Attention Seeking Behavior, Ingin Selalu Jadi Pusat Perhatian

Caper berlebihan bisa jadi indikasi masalah mental

Attention seeking behavior atau perilaku mencari perhatian adalah upaya sadar untuk menjadi pusat perhatian bagi khalayak. Motivasi di balik perilaku ini biasanya didorong oleh faktor internal, misalnya ego.

Setiap orang sesekali membutuhkan perhatian. Hal demikian pun adalah sesuatu yang normal. Namun, jika perilaku yang ditunjukkan berlebihan bisa menjadi indikasi akan masalah kesehatan mental.

Attention seeking behavior biasanya dilakukan dengan ekstrem dan dramatis. Dalam jangka panjang, perilaku mencari perhatian ini dapat merusak hubungan interpersonal karena banyak pihak yang mungkin merasa dimanipulasi. 

1. Manifestasi

Attention Seeking Behavior, Ingin Selalu Jadi Pusat Perhatianilustrasi perempuan sedang berdiskusi (pexels.com/SHVETS production)

Mendapatkan perhatian merupakan naluri manusia. Perhatian menjadi salah satu bentuk representasi dari rasa sayang yang diperlukan setiap orang. Namun, persoalan pelaku attention seeking behavior cenderung dilandasi dengan sesuatu yang tidak sehat. Ini mungkin melibatkan perasaan rendah diri, kecemburuan, kesepian, atau kondisi kejiwaan. 

Metode pencarian perhatian pun tidak jarang mengandalkan berbagai cara, seperti bersifat manipulatif, pasif-agresif, dan dapat merusak hubungan orang lain. Beberapa contoh tindakan attention seeking behavior adalah:

  • Mengunggah foto atau video di media sosial secara berlebihan dengan tujuan mendapatkan banyak like dan komentar.
  • Memberikan komentar dengan tujuan membuat orang merasa tidak nyaman, baik online maupun secara langsung.
  • Membuat komentar yang mencela diri sendiri dalam upaya untuk mendapatkan validasi.
  • Membual tentang kekayaan materi, penampilan fisik, dan kesuksesan pribadi.
  • Bertindak seolah-olah hidupnya banyak mengalami masalah yang perlu dukungan.
  • Terlibat dalam perilaku provokatif.
  • Tampak selalu ingin menjadi pusat perhatian.
  • Mendramatisasi hal-hal yang nampaknya bukan menjadi masalah krusial.

2. Penyebab

Attention Seeking Behavior, Ingin Selalu Jadi Pusat Perhatianilustrasi laki-laki mengamati sesuatu dari jauh (pexels.com/Armin Rimoldi)

Ada beberapa alasan mengapa seseorang mungkin menunjukkan attention seeking behavior. Alasan paling umum adalah berkaitan dengan harga diri yang rendah. Studi dalam American Journal of Applied Psychology tahun 2021 mengungkap, harga diri yang rendah atau memiliki pandangan negatif tentang diri sendiri dapat menyebabkan perilaku agresif, antisosial, dan mencari perhatian.

Faktor lainnya adalah permasalahan emosional yang mengarah pada kesepian dan kecemburuan. Studi yang termaktub dalam Personality & Social Psychology Bulletin tahun 2018 menerangkan, orang yang mengalami peningkatan kesepian dan kecemasan sosial mungkin akan beralih ke media sosial untuk mendapatkan validasi. Selanjutnya menunjukkan perilaku mencari perhatian melalui interaksi berbasis online. 

Baca Juga: 5 Efek Negatif Terlalu Lama Mengisolasi Diri terhadap Kesehatan Mental

3. Apakah hal ini normal?

Attention Seeking Behavior, Ingin Selalu Jadi Pusat Perhatianilustrasi teman-teman kampus (pexels.com/Monstera)

Seperti yang telah disinggung pada poin sebelumnya, setiap orang pada dasarnya membutuhkan perhatian. Perhatian dari orang terdekat menunjukkan kepedulian tanpa syarat.

Akan tetapi, mengapa perilaku attention seeking behavior menjadi cara yang tidak sehat dalam menangani kebutuhan akan perhatian? Hal ini karena perilaku tersebut dapat membebani orang lain.

Berbeda pada kasus anak kecil yang menunjukkan perilaku mencari perhatian. Ini tidak bisa dikatakan sebagai tindakan manipulatif atau tidak sehat. Justru momen tersebut adalah normal karena menyesuaikan fase perkembangan anak. 

4. Kaitannya dengan masalah kesehatan mental

Attention Seeking Behavior, Ingin Selalu Jadi Pusat Perhatianilustrasi perkumpulan perempuan (pexels.com/Dani Hart)

Attention seeking behavior bisa menjadi bagian dari gangguan kepribadian. Gangguan kepribadian yang sering dikaitkan dengan pencarian perhatian adalah narsistik, gangguan kepribadian histrionik, dan gangguan kepribadian ambang. Ketiga gangguan kepribadian tersebut merupakan bagian gangguan kepribadian dramatis (gangguan kepribadian cluster B).

Beberapa kemungkinan lain dari kaitannya attention seeking behavior dengan masalah kesehatan tertentu ialah berhubungan dengan kondisi:

  • Attention deficit hyperactivity disorder (ADHD)
  • Bipolar disorder
  • Oppositional defiant disorder
  • Intermittent explosive disorder

5. Mekanisme koping

Attention Seeking Behavior, Ingin Selalu Jadi Pusat Perhatianilustrasi kegiatan perkuliahan (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Jika orang terdekatmu menunjukkan peningkatan dalam attention seeking behavior, jangan langsung menghakiminya dengan pernyataan yang dapat menyakiti perasaannya. Cara terbaik untuk menyadarkan perilaku tersebut adalah dengan komunikasi dua arah. 

Kamu bisa memberi tahu orang tersebut mengenai perspektifmu mengenai tindakan yang sering dilakukan. Jika memungkinkan tawarkan bantuan untuk membantu mengelola tindakannya tersebut. 

Jika perilaku attention seeking behavior didasari oleh suatu kondisi, jangan ragu berkonsultasi pada penyedia layanan kesehatan. Dokter akan menawarkan prosedur diagnosis dan jenis perawatan yang dinilai efektif untuk membantu mengelola kondisi tersebut.

Baca Juga: Ganti 30 Menit Main Medsos dengan Olahraga demi Kesehatan Mental

Indriyani Photo Verified Writer Indriyani

Full-time learner, part-time writer and reader. (Insta @ani412_)

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Izza Namira

Berita Terkini Lainnya