Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi angkat beban (pexels.com/ShotPot)
ilustrasi angkat beban (pexels.com/ShotPot)

Banyak orang bertanya-tanya kenapa badan gemetar setelah angkat beban, terutama setelah latihan yang cukup intens atau bahkan dialami orang yang baru pertama kali melakukannya. Fenomena ini sering terjadi meski tubuh sudah terbiasa berolahraga, sehingga membuat sebagian orang khawatir. Gemetar bisa berlangsung beberapa menit hingga cukup lama tergantung kondisi fisik seseorang.

Gemetar setelah angkat beban umumnya merupakan respons alami tubuh terhadap tekanan fisik, meskipun pada situasi tertentu dapat menandakan adanya masalah yang lebih serius. Mengetahui penyebabnya sangat penting agar kamu bisa mengambil langkah pencegahan dan menghindari gangguan pada sesi latihan berikutnya. Mari simak penjelasan detailnya berikut ini.

1. Tubuh mengalami kelelahan otot setelah bekerja keras

ilustrasi angkat beban (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Kelelahan otot menjadi salah satu penyebab paling umum munculnya gemetar pasca latihan angkat beban. Ketika kamu melakukan gerakan angkat beban yang berulang dengan beban yang cukup berat, serabut otot akan dipaksa bekerja secara maksimal untuk menghasilkan kontraksi yang kuat. Proses ini membuat sinyal dari sistem saraf pusat menuju otot mulai melemah, sehingga kontraksi otot menjadi kurang stabil. Ketidakstabilan ini menyebabkan otot bergetar atau mengalami tremor ringan yang terlihat dari luar. Getaran ini biasanya tidak berbahaya dan akan hilang setelah otot mendapatkan waktu istirahat yang cukup. Selain itu, fenomena ini juga dapat menjadi indikator bahwa otot telah mencapai batas kemampuannya pada sesi latihan tersebut.

Meski umumnya normal, kelelahan otot karena angkat beban tetap perlu diperhatikan karena bisa menjadi tanda kamu memaksa tubuh melebihi kapasitas aman. Jika gemetar muncul bersamaan dengan nyeri hebat, kelemahan ekstrem, atau kesulitan menggerakkan anggota tubuh, sebaiknya hentikan latihan segera. Istirahat yang memadai sangat penting untuk mencegah cedera otot yang dapat memerlukan waktu pemulihan lebih lama. Mengabaikan tanda kelelahan ini berisiko memicu kerusakan otot yang serius. Mengatur jadwal latihan agar tidak terlalu padat dan memberi jeda pemulihan cukup panjang akan membantu tubuh tetap bugar serta meminimalkan kemungkinan gemetar berlebihan.

2. Posisi menahan otot terlalu lama memicu getaran

ilustrasi angkat beban (pexels.com/Li Sun)

Menahan posisi seperti angkat beban dengan otot yang tegang dalam waktu lama dapat memicu terjadinya getaran otot. Saat melakukan gerakan statis seperti plank atau mengangkat beban sambil mempertahankan posisi tanpa bergerak, otot akan terus mengaktifkan unit motorik untuk mempertahankan kekuatan. Semakin lama posisi dipertahankan, semakin berat beban kerja pada otot sehingga sinyal saraf menjadi tidak stabil. Kondisi ini menyebabkan otot berkontraksi dan relaksasi secara bergantian dengan cepat, menghasilkan efek gemetar. Fenomena ini umum terjadi bahkan pada orang yang memiliki kekuatan dan kebugaran fisik yang baik. Tekanan berlebih pada kelompok otot tertentu membuatnya cepat lelah walau tidak melakukan gerakan dinamis.

Gemetar akibat menahan posisi biasanya terlokalisasi pada otot yang sedang digunakan, seperti lengan, bahu, atau otot inti. Walaupun tidak berbahaya, kondisi ini menandakan bahwa otot sudah mencapai batas toleransi beban statis. Mengatur durasi menahan posisi menjadi lebih singkat serta memberi jeda istirahat di antara set latihan angkat beban dapat membantu mengurangi terjadinya risiko getaran. Menambahkan variasi gerakan juga bisa membantu mendistribusikan beban kerja ke otot lain, sehingga tidak ada satu kelompok otot yang terlalu terbebani. Langkah ini efektif untuk menjaga performa latihan sekaligus mencegah kelelahan otot berlebihan yang memicu gemetar.

3. Kadar gula darah menurun setelah latihan intens

ilustrasi kadar gula darah menurun (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Otot memanfaatkan glukosa sebagai sumber energi utama selama aktivitas fisik berlangsung sehingga saat kamu melakukan latihan angkat beban dengan durasi panjang atau intensitas tinggi, cadangan glikogen otot akan berkurang drastis. Penurunan ini mengakibatkan kadar gula darah turun, kondisi yang dikenal sebagai hipoglikemia. Rendahnya kadar gula darah membuat otot kekurangan bahan bakar untuk berkontraksi secara stabil, sehingga tubuh mulai bergetar ketika kamu  melakukan angkat beban. Selain gemetar, gejala lain seperti rasa lemas, pusing, dan detak jantung meningkat juga kerap menyertai yang mana kondisi ini dapat terjadi lebih cepat jika kamu melakukan angkat beban tanpa makan terlebih dahulu.

