8 Mitos Cacar Monyet yang Keliru dan Gak Perlu Dipercaya

Cek kebenaran dari mitos tersebut dalam ulasan ini

Cacar monyet alias monkeypox sedang jadi bahan pembicaraan di media sosial. Gak sedikit masyarakat yang mengungkapkan rasa khawatir akan terjadi lockdown batch two akibat virus ini. Obrolan seputar monkeypox pun terus menyebar. Beberapa di antaranya fakta, tetapi ada juga desas-desus yang berbasis 'katanya'.

Daripada parno dengan isu tersebut, ada baiknya kamu membaca mitos cacar monyet berikut. Simak baik-baik, ya.

Mitos cacar monyet

Cacar monyet merupakan penyakit langka yang disebabkan oleh monkeypox virus, melansir Center of Disease Control Prevention. Sebenarnya, virus ini masih berkerabat dengan virus variola yang menyebabkan cacar air. Bermula pada 1958, virus monkeypox ditemukan pada kasus cacar pada sekumpulan monyet untuk penelitian. 

Kasus cacar monyet manusia pertama, tercatat pada 1970. Sebelum mewabah pada 2022, kondisi kesehatan ini dilaporkan terjadi di daerah Afrika Tengah dan barat. Nah, hampir semua kasus yang terjadi di luar Afrika, berkaitan dengan perjalanan internasional dari daerah tersebut atau melalui hewan import. 

Sama seperti munculnya covid-19, beredar rumor dan mitos seputar penyakit dan penularannya. Beberapa menjadi populer, tetapi dibantah langsung oleh ahli medis. Berikut mitos cacar monyet yang keliru dan beredar di masyarakat, seperti melansir The University of Texas, MD Anderson Cancer Center.

1. Monkeypox virus buatan laboratorium

8 Mitos Cacar Monyet yang Keliru dan Gak Perlu DipercayaIlustrasi peneliti (Pexels.com/Edward Jenner)

Akrab dengan mitos satu ini? Dahulu juga beredar isu yang sama ketika covid-19 mulai merebak. Faktanya, monkeypox bukanlah buatan laboratorium. Cacar monyet merupakan penyakit zoonosis yang artinya dapat ditularkan dari hewan ke manusia. Meski begitu, hingga saat ini gak ada yang benar-benar mengetahui hewan apa yang menjadi reservoir virusnya.

Selain itu, peneliti juga belum mengetahui bagaimana virus ini pertama kali ditularkan pada manusia. Seperti disebutkan sebelumnya, monkeypox masih berasal dari keluarga yang sama dengan cacar air. Di Amerika Serikat, infeksi virus ini dikaitkan dengan adanya riwayat perjalanan ke negara-negara dengan cacar monyet.

2. Cacar monyet adalah penyakit baru

Katanya, monkeypox alias cacar monyet merupakan virus new comer. Menjawab mitos tersebut, sebetulnya virus ini telah teridentifikasi sejak 1958 dan sudah ditemukan pada manusia sejak 1970 an.

Di Amerika Serikat, cacar monyet pertama kali diidentifikasi pada 2003. Kejadian tersebut dikaitkan dengan interaksi manusia serta anjing padang rumput peliharaan. Anjing-anjing tersebutlah yang terinfeksi oleh hewan pengerat dan mamalia kecil lainnya, hasil impor dari Ghana. 

Di Indonesia, kasus cacar monyet pertama kali baru ditemukan pada 2022, bersamaan dengan merebaknya monkeypox sebagai wabah baru. Dilansir CDC, data kasus global saat ini mencapai 44.503 kasus cacar monyet yang tersebar di seluruh dunia. 

3. Cacar monyet menular di kolam renang

Akibat beredarnya virus cacar monyet dan pengalaman pasca covid, timbul rasa was-was ketika berenang di tempat umum bersama orang lain. Belum lagi, kita sama sekali gak mengetahui riwayat kesehatannya. Hal tersebut lantas menimbulkan mitos bahwa cacar monyet bisa menular melalui air kolam.

Faktanya, kemungkinan penularan dari air kolam nyaris gak ada. Kecuali, kamu bersentuhan secara fisik dengan orang yang berenang dan terinfeksi monkeypox. Termasuk jika kamu menggunakan handuk, baju, atau barang apapun yang bersinggungan dengan lesi cacar monyet, maka ada kemungkinan penularan di kolam renang (atau di manapun).

