Ganti 30 Menit Main Medsos dengan Olahraga demi Kesehatan Mental

Menambah jam olahraga mengurangi stres akibat media sosial

Dewasa ini, media sosial sudah seakan-akan menjadi konsumsi wajib sehari-hari. Tanpanya, seolah-olah kita "terputus" dari dunia. Meski begitu, bukan rahasia kalau media sosial juga bisa berdampak buruk buat mental.

Tidak jarang juga, media sosial menjadi biang kerok dari segala masalah mental, mulai dari merasa insecure, dengki, kecemasan, hingga depresi. Menurut studi terbaru, lebih baik letakkan dulu gadget-mu dan cobalah berolahraga demi kesehatan mental yang lebih baik.

1. Libatkan ratusan partisipan

Ganti 30 Menit Main Medsos dengan Olahraga demi Kesehatan MentalIlustrasi media sosial (unsplash.com/Austindistel)

Pandemik COVID-19 membuat kita dan gadget makin erat. Meski begitu, efek COVID-19, media sosial, dan mental tak diragukan lagi. Oleh karena itu, sebuah penelitian di Jerman yang dimuat dalam Journal of Public Health pada awal September 2022 mencoba menelaah cara untuk mengurangi beban mental tersebut.

Jadi, para peneliti Jerman merekrut sekitar 642 partisipan pengguna media sosial di Jerman pada periode Juni 2020 hingga Desember 2021. Lalu, para partisipan ini dibagi menjadi empat kelompok:

  • Media sosial: 162 partisipan mengurangi penggunaan media sosialnya hingga 30 menit tiap hari.
  • Olahraga: 161 partisipan menambah waktu aktivitas fisiknya hingga 30 menit tiap hari (sesuai dengan rekomendasi Badan Kesehatan Dunia/WHO).
  • Kombinasi: 159 partisipan mengikuti instruksi dua kelompok pertama.
  • Kontrol: 160 partisipan tidak mengikuti instruksi dua kelompok pertama.

Para partisipan juga mengisi survei online dan diari mengenai kegiatan mereka sehari-hari pada awal penelitian, satu minggu setelahnya, dan setelah dua minggu. Selain itu, para partisipan juga mengisi survei lanjutan pada satu bulan, tiga bulan, dan enam bulan setelah penelitian rampung.

2. Hasil: Menambah jam olahraga mengurangi stres akibat media sosial

Penelitian bertajuk "Experimental longitudinal evidence for causal role of social media use and physical activity in COVID-19 burden and mental health" ini berjalan selama dua minggu. Setelah penelitian, para peneliti menemukan manfaat mengurangi waktu bermain media sosial dan menambah waktu aktivitas fisik terhadap kesehatan mental.

"Dalam kelompok eksperimen, penggunaan media sosial adiktif, gejala depresi, dan beban COVID-19 berkurang, sementara aktivitas fisik, kepuasan hidup, dan kebahagiaan bertambah," tulis para peneliti.

Para peneliti juga mencatat bahwa efek ini tetap kuat dan stabil dalam jangka panjang dan para partisipan mengurangi ketergantungannya pada media sosial. Sekitar 6 bulan setelah penelitian, waktu menggunakan media sosial berkurang hingga 37 menit di kelompok media sosial, 33 menit dalam kelompok olahraga, dan 46 menit dalam kelompok kombinasi.

Hal yang sama berlaku dengan jam olahraga. Kelompok media sosial menambah waktu olahraga hingga 26 menit, kelompok olahraga sebanyak 40 menit, dan kelompok kombinasi mencatat penambahan waktu hingga 1 jam 39 menit. Kelompok kontrol juga kecipratan efek ini dan menambah waktu olahraga hingga 20 menit.

Baca Juga: 7 Cara Detoks Media Sosial Tanpa Meninggalkan Gadget

3. Media sosial berdampak buruk untuk mental?

Dalam penelitian ini, para peneliti menjelaskan bahwa kesehatan mental sejatinya terbagi menjadi dua dimensi: positif dan negatif.