Mencegah penurunan gula darah memerlukan perencanaan asupan energi yang baik sebelum dan sesudah latihan. Mengonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat kompleks sebelum olahraga dapat menjaga kestabilan gula darah selama aktivitas. Setelah latihan, tubuh membutuhkan kombinasi karbohidrat untuk memulihkan cadangan energi serta protein untuk memperbaiki jaringan otot. Mengatur pola makan dengan tepat akan membantu mengurangi risiko gemetar akibat gula darah rendah. Selain itu, penting untuk mengenali tanda awal hipoglikemia agar kamu bisa segera menghentikan aktivitas sebelum gejala memburuk.

4. Kekurangan cairan dan elektrolit mengganggu fungsi otot

ilustrasi kekurangan carian dan elektrolit (pexels.com/Yunuen Caballero)

Selama latihan angkat beban, terutama pada suhu lingkungan yang panas, tubuh akan kehilangan banyak sekali cairan melalui keringat. Kehilangan cairan yang cukup signifikan dapat menurunkan volume darah, menghambat distribusi oksigen, hingga dapat mengganggu pembuangan sisa metabolisme dari otot. Selain itu, keringat juga mengandung elektrolit penting seperti natrium, kalium, dan magnesium yang berperan dalam menjaga fungsi kontraksi otot. Ketidakseimbangan elektrolit membuat sinyal saraf ke otot menjadi tidak stabil, memicu kram maupun getaran. Kondisi ini umum dialami saat latihan intens seperti angkat beban yang dilakukan tanpa asupan cairan yang cukup.

Untuk menghindari dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit, penting memastikan tubuh terhidrasi sebelum, selama, dan setelah latihan. Minum air putih secara teratur menjadi langkah utama, sedangkan minuman isotonik dapat digunakan jika latihan berlangsung lama atau mengeluarkan keringat dalam jumlah besar. Menjaga keseimbangan cairan tidak hanya mencegah gemetar, tetapi juga meningkatkan daya tahan serta pemulihan otot. Rutin memperhatikan warna urin dapat membantu memantau status hidrasi tubuh, karena urin yang berwarna pekat menandakan kebutuhan cairan belum terpenuhi. Pencegahan yang konsisten akan membuat performa latihan angkat beban tetap optimal tanpa gangguan tremor akibat dehidrasi.

5. Konsumsi kafein berlebihan memicu sistem saraf terlalu aktif

ilustrasi mengonsumsi kafein (pexels.com/Mikhail Nilov)

Konsumsi kafein dalam jumlah yang berlebihan sebelum latihan angkat beban dapat membuat sistem saraf bekerja terlalu aktif. Saat dikombinasikan dengan intensitas latihan yang tinggi, efek stimulasi ganda ini dapat menyebabkan otot bergetar. Tremor akibat kafein biasanya lebih terasa pada tangan dan lengan, meski bagian tubuh lain juga bisa terpengaruh, sensasi ini juga sering kali disertai dengan jantung berdebar atau rasa gelisah. Kafein yang dikonsumsi dalam dosis besar juga dapat memengaruhi kualitas tidur, sehingga menghambat pemulihan otot pasca angkat beban.

Mengatur konsumsi kafein menjadi langkah penting agar efek positifnya dapat dirasakan tanpa memicu tremor berlebihan. Setiap orang pasti memiliki toleransi yang berbeda terhadap kafein, sehingga penting rasanya untuk menyesuaikan asupan sesuai respons tubuh. Jika gemetar muncul secara konsisten setiap kali mengonsumsi kafein sebelum latihan angkat beban, kurangi dosis atau hentikan penggunaannya sementara waktu. Memilih sumber energi lain yang lebih stabil, seperti karbohidrat kompleks, dapat menjadi alternatif untuk menjaga performa. Langkah ini tidak hanya mencegah getaran otot, tetapi juga membantu tubuh tetap fokus dan bertenaga sepanjang latihan.

Fenomena kenapa badan gemetar setelah angkat beban tidak selalu menandakan adanya gangguan serius, namun tetap perlu diwaspadai jika disertai gejala lain seperti pusing hebat, nyeri dada, atau sesak napas. Mengetahui penyebabnya akan membantu kamu mengambil langkah pencegahan yang tepat, seperti menjaga hidrasi hingga memberikan waktu pemulihan yang memadai bagi otot. Dengan begitu, latihan dapat berlangsung lebih aman dan efektif tanpa terganggu oleh gemetar yang berlebihan.

Referensi

"Shaking After Workout: Causes and How to Stop It". OnePeloton. diakses pada Agustus 2025.

"Shaking After a Workout: Causes and Treatments". Healthline. diakses pada Agustus 2025.

"Is It Normal to Shake After a Workout?". Human Powered Health. diakses pada Agustus 2025.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team