Baca Juga: Pahami! Ini Perbedaan Cacar Air dan Cacar Monyet

4. Cacar monyet menular di keramaian

8 Mitos Cacar Monyet yang Keliru dan Gak Perlu Dipercayailustrasi keramaian (pexels.com/Kaique Rocha)

Ingat dong, bagaimana covid-19 membuat sebagai besar wilayah di dunia harus lockdown dan mengenakan masker selama nyaris 3 tahun lamanya. Di antara kemungkinan yang ada, WHO menyebutkan bahwa cacar monyet gak menular melalui partikel udara dalam waktu singkat. Virus ini berbeda dengan covid-19 karena gak bertahan lama di udara. 

Namun, jika kamu berada di tempat ramai yang rawan bersinggungan fisik, seperti club atau gym, gak menutup kemungkinan terjadi penularan, ya. Selain kulit ke kulit, tetesan  pernapasan berukuran besar dan air liur dapat menjadi sarana penularan. Dengan catatan, interaksi yang terbentuk cukup intens, seperti berciuman, berbicara jarak dekat, hingga saling bertatapan dalam waktu lama. 

5. Cacar monyet mematikan

Virus cacar monyet memiliki gejala mirip (tetapi berbeda) dengan cacar biasa. Di antaranya, termasuk muncul lesi kulit yang bertahan hingga beberapa waktu. Namun, biasanya akan segera hilang dalam hitungan minggu. Komplikasi dari monkeypox termasuk infeksi kulit sekunder, pneumonia, kebingungan, dan masalah mata. 

Mitos cacar monyet yang gak benar yakni virus ini menyebabkan kematian secara langsung. Data WHO menunjukkan hanya 1-10 persen kasus kematian terjadi akibat virus cacar monyet, sebelum wabah 2022. Meski demikian, gejala yang ditimbulkan bisa berefek parah padan sebagian individu. Memang sebaiknya gak usah terinfeksi, Guys!

6. Cacar monyet adalah penyakit menular seksual

Penularan virus cacar monyet terjadi melalui adanya luka terbuka, bentuknya bisa lesi, ruam, koreng, atau cairan tubuh tertentu. Aktivitas seksual, mau oral ataupun penetrasi, gak menutup kemungkinan menjadi jalan penularan monkeypox. Jangankan seks, bersentuhan saja bisa tertular. 

Meski bisa disebabkan oleh aktivitas seksual, cacar monyet gak sepenuhnya tepat dinyatakan sebagai penyakit menular seksual. Buktinya, ada penyebab selain seks yang bisa menimbulkan perpindahan virus dari satu individu ke individu lain.

7. Hanya kelompok gay dan biseksual yang terkena monkeypox

8 Mitos Cacar Monyet yang Keliru dan Gak Perlu Dipercayailustrasi biseksualitas (pexels.com/Anete Lusina)

Mitos cacar monyet berikutnya yakni adanya kelompok khusus yang jadi sasaran penularan virus. Isunya, cacar monyet hanya menyerang laki-laki gay atau biseksual. Ini tentu membentuk stigma buruk pada kelompok LGBTQ+. 

Hal terpenting yang perlu kamu ketahui adalah, cacar monyet dapat menyerang siapa saja. Penularan gak memandang orientasi seksual atau pasangan apapun. Siapapun yang gak memiliki kekebalan terhadap virus dapat terserang monkeypox

8. Monkeypox masih ada kaitannya dengan Covid-19

Baik cacar monyet maupun Covid-19, seluruhnya memang disebabkan oleh virus. Satu karena virus monkeypox, sedangkan lainnya virus SARS-CoV-2. Meski begitu, kenyataannya, dua virus ini merupakan jenis berbeda dengan karakteristik yang gak sama. 

SARS-CoV-2 merupakan patogen pernapasan dari keluarga Corona yang berbentuk mahkota di bawah mikroskop. Adapun monkeypox berasal dari genus Orthopoxvirus. Jika diamati menggunakan mikroskop memiliki bentuk berbeda dengan Coronavirus. Artinya, mitos cacar monyet salah, karena gak ada kaitan antara monkeypox dan Covid-19.

Jadi, sudah tahukan, jawaban dari mitos cacar monyet yang selama ini beradar? Sebelum langsung percaya, baiknya telusuri lagi faktanya, ya.

Baca Juga: Kasusnya Kembali Muncul, Ini Cara agar Tidak Tertular Cacar Monyet

Topik:

  • Laili Zain
  • Lea Lyliana
  • Bayu Aditya Suryanto
  • Delvia Y Oktaviani
  • Bayu Nur Seto

Berita Terkini Lainnya