5 Fakta Daddy Issues, Bisa Berdampak Buruk pada Psikologis Anak

Masalah ikatan yang terjadi antara ayah dan anak

Figur ayah berperan penting dalam perkembangan anak, baik dari aspek kognitif, emosional, maupun sosial. Melalui pola ikatan yang terbangun sejak kecil, kehadirannya memengaruhi cara anak membangun hubungan di masa depan dengan orang lain.

Akan tetapi, tidak semua anak beruntung memiliki keluarga yang utuh dan harmonis. Ada kalanya peristiwa hidup membuat mereka tidak merasakan pengasuhan dari seorang ayah dengan optimal. Alhasil, anak berpotensi mengalami daddy issues.

Daddy issues menjadi ungkapan umum yang telah marak berkaitan dengan hubungan antara ayah dan anak yang memengaruhi kehidupan anak di masa dewasanya. Ini berkaitan dengan kurangnya kehadiran figur ayah secara emosional.

Terlepas dari prevalensinya, daddy issues bukan termasuk istilah klinis yang diakui oleh instansi kesehatan mental dunia. Penting untuk dipahami bahwa baik perempuan atau laki-laki, keduanya dapat terkena dampak negatif dari hubungan yang tidak selaras dengan ayah mereka.

1. Kemunculan konsep daddy issues

5 Fakta Daddy Issues, Bisa Berdampak Buruk pada Psikologis Anakilustrasi tangan ayah dan anaknya (pixabay.com/skalekar1992)

Daddy issues disinyalir tercetus dari gagasan tokoh psikoanalitik, Sigmund Freud mengenai father complex. Pada tahun 1910, ia mencantumkan istilah tersebut dalam makalah berjudul "The Future Prospects of Psycho-Analytic Therapy".

Father complex menggambarkan impuls tidak sadar yang terjadi akibat hubungan negatif dengan seorang ayah. Ini juga berkaitan dengan gagasannya yang lain, yakni oedipus complex.

Oedipus complex digambarkan sebagai ketertarikan anak laki-laki pada ibunya dan perasaan bersaing dengan ayahnya. Sementara sang rekan, Carl Jung, percaya bahwa anak perempuan bisa merasa bersaing dengan ibunya untuk mendapatkan kasih sayang ayahnya. Psikiatris ini menyebut fenomena ini dengan sebutan electra complex.

Dugaan lain kemunculan daddy issues ialah berhubungan dengan gaya keterikatan. Tokoh psikolog bernama John Bowlby berpendapat, gaya keterikatan di masa kanak-kanak sangat memengaruhi gaya keterikatan di masa dewasa. Akibatnya, anak yang memiliki gaya keterikatan aman pada masa kanak-kanak akan terus memiliki gaya keterikatan aman saat dewasa, begitupun sebaliknya.

2. Tanda munculnya daddy issues

5 Fakta Daddy Issues, Bisa Berdampak Buruk pada Psikologis Anakilustrasi ayah dan anak perempuan menghabiskan waktu bersama (Pixabay.com/ddimitrova)

Terdapat beberapa tanda yang bisa jadi indikasi seseorang memiliki masalah keterikatan dengan figur seorang ayah. Tanda tersebut mencakup:

  • Memiliki rasa takut sendirian.
  • Hanya tertarik pada laki-laki yang jauh lebih tua.
  • Membutuhkan jaminan konstan dari pasangan.
  • Memiliki masalah kepercayaan untuk terbuka kepada pasangan.
  • Mengalami tanda-tanda keterikatan berlebihan seperti sangat cemburu, kodependen atau hubungan tidak seimbang, serta terlalu protektif.
  • Terlibat dalam perilaku seksual berisiko sebagai cara untuk mendapatkan kasih sayang.
  • Berusaha selalu menyenangkan pasangan.

Baca Juga: Seperti Apa Kondisi Psikologis Orang Tua yang Kehilangan Anaknya?

3. Penyebab munculnya daddy issues

5 Fakta Daddy Issues, Bisa Berdampak Buruk pada Psikologis Anakilustrasi anak memancing bersama saudara (pixabay.com/pexels)

Penelitian telah mengaitkan hubungan antara pelecehan seksual masa kanak-kanak dengan risiko yang lebih tinggi dari perilaku seksual yang berpotensi bahaya. Selain itu, ada kecenderungan individu terkait mengalami reviktimisasi (menjadi korban secara berulang) di masa dewasa.

Pengasuhan yang kasar secara fisik atau emosional juga dapat menempatkan anak pada risiko mengalami daddy issues di masa yang akan datang. Adapun manifestasi lainnya dapat berupa:

  • Kehadiran figur ayah sering kali tidak selalu ada.
  • Perangai ayah yang bertindak mengendalikan atau menguasai.
  • Sosok ayah yang tidak dapat diandalkan, baik secara finansial, emosional, atau fisik.
  • Menunjukkan perilaku negatif yang tidak terkontrol, seperti penolakan intens, permisif berlebihan, atau kecanduan alkohol.

Studi dalam Journal of Child and Family Studies tahun 2015 juga menyebutkan, gaya keterikatan yang tidak harmonis dengan figur ayah bisa menghantarkan anak perempuan pada gejala depresi.

4. Dampak dari daddy issues

5 Fakta Daddy Issues, Bisa Berdampak Buruk pada Psikologis Anakilustrasi ayah dan anak berjalan bersama (pixabay.com/Olichel)

Studi dalam Journal of Personality and Social Psychology tahun 2013 telah menunjukkan dampak hubungan negatif dengan ayah adalah fenomena yang nyata. Ini dijelaskan dalam kasus ketidakhadiran figur ayah atau rendahnya keterlibatan mereka dalam kehidupan anak perempuan dengan perilaku seksual berisiko.

Sementara sebuah disertasi studi fenomenologi tentang daddy issues menjelaskan, anak laki-laki yang tumbuh tanpa sosok ayah atau jauh secara emosional melaporkan berbagai masalah. Masalah tersebut menyangkut kurangnya panutan seorang laki-laki, perasaan tidak mampu, serta kebingungan menentukan jati diri di masa dewasa.

5. Penanganan daddy issues

5 Fakta Daddy Issues, Bisa Berdampak Buruk pada Psikologis Anakilustrasi anak memeluk ayahnya (pixabay.com/Pezibear)

Memiliki masalah dalam konteks hubungan dengan ayah bisa mendatangkan dampak yang signifikan di masa mendatang. Dengan demikian, siapa pun perlu melakukan upaya nyata untuk mencegah dampak buruk tersebut terjadi.

Beberapa opsi yang dapat diterapkan untuk mencegah daddy issues semakin memburuk adalah:

  • Menulis jurnal: Menuliskan apa saja yang terlintas dalam pikiran tentang pengalaman masa kecil dapat membantumu mengidentifikasi siklus trauma dan pola generasi.
  • Menerapkan self-talk yang positif: Self-talk dapat melibatkan penggalian informasi di masa lalu yakni saat kanak-kanak. Dengan taktik self-talk positif kamu akan lebih mudah menggali pola permasalahan yang ingin diatasi.
  • Terapi: Melibatkan penyedia layanan kesehatan dengan pilihan jenis terapi terbaik sesuai kebutuhan. Terapis mungkin akan menyarankan terapi somatik atau terapi bicara untuk membantu mengungkap dan memproses trauma di masa lalu.

Daddy issues terwujud secara berbeda pada masing-masing individu. Ada yang sumbernya berasal dari hubungan yang buruk dengan ayah, perceraian, kematian, atau memiliki orang tua yang sering bertengkar.

Perlu dipahami bahwa setiap orang berhak bahagia. Apabila saat ini kamu sedang berada dalam kubangan masalah yang mengganjal berkaitan dengan daddy issues, maka sudah saatnya mengambil tindakan. Kamu adalah manusia berharga yang memiliki keberanian untuk mewujudkan kehidupan yang berkualitas. 

Baca Juga: 8 Efek Psikologis yang Kamu Rasakan Sehari-hari tapi Tak Kamu Sadari

Indriyani Photo Verified Writer Indriyani

Full-time learner, part-time writer and reader. (Insta @ani412_)

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Izza Namira

Berita Terkini Lainnya