Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi bayi minum (unsplash.com/Rainier Ridao)

Meski bersifat netral pada orang dewasa, pemberian air putih pada new born tidak boleh dilakukan sembarangan. Air putih bukan opsi yang tepat untuk melepaskan dahaga si kecil.

Ada alasan kesehatan mengapa hal ini dilakukan. Baca terus untuk mengetahui kapan bayi boleh minum air putih dan aturannya.

Kapan bayi boleh minum air putih?

Dilansir What to Expect, kebanyakan ahli menyarankan agar orang tua menunggu untuk memberi bayi air putih. Setidaknya sampai anak mulai mengonsumsi makanan padat. Artinya, hal tersebut bisa dilakukan ketika bayi berusia sekitar 6 bulan. 

Pemberian air putih pada usia tersebut juga masih dalam tahap perkenalan sehingga ada batasan yang mesti diikuti. Bayi hanya boleh diberikan air putih sebanyak satu sendok teh atau sendok makan, bukan satu botol apalagi gelas.

Upaya ini dilakukan untuk menunjukkan kepada bayi bahwa rasa haus bisa dihilangkan dengan air putih. Nantinya, takaran pemberian air putih bisa bertambah seiring kebutuhan bayi.

Meski air putih dapat melegakan pada orang dewasa, kandungan nutrisinya sangat tidak mencukupi untuk kebutuhan pertumbuhkembangan bayi. Berdasarkan catatan World Health Organization (WHO), bayi yang sudah mendapatkan asupan ASI tidak membutuhkan air putih tambahan. Alasannya, ASI sendiri mengandung 80 persen cairan. Adapun air putih juga sudah digunakan untuk melarutkan susu formula.

Mengapa pemberian air putih pada bayi perlu menunggu waktu?

ilustrasi bayi minum (pexels.com/Sarah Chai)

Bayi memiliki ukuran perut yang sangat kecil. Ketika dilahirkan, kapasitas perutnya hanya bisa menampung 1-2 sendok teh atau sekitar 5 mililiter saja. Oleh karena itu, pencernaan bayi pun lebih cepat kosong, jadi jangan heran kalau new born sering minta menyusu.

Dengan kantung pencernaan yang terbatas, orang tua tentu perlu memberikan asupan nutrisi sebanyak-banyaknya. Inilah alasan mengapa air susu ibu merupakan 'makanan' terbaik bayi selama 6 bulan awal kelahiran. Nutrisi dari ASI ekslusif dibutuhkan anak agar dapat tumbuh dan berkembang, melansir Medical News Today.

Salah satu risiko memaksakan bayi mengonsumsi air putih yakni memicu gangguan nutrisi yang serius. Pasalnya, air putih tidak mengandung gizi yang cukup untuk new born. Memberikannya air putih dapat membuat bayi kenyang dan enggan menyusu sehingga membuatnya tidak mendapatkan nutrisi cukup. 

Dokter mungkin memperbolehkan orang tua untuk memberikan air putih pada bayi usia usia 6 bulan hingga 1 tahun. Namun, tujuannya sekadar mengenalkan rasa dan latihan menyesap. Bukan untuk menghidrasi sebagaimana fungsi air putih pada orang dewasa. 

Risiko memaksakan bayi minum air putih

ilustrasi bayi menangis (pexels.com/Antoni Shkraba)

Memberikan air putih pada bayi dapat mendatangkan risiko serius. Selain kekurangan nutrisi, masih ada potensi keracunan air yang mungkin dialami oleh buah hati. 

Seperti yang diketahui, organ tubuh bayi masih sangat kecil. Dengan demikian, fungsinya pun jauh lebih terbatas daripada orang dewasa. Hal tersebut membuat orang tua perlu memberikan asupan dengan sangat hati-hati agar dapat tercerna. 

Pada kasus air putih dan minum, salah satu organ yang berperan penting adalah ginjal. Ketika ginjal mendapatkan air lebih banyak dari kapasitas, maka akan membuat air tersisa. Kelebihan tersebut akhirnya masuk ke darah sehingga membuatnya terlalu encer. Hal tersebut lantas dapat menurunkan kadar elektrolit penting, seperti natrium. 

Ketika masih bayi, banyak organ tubuh yang belum berkembang, termasuk ginjal. Memberikan air putih sebagai asupan tambahan bersamaan dengan ASI atau susu formula, berisiko membuat ginjal bayi overwork. Jika ginjal dipaksakan mengolah air dalam jumlah banyak dalam waktu singkat, hal ini bisa memicu hiponatremia. 

Hiponatremia berarti kekurangan garam dalam darah yang dapat memicu pembengkakan pada otak hingga kematian. Kondisi ini lebih berisiko pada bayi karena fisiknya yang masih sangat rentan. 

Dilansir WebMD, efek samping lainnya yang mungkin muncul karena memberi air putih pada bayi, yaitu kejang, kerusakan otak, dan koma. Anak juga dapat mengalami kebingungan, kantuk berlebih, kram otot dan kedutan, mual, muntah, sulit bernapas, hingga merasa lemah. Orang tua perlu memperhatikan gangguan kesehatan yang dialami akibat mengonsumsi air putih dan perlu segera membawanya ke layanan kesehatan. 

Cara mengenalkan air putih kepada bayi

ilustrasi bayi minum (pexels.com/Rene Asmussen)

Masih dari sumber yang sama, ada alternatif lain guna memastikan bayi terhidrasi dengan cukup. Caranya, dengan memaksimalkan pemberian ASI ekslusif atau memberikan susu formula dengan kekentalan cukup untuk pendamping nutrisi. 

Setelah bayi mengenal makanan padat di usia 6 bulan, orang tua boleh memperkenalkan air putih. Namun, berikan dalam jumlah yang sangat terbatas, ya.

Pada awalnya, bayi mungkin memberikan respons penolakan. Namun, hal tersebut tergolong wajar. Jika bayi demikian, lakukan upaya berikut sebagai langkah awal memberikan air kepada mereka:

  • Sisipkan air saat makan dan snack time. Bukan dengan memberikan gelas, cukup dengan suapan sendok makan kecil atau sendok teh
  • Berikan dalam cangkir kecil, tetapi tidak harus dihabiskan semua. Ini sekaligus upaya mengajarkan bayi cara menyesap
  • Kombinasikan dengan makanan. Memberikan buah, sayur-sayuran, es loli buatan sendiri, dan beberapa cara lain untuk mengenalkan air pada usia lebih dewasa.

Ketika bayi mencapai usia 1 tahun, orang tua bisa memberikan air putih sepanjang hari, melansir Huckleberry Care. Siapkan cangkir minum di area bermain untuk memberitahu bahwa anak sudah bisa dan boleh minum sesuai kebutuhannya. 

Selain memperhatikan kapan bayi boleh minum air putih, perhatikan pula gejala dehidrasi pada mereka. Bayi dikatakan terhidrasi dengan baik apabila ia buang air kecil hingga enam popok dalam sehari. Jika kurang dari itu, sebaiknya konsultasikan pada ahli medis, ya. 

Editorial Team