infeksi saluran kemih pada perempuan. 

Spermisida harus digunakan dengan benar dan sesuai dengan instruksi pada label, serta periksa tanggal kadaluwarsanya. Jika tidak diterapkan dengan benar, maka spermisida tidak efektif untuk mencegah kehamilan. Berikut pedoman umum penggunaan spermisida:

  • Harus memasukkan spermisida jauh ke dalam vagina pasangan.
  • Spermisida harus dimasukkan setidaknya 10 hingga 15 menit sebelum berhubungan seks agar efektif. Kebanyakan spermisida hanya efektif selama 60 menit.
  • Gunakan kembali spermisida setiap berhubungan seks.
  • Jangan pernah mencuci atau menghilangkan spermisida sesudah berhubungan seks.
  • Tidak ada lagi yang harus masuk ke dalam vagina pasangan, setidaknya selama enam jam, agar spermisida bisa terus bekerja.

Penggunaan spermisida memiliki beberapa kelebihan, yaitu:

  • Tidak mahal. Menurut American College of Obstretricians and Gynecologist, kebanyakan spermisida juga lebih murah daripada metode KB lainnya.
  • Mudah digunakan dan diterapkan.
  • Bisa dibeli di sebagian besar toko, apotek, dan supermarket tanpa resep.
  • Tidak mengandung hormon.
  • Berfungsi ganda sebagai pelumas.
  • Tidak perlu mengunjungi penyedia layanan kesehatan sebelum menggunakannya.

Penggunaan spermisida juga memiliki beberapa kekurangan yaitu:

  • Harus diterapkan kembali setiap kali berhubungan seks.
  • Tidak melindungi terhadap infeksi menular seksual (IMS).
  • Bisa menyebabkan rasa sakit dan iritasi. Menurut Planned Parenthood, spermisida yang mengandung nonoxynol-9 bisa mengiritasi area genital jika digunakan beberapa kali sehari pada kulit yang sensitif. Dalam beberapa kasus, kerusakan pada area genital ini bisa meningkatkan risiko tertular IMS.
  • Bisa meningkatkan risiko terkena infeksi HIV.
  • Dikaitkan dengan peningkatan risiko infeksi saluran kemih.
  • Beberapa orang kemungkinan juga memiliki alergi spermisida.

Selain itu, beberapa orang kemungkinan mengalami efek samping dari bahan kimia dalam spermisida. Efek samping yang paling umum yaitu iritasi pada vagina atau penis. Sesudah iritasi ini terjadi, maka infeksi lebih mudah masuk ke kulit. Spermisida umumnya aman, namun jika menyebabkan kemerahan atau iritasi, maka sebaiknya hentikan penggunaannya.

Selain itu, segera periksakan diri ke dokter jika mengalami hal berikut saat menggunakan spermisida:

  • Keputihan berbau busuk atau berwarna aneh.
  • Ruam atau luka pada vagina.
  • Buang air kecil yang menyakitkan.
  • Demam atau mengigil.
  • Nyeri panggul atau perut.
  • Seks yang menyakitkan.

3. Vasektomi

3 Pilihan Kontrasepsi untuk Pria, Ada yang Permanen!ilustrasi prosedur vasektomi (freepik.com/stefamerpik)

Vasektomi merupakan kontrasepsi yang bersifat permanen. Ini adalah prosedur pembedahan yang menghentikan atau menghalangi sperma untuk mencapai air mani pria ketika ia ejakulasi. Tanpa sperma meninggalkan tubuh seorang pria, maka ia tidak bisa membuat pasangannya hamil. Namun ia masih dapat mengalami orgasme dan ejakulasi.

Vasektomi terdiri dari dua jenis yaitu vasektomi sayatan dan vasektomi tanpa pisau bedah. Kedua prosedur tersebut bisa dilakukan di kantor dokter atau rumah sakit. Selain itu, kedua jenis vasektomi tersebut menggunakan anestesi lokal untuk membuat skrotum mati rasa. Perlu diketahui bahwa anestesi diberikan sebagai suntikan.