"Untuk menilai kesehatan mental seseorang, kedua dimensi ini harus dipertimbangkan," tulis para peneliti Jerman.

Dengan intervensinya, para peneliti Jerman mengatakan bahwa bentuk dimensi positif adalah meningkatnya kepuasan hidup dan kebahagiaan, sementara dimensi negatif adalah berkurangnya depresi dan ketergantungan terhadap media sosial.

Kendati namanya, ketergantungan media sosial bisa memperparah kondisi mental mereka yang rentan ketergantungan atau mereka yang memang memiliki kondisi mental.

Ganti 30 Menit Main Medsos dengan Olahraga demi Kesehatan Mentalilustrasi joging (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Dengan penelitian ini, para peneliti memaparkan bahwa aktivitas fisik tidak kalah menyenangkan dibanding media sosial yang adiktif selama pandemik COVID-19. Dilansir Medical News Today, salah satu bagian dari terapi mental adalah olahraga. Tanpanya, psikoterapi dan pengobatan bisa menjadi tidak efektif.

Mengapa begitu? Olahraga mengaktifkan produksi neurotransmiter dalam otak. Neurotransmiter digadang-gadang sebagai "obat mental" alami dari tubuh manusia. Jika berolahraga, bukan tidak mungkin membuka kesempatan untuk berinteraksi sosial, dibanding diam bermain media sosial yang bisa memengaruhi senyawa kimiawi otak.

4. Kekurangan dan kelebihan penelitian ini

Temuan studi ini menekankan bahwa pengurangan jam media sosial saja tidak cukup. Perlu adanya aktivitas sebagai substitusi, dan dalam hal ini, aktivitas fisiklah yang paling bermanfaat untuk mental.

Menurut para peneliti, desain studi ini bersifat longitudinal. Oleh karena itu, studi ini mampu menjelaskan hubungan kausalitas antara waktu penggunaan media sosial, waktu aktivitas fisik, dan kesehatan mental.

Meski begitu, penelitian ini juga memiliki beberapa kekurangan. Pertama, studi ini melibatkan partisipan yang terbatas dari segi latar belakang, dari usia, gender, hingga pendidikan. Akibatnya, studi ini tak bisa dipukulratakan dan perlu diuji hipotesisnya terhadap partisipan dengan latar belakang yang lebih beragam.

Selain itu, studi ini tak memberitahu apakah bentuk media sosial yang digunakan atau menjelaskan jenis aktivitas fisik yang dipilih partisipan. Oleh karena itu, alangkah baiknya jika penelitian selanjutnya ikut menyingkapkan hal-hal ini.

Ganti 30 Menit Main Medsos dengan Olahraga demi Kesehatan MentalIlustrasi Media Sosial. (IDN Times/Aditya Pratama)

Di kesimpulannya, para peneliti mengatakan bahwa perubahan kebiasaan media sosial dan peningkatan aktivitas fisik bisa melindungi kesehatan mental. Sekali lagi, bukan hanya mengurangi jam media sosial, melainkan menggantinya dengan aktivitas fisik, meski 30 menit saja.

Media sosial sejatinya memiliki fungsi yang penting saat ini. Bukan cuma berkomunikasi, tak sedikit orang yang menggunakan media sosial sebagai ladang pekerjaan dan berbagi informasi yang penting (terutama informasi yang valid dan terbukti keabsahannya). Hanya saja, jika sudah merasa ketergantungan, inilah saatnya untuk membatasi media sosial.

"Dari waktu ke waktu, penting untuk membatasi aksesibilitas ke media sosial dan kembali ke ... gaya hidup aktif agar tetap bahagia dan sehat di era digital ini," tulis para peneliti Jerman.

Baca Juga: Media Sosial Bikin Depresi? Ini 8 Fakta dan Solusinya

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya