ilustrasi bayi menangis (pexels.com/Antoni Shkraba)
Memberikan air putih pada bayi dapat mendatangkan risiko serius. Selain kekurangan nutrisi, masih ada potensi keracunan air yang mungkin dialami oleh buah hati.
Seperti yang diketahui, organ tubuh bayi masih sangat kecil. Dengan demikian, fungsinya pun jauh lebih terbatas daripada orang dewasa. Hal tersebut membuat orang tua perlu memberikan asupan dengan sangat hati-hati agar dapat tercerna.
Pada kasus air putih dan minum, salah satu organ yang berperan penting adalah ginjal. Ketika ginjal mendapatkan air lebih banyak dari kapasitas, maka akan membuat air tersisa. Kelebihan tersebut akhirnya masuk ke darah sehingga membuatnya terlalu encer. Hal tersebut lantas dapat menurunkan kadar elektrolit penting, seperti natrium.
Ketika masih bayi, banyak organ tubuh yang belum berkembang, termasuk ginjal. Memberikan air putih sebagai asupan tambahan bersamaan dengan ASI atau susu formula, berisiko membuat ginjal bayi overwork. Jika ginjal dipaksakan mengolah air dalam jumlah banyak dalam waktu singkat, hal ini bisa memicu hiponatremia.
Hiponatremia berarti kekurangan garam dalam darah yang dapat memicu pembengkakan pada otak hingga kematian. Kondisi ini lebih berisiko pada bayi karena fisiknya yang masih sangat rentan.
Dilansir WebMD, efek samping lainnya yang mungkin muncul karena memberi air putih pada bayi, yaitu kejang, kerusakan otak, dan koma. Anak juga dapat mengalami kebingungan, kantuk berlebih, kram otot dan kedutan, mual, muntah, sulit bernapas, hingga merasa lemah. Orang tua perlu memperhatikan gangguan kesehatan yang dialami akibat mengonsumsi air putih dan perlu segera membawanya ke layanan kesehatan.