Kedua jenis vasektomi tersebut membelah dan menutup vas deferens (tabung yang membawa sperma), mencegah sperma masuk. Ini menghentikan sperma bercampur dengan air mani dan melepaskannya ketika pria ejakulasi saat orgasme.

Setelah menjalani prosedur vasektomi, seseorang bisa melanjutkan aktivitasnya sehari-hari dalam beberapa hari, biasanya dua hingga tiga hari, kecuali jika aktivitasnya berat. Sementara untuk pemulihan penuh setelah vasektomi, rata-rata delapan hingga sembilan hari, menurut hasil survei dari orang-orang yang telah menjalani vasektomi, mengutip Cleveland Clinic.

Untuk berhubungan seks, bisa dilakukan setelah 7 hari menjalani vasektomi, dan harus menggunakan alat kontrasepsi lain, hingga jumlah sperma menunjukkan bahwa air mani bebas dari sperma. Sebab, sperma bisa tetap berada di vas deverens pria, di atas area prosedur selama berminggu-minggu atau bahkan berbulan-bulan sesudah vasektomi.

Pria yang telah menjalani vasektomi, akan menjalani tes air mani dua hingga tiga bulan sesudah prosedur. Jika hasilnya memenuhi pedoman dari American Urological Association, maka pria tersebut dianggap mandul. Namun, jika sperma terlihat, maka tes air mani diulang, biasanya sebulan kemudian.

Dilansir Medical News Today, vasektomi memerlukan waktu biasanya sekitar 3 bulan agar bisa efektif sepenuhnya, jadi pasangan harus menggunakan metode kontrasepsi alternatif selama waktu ini. Sangat penting untuk kembali ke dokter dan melakukan tes air mani. Ini merupakan satu-satunya cara untuk memastikan tidak ada sperma di air mani.

Pria yang menjalani prosedur ini, bisa membantu membersihkan sperma dengan sering ejakulasi, seminggu sesudah vasektomi. Ini bisa meningkatkan peluangnya untuk analisis air mani bebas sperma. Perlu diketahui bahwa vasektomi menawarkan banyak keuntungan sebagai metode pengendalian kelahiran.

Kelebihan utama dari vasektomi yaitu efektif lebih dari 99,99 persen untuk mencegah kehamilan. Jenis kontrasepsi ini tentu sangat cocok bagi yang tidak ingin memiliki anak. Selain itu, vasektomi juga tidak memengaruhi aktivitas seksual. Namun vasektomi juga memiliki kelemahan, yaitu tidak bisa melindungi dari PMS seperti HIV dan penyakit menular seksual lainnya.

Selain itu, jika berubah pikiran dengan ingin memiliki anak, maka akan sulit. Sebab membalikkan vasektomi tidaklah mudah dan tidak selalu berhasil. Selain itu, biayanya juga mahal dan biasanya tidak ditanggung asuransi. Oleh sebab itu, sebaiknya jangan lakukan prosedur ini kecuali kamu yakin tidak ingin menjadi ayah di masa depan.

Mencegah kehamilan dengan kontrasepsi dibutuhkan kerja sama yang baik dari pihak laki-laki dan perempuan agar hasilnya bisa efektif. Pertimbangkan juga kelebihan dan kekurangannya sebelum memutuskan untuk menggunakan kontrasepsi tersebut. Apalagi jika memilih kontrasepsi seperti vasektomi, bisa sulit untuk memiliki anak lagi jika sudah terlanjur menggunakan metode tersebut.

Baca Juga: Kontrasepsi KB Koyo, Apakah Efektif Cegah Kehamilan?

Eliza Ustman Photo Verified Writer Eliza Ustman

'Menulislah dengan hati, maka kamu akan mendapatkan apresiasi yang lebih berarti'

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Indiana Malia

Berita Terkini Lainnya